Siska akhirnya pergi ... Hani hampir pingsan, lapisan demi lapisan keringat dingin di punggungnya. Setelah beberapa detik, Hani mendongak dan melihat Johan masih berdiri di lorong dengan mata tertutup. Memikirkan apa yang mungkin dilihat Johan barusan, Hani bahkan lupa dengan ketakutannya, karena dia sendiri sudah sangat marah.
Jadi dia bergegas maju "Johan! Kenapa kamu masuk tanpa mengetuk pintu lebih dulu! Bahkan meski kamu punya kuncinya, kamu harus mengetuk pintu dulu! Apa kamu melihatnya? Kamu pasti sudah melihatnya! Berapa banyak yang kamu lihat? Aku sangat marah..."
Johan membuka matanya.
"Jangan dibuka! Aku masih marah!" Kata Hani segera. Sebenarnya ... Meskipun Hani memiliki sikap santai, dia benar-benar tidak nyaman memikirkan apa yang dilihat Johan. Johan memejamkan matanya lagi, dan berkata dengan hampa "Singkirkan kekacauan pikiran di benakmu, aku tidak melihat yang kamu pikirkan."
Hani mengerutkan bibirnya: "Bohong! Kamu jelas melihatnya!"
