"Terima kasih satenya," kata Anna kepada Devan, saat ini mereka sudah berada di kamar, duduk bersantai di sofa yang berada di dekat jendela, Dave sudah tidur, begitupula Naila yang sudah kembali ke kamarnya, sedangkan Hendra, entah dimana pria paruh baya itu berada sekarang.
"Ah iya, ini," tambahnya lagi sembari menyodorkan uang pecahan lima puluh ribu.
Salah satu alis Devan terangkat, "Apa ini?" pria itu menoleh ke samping.
"Uang sate."
Devan terdiam sejenak melihat uang yang di sodorkan Anna, mendadak semirk samar terbit di bibirnya.
"Hanya lima puluh ribu?"
"Eh? Memangnya berapa?"
"Bagaimana jika kau membayarku saja dengan ciuman?" tanya Devan begerak mendekat ke arah Anna.
"Jangan berbicara omong kosong."
"Aku tidak menerima apapun selain ciuman," balas Devan.
"Kalau begitu aku akan berutang selamanya."
Mendengar itu, Devan terkekeh.
Anna melirik jam yang tertera di ponselnya, saat ini waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.
"Kau tidak pulang?"
"Kemana?"