Beberapa jam berlalu, Leo yang sejak kemarin masih belum sadarkan diri kini perlahan menunjukkan gerakan pada salah satu jemarinya.
Nyonya Serly yang melihat itu mendadak bangkit dari posisinya, bergerak lebih dekat dengan putranya.
"Leo, kau sudah sadar, Sayang?" tanya Nyonya Serly sembari mengusap tangan putranya.
Yang diajak bicara hanya merespon dengan mengangguk samar.
"Po-ponsel..."
"Apa? Jangan banyak bicara dulu, Sayang."
"Po-ponselku dimana Ma?" tanya Leo tergagap.
Mendengar pertanyaan putranya, Serly menghela napas kasar.
"Kau terluka parah seperti ini tapi masih saja mencari ponselmu?"
"Istirahatlah, jangan melakukan yang aneh-aneh, Leo," tambahnya lagi.
"Ponselku mana, ma," Leo tetap mengulangi kalimatnya.
Lagi, Serly menghela napas kasar mendengar pertanyaan putranya. Padahal dia baru sadar, bukannya memikirkan dirinya sendiri, malah memikirkan ponselnya.
"Tunggu, Mama cari dulu," balas Serly yang akhirnya memilih menyerah.