Ia khawatir, jika mengatakan semua perlakuan Devan padanya, kedua orang tuanya akan marah dan mungkin saja akan berakhir dengan membatalkan pernikahan yang sebentar lagi akan terjadi.
Byanca tidak menginginkan hal itu terjadi. Ia begitu mendambakan status sebagai istri Devan. Meskipun setelah menikah nanti, pria itu tidak memenuhi kebutuhan bathinnya, hal itu bukanlah masalah baginya.
"Apa yang kau pikirkan, Sayang?" mendadak suara Nyonya Seira memecah fokus Byanca.
"Apakah sesuatu mengganggumu?" tanyanya lagi.
"Ah, tidak apa-apa Ma, aku hanya kurang enak badan."
"Baiklah kalau begitu ayo masuk dan istirahat di dalam," balas Seira sembari membuka pintu mobil dan mengambil bahan makanan yang dibawanya di bagasi.
Byanca hanya mengikut di belakang wanita paruh baya itu. Memasuki rumah, Byanca segera mencari keberadaan Devan, sedangkan Nyonya Seira langsung ke dapur dan menyusun barang-barang yang dibawanya.
Menuruni tangga, Byanca menghubungi nomor pria itu.