"Lagipula Mama duluan yang tiba-tiba menghubungiku dan langsung marah-marah seperti ini."
Seira menghela napas kasar. "Ingat pernikahanmu dengan Byanca."
"Baik Ma, kalau begitu Devan tutup telponnya."
"Tung…"
Tut.
Devan menutup telponnya bahkan sebelum Seira menyelesaikan kalimatnya, membuat wanita paruh baya itu mendesah kasar.
"Apa-apaan anak ini?" Seira menggeram tak suka, perlakuan Devan padanya baru saja membuatnya semakin dongkol.
Berselang beberapa menit, Seira tidak tinggal lebih lama di rumah itu dan memilih pergi. Beruntung Hendra ada di sana, jadi ia bisa meminta paruh baya itu untuk mengantarnya pulang ke rumah.
.
.
Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, Byanca baru kembali, wanita itu menggunakan mobilnya sendiri yang dibelinya beberapa hari setelah sampai di Indonesia.