Mia masih tertahan di perpustakaan mini milik Pak Miko. Berbagai alasan sudah ia utarakan, tapi masih saja ia tak diperbolehkan untuk pulang sekarang. Padahal sekarang sudah hampir maghrib, rasanya sudah tak nyaman karena ia merasa gerah dan tertekan. Berasa diawasi pas lagi ujian aja!
"Pak, saya boleh pulang sekarang? Ini udah mau gelap, Pak," rengeknya tanpa sadar. Terlanjur kesal, sampai ia lupa sedang berhadapan dengan dosen killernya.
"Sebentar."
"Dari tadi sebentar-sebentar terus, kapan selesainya sih, Pak? Bapak sadar nggak sih, kita udah lebih dari sejam di sini?"
"Saya tau, Mia. Tunggu sebentar, hampir selesai ini.."
"Bapak bahkan belum makan dari tadi," gerutunya. "Kasihan udah disiapin sama Bi Nah, tapi malah ditinggal kerja nggak ke luar-ke luar. Mending saya habisin aja semuanya."
Terlanjur kesal, Mia beranjak dari ruangan tersebut. Ia melangkah ke arah dapur, dan nampaklah Bi Nah yang sedang menata meja makan. Mia mendekati beliau, berniat membantunya.
"Ndak usah, Nduk. Ini sudah jadi tugas Bibi, mendingan Nduk Mia panggil Mas Miko buat makan malam sekarang."
Dengan berat hati, ia kembali ke tempat semula ia dikurung. Namun urung saat melihat sang pelaku sudah berada di meja makan.
"Kita makan malam dulu saja. Mari Bi Nah, kita makan malam seperti biasa," ajak Pak Miko. Ia menoleh ke arah Mia yang masih berdiri di dekat kulkas. "Kamu ngapain di situ? Sini ikut sekalian."
Perlahan Mia melangkahkan kaki, mendudukkan pantatnya tepat di depan dosennya itu. Diambilnya nasi dan sayur buncis ke dalam piringnya.
Pria tersebut mengernyit mengamati piring Mia yang hanya terisi sedikit makanan. "Memangnya bisa kenyang dengan porsi segitu?"
Dengan kedua pipi yang menggembung, Mia menganggukkan kepalanya. Tidak mungkin ia berbicara saat sedang makan, takut tersedak.
"Tambah," titahnya. Ia paham, porsi seperti sebungkus nasi kucing tentunya tak dapat mengobati perut laparnya. Melihat gelengan Mia, ia merasa gemas sendiri dan berinisiatif untuk mengambilkan saja. Siapa tau gadis di depannya itu malu buat nambah lagi? "Mau saya ambilin?"
"Nggak usah, Pak. Saya masih cukup kenyang," tolaknya saat sebuah centong nasi bersiap menyentuh bakul nasi. "Paaaakkk..." rengeknya heboh saat dosennya itu tak menghiraukan penolakannya.
Mia berdiri di teras rumah Pak Miko setelah drama nasi tadi, hendak memesan ojek online buat balik ke kost.
"Mia?"
Mia mendongakkan kepalanya, dan menemukan Kak Revan di sana. "Kak Revan?" pekiknya girang.
"Kamu di sini juga? Ini mau pulang apa baru sampai?" tanyanya beruntun.
"Iya, tapi udah mau pulang. Kakak ngapain?"
"Mau ngumpulin tugas. Btw, udah lama banget kita nggak ketemu. Sibuk banget ya?"
"Iya, Kak. Selesai kuliah juga aku langsung balik kost."
"Pantesan. Eh, barengan aja gimana baliknya? Aku anterin nanti."
"Nggak lama, 'kan?"
"Enggak, ini mau ngumpulin langsung balik. Bentar, ya?"
.
Mia cemberut di tempatnya. Bagaimana tidak? Ia gagal pulang bareng Kak Revan. Ngeselin banget 'kan? Apalagi dia harus terjebak dengan dosen killernya itu. Hiiiiih..
"Itu kenapa mukanya kayak gitu? Nggak ikhlas kamu bantuin saya?"
Mia mendengus pelan.
"Berani kamu mendengus kayak gitu ke saya?"
Sabar, Mia... Sabaaaaar.... Biar jidatnya lebaaaar...
"Bapak kenapa seenaknya ke saya? Salah saya apa, Pak?" ia hampir menangis di tempatnya. Untung ia masih sadar di mana posisinya sekarang.
Tadi ia diseret paksa pas udah nangkring di motor Kak Revan, berakhir keliling butik dengan dosen galaknya.
"Saya nggak tau selera Ibu saya, makanya saya ajak kamu ke sini. Daripada banyak mengeluh mendingan kamu pilihin baju buat Ibu saya, jadi bisa cepat balik ke kost kamu."
"Kirain mau beliin saya baju," gerutunya. Demi Bu Nanda yang udah baik kepadanya, ia menyibukkan diri pada berbagai model pakaian yang cocok untuk beliau.
'Udah tampan, mapan, sayang orangtua pula! Sayang banget Pak Miko galak! 'Kan jadi minus nilainya,' puji sekalian celanya pada sang dosen yang bergaya seolah sedang memilih gaun di sebelahnya.
"Nih!" Mia menyerahkan sebuah baju ke hadapan Pak Miko, ia rasa baju tersebut sangat cocok untuk Bu Nanda.
"Oke. Tapi kekecilan nggak ya?"
"Bapak ngatain Ibu gendut? Iya?"
"Buk-"
"Secara nggak langsung Bapak bilang begitu! Itu namanya penghinaan, Pak!" teriaknya tak terima.
Pak Miko mengedarkan pandangannya ke sekeliling, berjaga-jaga kalau ada yang mendengar perdebatan mereka.
"Apa?!" tanya Mia masih dengan mode galaknya. Ngalahin kegalakan Pak Miko!
"Nggak gitu, Miaaa. Ini ukuran M, bahkan ngepres banget buat kamu. Gimana dengan Ibu saya?"
Mia tersadar dengan kekhilafannya tadi. Ia menyengir pelan, kemudian beralih ke pakaian di sebelahnya. Daripada ketahuan salah tingkah, mending nyari yang lain 'kan?
"Nah kalau itu pas buat Ibu."
Tanpa membuang banyak waktu mereka berlalu ke kasir untuk membayar belanjaan tadi. Mia melongo saat mendengar totalan harga yang harus dibayar. Gila! Bisa buat bayar kost sebulan cuy!
.
Dunia hijau berjaya dihebohkan dengan sebuah gosip terhangat hari ini! Bagaimana tidak, seorang Pak Miko dikabarkan sedang dekat dengan lawan jenis! Bayangkan, berapa banyak fans wanita yang potek hatinya saat mendengar berita ini?
"Breaking news! Katanya cewek yang ada di story IG itu Bu Kajur kita," heboh Juno saat ia baru saja memasuki ruang kelas. "Ini valid gaes, kemarin ada yang mergokin beliau-beliau lagi makan bareng di KeEfSi, cuma berdua! Bayangin coba, berdua aja tanpa ada yang lain!"
"Waduh, berkuranglah stok wanita cakep di fakultas kita kalau Bu Kajur juga udah sold out. Potek jilid 2 ini..."
Kehebohan kembali tercipta saat kabar burung yang 'katanya' valid itu. Emangnya kenapa kalau mereka emang beneran ada hubungan? Hak mereka juga 'kan?
"Emang postingannya kayak gimana sih?" tanya Mia heran karena ia tak mengetahui sumber kehebohan hari ini. Maklum, ia nggak follow akun tenaga kependidikan di kampus ini.
Juno menyerahkan ponselnya. Mia mengernyit saat mendapati gambar yang terpampang pada ponsel itu.
"Wah, Juno... Kamu baru download bo*ep ya???"
Juno merebut ponselnya, mengutak-atik sebentar dengan muka pucat dan keringat di dahinya. "Asem banget! Nih lihat!"
Kali ini bukan kernyitan lagi yang muncul, tapi-
"Ini apaan siiiih???" teriaknya geram mendapati screenshoot-an IG story yang menjadi sumber gosip hari ini.
Hampir saja ia membanting ponsel ditangannya sebelum direbut oleh Juno. "Heh! Ponsel aku itu, main banting-banting aja! Potek boleh, gila jangan!"
Mia mengambil ponsel di saku jaketnya, berniat mengklarifikasi kabar tersebut pada seseorang yang sudah memposting foto di akun IG tadi.
Dosen Pak Miko
¤ Saya tunggu di depan kost kamu, sepulang kerja nanti.
Apalagi ini, ya ampuuun???
.
.
.
.
.
to be continue