Perlakuan Devan ini membuat Anna merasa bingung dengan dirinya sendiri. Untuk sejenak ia merasa nyaman dan aman berada di dekat pria itu. Sejak tadi, pipinya terus merona tanpa ia sadari, manik matanya yang awalnya hanya memandang makanan di tangan Devan kini sudah menatap wajah pria itu.
Memperhatikan setiap lekuk wajahnya pada jarak yang begitu dekat membuat kinerja jantungnya bekerja lebih cepat dari biasanya. Hingga makanan pada piring yang ada dalam genggaman Devan habis, wanita itu tak mengalihkan pandangannya sedikitpun.
"Aku khawatir, jika kau masih menatapku lebih lama lagi, kau mungkin akan berpaling dari suamimu," ucap Devan sembari meletakkan piring ke atas nakas, dan hal itu berhasil membuat pipi Anna memerah bak kepiting rebus, sangat malu karena aksinya ternyata disadari oleh pria itu.
"Minum!" ucap Devan lagi menyodorkan segelas air.
"Te-terima kasih," balas Anna sedikit tergagap, ia lalu menenggak habis air yang diberikan Devan padanya.