Mendengar penolakan Anna, Devan berdecih. "Kalau begitu jangan terluka."
"Jangan sakit."
"Jangan menahan lapar seperti orang BODOH."
Dan semua ucapan pria itu berhasil membuat Anna kembali melongo.
"Jika kau masih ingin bekerja di rumah ini, turuti semua ucapanku, kau mengerti?" ucap Devan lagi.
"Kau kira aku ingin bekerja di sini? Aku lebih nyaman kerja di kantor daripada di sini," gerutu Anna.
"Apa? Perjelas ucapanmu."
"Ma-maksud saya, saya minta maaf, Tuan. Setelah ini, saya akan berusaha untuk tidak sakit lagi," balas Anna cepat dengan nada suara lebih keras dari sebelumnya.
"Bagus. Kalau begitu, sekarang tunjukkan kakimu yang terluka," pinta Devan.
"Sa-saya bisa mengobatinya sendiri, Tuan."
"Lakukan."
"Y-ya?"
"Obati lukamu sekarang."
"Ta-tapi…"
"Lakukan atau tidak pulang?"
Anna tertegun, apakah itu berarti ia harus memperlihatkan pahanya kepada Devan? Hah, situasi seperti apa ini?
"Ba-baiklah, kalau begitu Anda berbalik dulu, Tuan," ucap Anna.