Chereads / Dandelion. / Chapter 31 - Bab 31. Pertemuan Tak Terduga

Chapter 31 - Bab 31. Pertemuan Tak Terduga

Menghentikan mobilnya pada parkiran khusus yang telah disediakan, Leo dan Oma kemudian keluar dari sana.

Saat ini mereka sedang berada di taman kota yang berada di wilayah Kota J. Sebuah taman yang terbilang luas dan sangat cocok dikunjungi oleh keluarga pada akhir pekan. Pada posisi tengah taman terdapat sebuah kolam air mancur yang dipenuhi dengan ikan emas, di kanan kiri kolam ada batu bulatan yang menyerupai pagupon, nampak sangat unik.

Beberapa tanaman hias juga memenuhi beberapa titik, ada yang memanjang dan melingkar, hamparan rumput hijau yang begitu segar dapat dilihat sejauh mata memandang.

Ada banyak jalan-jalan kecil yang tersebar ke seluruh taman, masing-masing di sisi kiri dan kanan jalan terdapat pohon palm dengan tinggi kira-kira empat meter, daunnya cukup lebat sehingga mampu memberikan sensasi sejuk meski saat siang hari, beberapa pohon cemara juga nampak terlihat tersebar di seluruh taman, memungkinkan beberapa keluarga untuk bersantai di bawahnya.

Tidak hanya itu, beberapa bangku berukuran kecil dan juga gazebo terdapat di sana, pada tepi taman, terdapat jejeran pedagang kaki lima yang sibuk menjajakan dagangannya.

"Oma, apa yang akan kita lakukan di sini?" tanya Leo yang berjalan beriringan dengan wanita tua itu.

"Bersantai seperti mereka," jawab Oma sembari mengedarkan pandangannya.

"Kalau begitu, ayo ke sana, Oma," ucap Leo sembari mengarahkan telunjuknya kepada sebuah bangku kecil yang berada tepat di bawah pohon berdaun lebat.

"Seharusnya, sekali sepekan kamu atau Devan mengajakku ke tempat seperti ini, aku bosan berada di rumah terus," ucap Oma tepat setelah mendaratkan tubuhnya di bangku. Angin sepoi-sepoi yang bertiup memberi sensasi menyegarkan.

"Aku sibuk Oma, Devan juga."

"Kalian selalu saja sibuk."

Suara riuh dari anak-anak yang berlarian menjadi focus Oma saat ini. "Padahal aku memiliki dua cucu, namun tak satupun dari kalian yang bisa memberiku cicit," gumam Oma sembari menghela napas kasar.

"Oma mau cicit?" tanya Leo.

"Aku bisa membuat cicit yang banyak buat Oma malam ini."

"Awww-sshhh." Leo terkena pukulan tongkat dari wanita tua itu.

"Oma, sakit."

"Berhenti menebar benihmu, pilihlah gadis dan cepatlah menikah."

Mendengar ucapan wanita tua itu, Leo mengusap tengkuknya.

"Nanti, Oma. Jika sudah waktunya, Leo akan menikah."

Wanita tua itu memutar bola matanya jengah sembari menghela napas kasar ketika mendengar jawaban cucunya itu.

"Aku haus."

"Kalau begitu, Leo akan mencari minum sebentar."

"Beli beberapa makanan juga."

"Baiklah Oma, tunggu Leo dan jangan kemana-mana," ucap pria itu kemudian berdiri dari posisinya.

Sepeninggal Leo, Oma menikmati pemandangan sekitar. Manik matanya tak pernah teralihkan dari anak-anak kecil yang berlarian. Ia memiliki anak dan cucu, namun kesepian masih kerap kali dirasakannya. Hanya kunjungan Leo dan Devan yang sesekali mengusir kesepiannya. Mereka semua sangat sibuk. Jika saja bisa, ia ingin kedua cucunya itu tinggal bersamanya, hanya saja mereka memilih untuk hidup terpisah dengannya dengan alasan ingin focus pada pekerjaan mereka.

Tiba-tiba sebuah bola mengarah kepadanya membuat wanita tua itu segera berdiri untuk menghalau, namun usahanya sia-sia ketika seorang wanita segera memukul balik bola itu.

"Terima kasih, Nona."

"Sama-sama," ucap wanita itu menunduk sembari tersenyum ramah.

"Ibu…" suara anak kecil terdengar mengikut dari belakangnya.

"Dave, hati-hati. Jangan berlari seperti itu," ucap wanita itu sembari menghampiri anak laki-laki tersebut.

"Mengapa sendiri?" tanyanya setelah mengangkat tubuh Dave ke dalam gendongannya.

Dave menggerakkan tangannya ke arah sebuah mobil es krim yang terparkir di tepi taman. "Paman Nicho membelikanku ice cream Ibu. Dave ingin ice cream," jawab Dave berbisik dengan nada suara khas anak kecil, sehingga hanya mampu di dengar olehnya.

Mendengar penuturan putranya, wanita itu hanya tersenyum. "Baiklah kita cari tempat untuk berteduh terlebih dahulu, di sini sangat panas," ucapnya kemudian berbalik.

Sementara di sisi lain, seorang memperhatikan mereka berdua tanpa berkedip sedetikpun, dia adalah Nyonya besar Atmadja. Oma Leo dan Devan.

"No-nona…" panggil Oma itu ketika melihat wanita itu mulai berjalan.

"Maaf? Apa ada yang bisa saya bantu?"

"Jika boleh tahu, Nona mau kemana?" tanya wanita itu kemudian mengedarkan pandangan ke sekitar.

"Tak ada lagi tempat yang kosong, sebaiknya Nona duduk bersamaku di sini," tawarnya lagi, perhatiannya sejak tadi terfokus ke arah anak laki-laki yang berada dalam gendongan wanita itu. Entah mengapa wajahnya begitu mirip dengan cucunya 'Devan'.

"Bolehkah? Apakah kami tidak menganggu wak…"

"Panggil aku Oma saja, jangan khawatir. Aku akan senang sekali jika Nona ingin menemaniku. Kemarilah, duduk di sini," ucapnya lagi memotong ucapan wanita itu dan menariknya duduk di bangku tempat ia berada sebelumnya.

"Terima kasih."

"Panggil aku Anna saja, O-Oma," ucap wanita itu lagi.

"Ini anakmu?"

Anna hanya mengangguk.

"Tampan dan manis sekali," ucap wanita tua itu menyentuh pipi Dave sekilas. Anak itu hanya diam dalam pangkuan Ibunya.

"Namanya Dave, Oma."

"Bahkan nama kalian sangat mirip," gumam wanita tua itu.

"Maksud Oma?" Kening Anna berkerut samar.

"Ah tidak, lupakan saja."

"Pasti Ayahnya juga sangat tampan," tambahnya lagi.

Anna hanya tersenyum menanggapi.

"Kalian hanya berdua?" tanya wanita tua itu lagi.

"Kami datang bertiga, Oma," balas Anna.

Wanita tua itu hanya mengangguk-ngangguk, ingin bertanya lebih lanjut namun takut jika wanita yang sedang bersama putranya itu akan merasa tidak nyaman.

"Boleh aku menggendongnya?"

"Ta-tapi Oma…"

"Jangan khawatir, aku masih kuat jika hanya menggendongnya sebentar."

"Ba-baiklah Oma," balas Anna ragu-ragu, tetapi masih menuruti keinginan wanita tua itu.

Namun, Nyonya besar Atmadja itu bahkan belum mengulurkan tangannya dan suara seorang pria mengalihkan perhatian mereka.

"Oma…" teriak Leo dari arah samping.

Ketiga sosok yang sedang berada di bangku menoleh, seketika tubuh Anna menegang.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Leo, pria itu menghentikan langkahnya sejenak, seolah terkejut dengan sosok yang baru saja memasuki pandangannya.

"Anna?" Leo mendekat.

"Kalian saling kenal?" tanya Oma.

"Iya, Oma."

"Tidak." Leo dan Anna menjawab nyaris bersamaan.

"Ada apa dengan kalian berdua?" tanya Oma berdiri kebingungan.

"Anna, maaf sudah membuatmu menunggu lama?" Suara seorang pria ikut terdengar dari arah belakang. Dia adalah Nicho.

Mereka semua segera menoleh, sedangkan Dave yang berada dalam pangkuan Anna segera turun dan menghambur ke dalam pelukan pria itu.

"Oma, maaf. Sepertinya saya harus pergi."

"Ta-tapi…" ucap Oma menggantung.

"Dia siapa Anna?" tanya Leo spontan tanpa berbasa basi. Minuman yang di bawanya beberapa detik yang lalu entah berada dimana sekarang.

"Aku suaminya," balas Nicho detik itu juga kemudian mendekati Anna dan memegang tangannya.

Leo yang mendengar hal itu mematung di tempat.

"Kalau begitu kami permisi," ucap pria itu lagi dan kemudian menarik Anna menjauh dari sana.