Chereads / Aku Percaya Padamu... Ups, Bercanda! / Chapter 42 - Berinisiatif Menciumnya

Chapter 42 - Berinisiatif Menciumnya

Sari tidak menyangka ucapan Hani yang tidak disengaja akan menyebabkan masalah besar baginya, dan dia tidak sabar untuk segera membalasnya.

Tapi sekarang keadaannya telah menjadi seperti ini, dia hanya bisa menahan amarahnya, dan berkata dengan nada panik, "Rana, dengarkan aku, semuanya tidak seperti yang kamu pikirkan. Ada alasan kenapa aku pergi menemui Firman hari itu, aku melakukannya untukmu ... "

"Heh, orang yang bersamanya hari itu benar-benar kamu! Jadi, kamu mengakuinya? Orang yang selalu disukai Firman adalah kamu!" kata Rana, tiba-tiba tertawa liar. "Ha ... Haha ... Sari ... Aku masih seperti orang bodoh untuk menceritakan perasaanku denganmu setiap hari... Aku berdiskusi denganmu tentang siapa gadis favorit Firman …"

"Apa menurutmu aku yang tidak tahu apa-apa terlihat seperti orang idiot? Itu menyenangkan buatmu? Melihat bahwa aku mencintainya sampai mati, tapi orang yang disukainya adalah kamu, apakah kamu sangat puas?"

K"amu tahu bahwa aku telah mempersiapkan sekian lama untuk menyatakan perasaanku padanya di hari ulang tahunku, dan aku bahkan tidak bisa tidur selama beberapa malam. Tidak, tapi kamu sengaja pergi bersamanya hari itu dan kamu masih berani bilang kamu melakukannya untukku?"

Sari berkata dengan cemas," Aku melakukannya untuk memberitahunya dengan jelas! "

Rana memandang Sari sambil mencibir. Ekspresi itu segera menghancurkan harapan Sari, "Bicara dengan jelas? Bagaimana kamu bisa mengatakannya dengan jelas?"

Sari merasa hancur hingga hidungnya sakit dan dia menangis, menutupi wajahnya, "Rana, dengarkan aku." Dia menjelaskan. "Aku bilang padanya kalau aku hanya ingin belajar giat sekarang. Aku menolaknya, tapi dia mungkin telah salah paham dengan apa yang kumaksud dan mengira aku akan menerimanya setelah lulus ... " Mendengarkan pembelaan Sari itu, ekspresi Rana menjadi lebih jelek, dan dia berkata dengan wajah marah, "Diam! Firman secara pribadi mengatakan padaku bahwa kamu bilang kalau kamu juga punya perasaan padanya dan kamu menciumnya. Kamu masih ingin berbohong? Pergi! Aku tidak mau mendengar apa-apa lagi darimu! Menjijikkan!"

Dia pergi menemui Firman hari itu, dan melihat bahwa Firman tampak sangat gembira, mengatakan bahwa orang yang disukainya telah menerima keinginannya.

Kalau Sari tidak memberinya harapan, bagaimana mungkin dia bisa bereaksi seperti itu?

Sari tidak mengira Firman bahkan mengatakan ini kepada Rana, dan tiba-tiba dia menjadi pucat dan tidak bisa bicara lagi.

Melihat reaksi Sari, semua orang mulai paham.

Setelah Rana selesai mengatakan itu, dia membubarkan kerumunan penonton, dan berjalan pergi dengan terhuyung.

Fani memandang Rana dengan ragu-ragu, lalu memandang Sari, dan akhirnya buru-buru pergi mengejar Rana.

Penonton di kerumunan itu tadinya ingin menonton pertunjukan bagus yang melibatkan Hani, tapi mereka tidak menyangka akan melihat insiden besar antara dua anak perempuan yang memperebutkan satu anak laki-laki. Pada saat ini, mereka semua menatap Sari dan berbisik-bisik.

"Aku benar-benar tidak mengira. Sari terlihat sangat polos. Aku tidak menduga dia benar-benar akan melakukan hal semacam ini!"

"Aku tahu bahwa Rana selalu menyukai Firman, dan sangatlah licik kalau dia bersembunyi darinya untuk berhubungan dengan Firman!"

"Mungkin hanya Firman yang mengejarnya secara sepihak?"

"Apa kamu tidak dengar Rana berkata kalau dia yang berinisiatif untuk menciumnya?"

"Itu benar!"

...

Hani berdiri di tempatnya. Dia hanya diam saja menyaksikan Rana terhuyung-huyung dari belakang. Rasanya seolah ada perasaan terhubung satu sama lain yang tak bisa dijelaskan.

Rana memiliki cinta dan benci yang berbeda. Dia cemburu seperti benci, dan kebenciannya sama dalamnya seperti cintanya pada Firman.

Di kehidupan sebelumnya, Rana tahu bahwa Firman tidak menyukai dirinya, tapi dia masih bersikeras untuk tinggal bersamanya, bahkan memohon orang tuanya untuk menekannya, dan semuanya berakhir mengenaskan.

Hani tidak tahu pilihan apa yang akan dibuat Rana setelah dia mengetahui hubungan antara Firman dan Sari. Apakah dia akan memaafkan, atau melepaskan ...

Namun, ini bukan lagi sesuatu yang perlu dia pedulikan. Dia masih harus memikirkan bagaimana caranya menghadapi Reynald. Kata-katanya barusan masih bisa menekan rumor di sekolah untuk sementara, tapi itu tidak berguna di hadapan Johan.

Bagaimana dia bisa melakukannya? Apa dia bisa meneleponnya secara langsung dan bertanya apakah dia mau menemuinya dan membantunya memblokir pria yang menyukainya?

Saat dia memikirkannya, dia memperhatikan bahwa Sari melihat ke arahnya dengan raut wajah jelek.

Hani mengangkat alisnya, dan berkata dengan polos, "Sari, aku tidak tahu kalau semuanya akan jadi seperti ini. Kamu tidak akan menyalahkanku, kan?"

Sari mendengar bisikan tidak menyenangkan di sekitarnya, dan dia marah. Rasanya dia bisa gila, tapi dia hanya bisa menahannya, menyembunyikannya dalam keteduhan dibawah matanya, dan tersenyum datar, "Hani, bagaimana mungkin aku bisa ... bagaimana mungkin aku bisa menyalahkanmu ... kamu juga tidak sengaja melakukannya..."

Sari menggertakkan giginya. Setelah selesai mengatakan itu, dia melirik orang-orang di sekitar yang masih belum pergi, lalu dengan bersemangat menjelaskan kepadanya, "Sebenarnya, Rana benar-benar salah paham terhadapku. Bagaimana mungkin aku mencuri kekasihnya!"

"Firman mungkin sangat menyukaiku dan telah mengejarku, tapi aku tidak pernah menanggapinya. Aku berusaha menjelaskan padanya tapi dia menciumku disaat aku tidak memperhatikan. Itu bukan inisiatifku. Aku sendiri tidak menduganya…"

"Aku takut Rana akan salah paham terhadapku. Aku tidak bermaksud menyembunyikan semua ini darinya ... "

Mengandalkan Rana dan Firman yang tidak ada disana, tidak ada yang tahu yang sebenarnya. Sari masih mencoba membersihkan semuanya, alih-alih mengalihkan tanggung jawab ke Hani.

Hani tidak menjawabnya, dan tiba-tiba saja berkata dengan ekspresi kaget, "Aku tinggal bilang kalau kamu menyukai kakakku!"

Sari terkejut ketika dia mendengar itu, dan kemudian buru-buru membalasnya dengan wajah serius, "Hani, kamu jangan bicara omong kosong. Aku selalu menganggap Bayu sebagai kakakku sendiri, dan aku hanya menyukainya sebagai kakak!"

Saat ini, Bintang Entertainment dibawah keluarga Gunawan sedang booming. Di masa depan, dia juga akan menjadi bintang besar, dengan masa depan yang cerah. Di antara semua anak laki-laki yang mengejarnya, ada banyak pria tampan yang tak terhitung jumlahnya, dan dia tidak ingin dihubung-hubungkan dengan si pengecut Bayu Wijaya.

Alasan kenapa dia masih membiarkannya adalah karena dia menganggapnya masih memiliki nilai guna.

Kalimatnya yang menganggap Bayu sebagai kakaknya sendiri ini membuat Hani merasa jijik.

Bagaimana mungkin dia tidak tahu tentang pikiran Sari yang sebenarnya, mencibir dalam hatinya, berpura-pura curiga, "Benarkah? Akulah yang membantumu mengirimkan surat cinta yang kamu berikan pada kakakku! Isinya benar-benar picisan, bagaimana aku jatuh cinta padamu di pandangan pertama, bagaimana kamu adalah dewa yang sempurna di benakku…"

"Apa aku juga salah paham? Apa semua itu hanya rasa sukamu padanya sebagai seorang kakak? Kukira kamu dibenci kakakku karena urusan ayahku!"

Ketika orang-orang di sekitar mereka mendengar ini, mereka tiba-tiba menghela nafas, menunjukkan pandangan yang jelas, dan tatapan mereka terhadap Sari jadi semakin menghina.

Mengenai penjelasan Sari, mereka hanya setengah percaya, dan kebanyakan dari mereka masih berada di pihak Rana.

Sekarang setelah mendengar perkataan Hani, tiba-tiba saja mereka merasa bahwa Sari memang layak dicurigai bersikap seperti orang miskin dan mencintai orang kaya. Kakak laki-laki Hani, Bayu, adalah salah satu siswa di Pangudi Luhur juga saat itu.

"Apa kamu hanya menganggapnya sebagai kakakmu sendiri sekarang? Siapa yang mau percaya!"

Wajah Sari menegang, "Hani, itu sudah lama sekali. Saat itu, aku masih muda dan cuek. Aku tidak tahu harus bagaimana! Dan bagaimana mungkin aku bisa mengasingkan kamu dan Bayu hanya karena sesuatu terjadi di keluargamu? Bagaimana dengan kakakmu? Kalau memang aku berpikir begitu, bagaimana mungkin aku bisa tetap baik padamu dan membantu kakakmu untuk bekerja di perusahaan ayahku?" Pada titik ini, Sari tiba-tiba mendapatkan kepercayaan diri dan tersenyum sambil berkata, "Kakakmu, Bayu, sekarang sudah menjadi manajer umum. Dia suka mengambil resiko dan seorang pekerja keras! Selama Bayu bekerja keras, ayahku tidak akan memperlakukannya dengan buruk!"