Mendengar pertanyaan putranya, Nyonya Seira menggeleng pelan.
"Sekarang berhenti menangis ya? Dan berdirilah, Ma. Lantainya sangat dingin," ucap Devan lagi, lalu berusaha membantu Ibunya berdiri, membawanya ke kursi yang ada di dalam ruangan dan mendudukkannya di sana.
"Maafkan aku Ma," ucap Devan kembali mengulangi ucapannya sebelumnya.
"Apakah yang kau katakan tadi serius? Kau benar-benar akan menuruti semua kemauan Mama?" tanya Nyonya Seira.
"Iya, Ma," balas Devan sembari menghela napas dalam-dalam, samar-samar ia sudah bisa mengetahui apa yang diinginkan oleh wanita paruh baya itu.
"Kalau begitu bersikap baiklah kepada Byanca, perlakukan ia layaknya wanita paling berharga dalam hidupmu, Devan," kata Nyonya Seira, sesekali ia terdengar sesenggukan.