Chapter 5 - RIANA

Xiao Jun merasa takut dengan melihat keadaan Riana saat ini, tapi ia tidak mungkin bisa menunjukkannya, terlebih lagi di hadapan Guru mereka. "Aku senang untuk melihatmu baik-baik saja." Xiao Jun mengatakannya dengan sungguh-sungguh. Ia benar-benar merasa lega untuk melihat senyuman Riana.

Riana menolehkan kepalanya dan menatap kepada pria gelisah yang ada di sebelahnya, "Aku baik-baik saja." Ia berkata kepada Ye Xiu dengan lembut dan menyandarkan kepalanya di bahu Ye Xiu.

"Kau membuatku takut." Ye Xiu memprotes dan memeluknya dengan hati-hati agar tidak menyentuh luka Riana.

Riana bersarang di dekapan Ye Xiu, "Aku menemukan tempat ini secara tidak sengaja." Riana berkata dengan nada seakan ia tidak mau menjelaskannya lebih jauh lagi.

Senyum getir muncul di bibir Xiao Jun. "Bagaimana kita bisa keluar dari tempat ini?"

"Kita hanya perlu mengikuti sumber suara ari aliran sungai." Riana mencoba untuk duduk dengan tegak, "Tapi ayo istirahat dulu sejenak."

Jika Riana mengatakan seperti itu, Ye Xiu tentu saja akan menyetujuinya.

***

"Kakak senior, apa kau sudah bangun?" Riana berbisik lembut kepada Xiao Jun yang duduk tidak jauh dari mereka berdua, Ye Xiu dan Xiao Jun setuju untuk berjaga bergantian. Dan sekarang Ye Xiu terbaring di sebelah Riana, tertidur pulas.

Xiao Jun terkekeh. "Aku tidak akan tertidur. Jangan khawatir."

"Bukan itu maksudku." Riana cemberut. "Bagaimana kabarmu beberapa tahun terakhir ini?"

"Aku baik-baik saja." Xiao Jun membalas dengan singkat, lalu menambahkan. "Jadi, kau dengan guru Ye Xiu?" Itu adalah keegoisannya, ia seharusnya membiarkan Riana beristirahat, tapi ia merasa rindu setiap kali mereka berbicara seperti ini.

Riana tersipu, Xiao Jun tidak melihatnya, tapi ia tahu bahwa Riana tersipu. "Mm." Riana bergumam.

Terdapat rasa sakit yang ia rasakan, tapi Xiau Jun tetap tersenyum, "Tidak heran kenapa Guru lebih menyukaimu walaupun aku yang lebih baik."

Tidak ada balasan dari Riana dan ketika Xiao Jun hendak menolehkan kepalanya untuk memeriksa Riana, sebuah batu kecil mendarat di kepalanya dengan kecepatan lemah. Ia menangkapnya tanpa bersusah payah. "Aku tidak seburuk itu." Riana protes kepada Xiao Jun saat batu lain sampai pada Xiao Jun lagi.

"Oke, kau tidak seburuk itu. Berhenti melempari batu kepadaku." Xiao Jun menangkap batu kedua.

Riana terkekeh, "Bagaimana denganmu? Ku dengar kau telah bertunangan dengan anak Mentri. Siapa namanya?"

Senyuman di bibir Xiao Jun memudar saat ekspresi wajahnya menajdi serius. "Qianru."

"Oh, aku pernah mendengar tentangnya. Dia memiliki reputasi yang bagus."

"Mm." Xiao Jun bergumam.

"Apa kau menyukainya?" Riana bertanya dengan serius.

"Riana."

"Ya?"

"Tidurlah. Kau sangat berisik."

Sebuah batu kecil kembali dilemparkan Riana ke bahu Xiao Jun, tapi ia membiarkannya.

"Kau tidak bahagia, bukan?" Riana berpikir bahwa Xiao Jun akan menangkap batu itu lagi, tapi Xiao Jun tidak melakukannya. "Kakak senior." Riana memanggilnya lagi.

Xiao Jun duduk dengan punggungnya yang menghadap Riana, jadi Riana tidak tahu ekspresi apa yang ada di wajah Xiao Jun saat ini. Mengetahuinya, Riana tidak bertanya apapun lagi dan ia hanya menatap stalaktit-stalaktit yang menggantung di atas mereka hingga tertidur.

***

Riana terbangun saat ia mendengar Xiao Jun dan Ye Xiu sedang berada di tengah-tengan percakapan mereka. Tubuhnya terasa sangat sakit terlebih lagi di lengan kirinya. Ia masih mengalami kesulitan untuk duduk tanpa bantuan.

"Kemana kau akan pergi?" Riana bertanya, saat ia melihat Xiao Jun yang terlihat sedang berbicara pada Ye Xiu dengan suara yang sangat pelan.

Mereka berdua memutar kepalanya dengan serentak dan Ye Xiu dengan cepat berjongkok di sebelah Riana.

"Bagaimana keadaanmu?" Ye Xiu bertanya dengan lembut.

Riana mengangguk dan memberikannya senyuman manis. "Kemana dia akan pergi?" Ia malah bertanya pada Ye Xiu, karena Xiao Jun tidak menjawabnya.

"Jika aku tidak pergi sekarang, mereka akan curiga padaku." Xiao Jun berkata dengan tenang.

"Kalau begitu ayo pergi bersama." Riana mencoba untuk membuat Xiao Jun tinggal sebentar lagi.

"Aku telah menemukan jalan keluar dari gua ini dan sepertinya kita berada di belakang gunung. Ada pedesaan kecil di dekat sini, kau bisa memulihkan kesehatanmu disana. Tapi, aku harus pergi sekarang atau jika tidak mereka akan mencurigaiku mengenai kejadian malam tadi." Xiao Jun menjelaskannya dengan sabar.

Riana menatap Xiao Jun, ia telah menjadi lebih dewasa dibandingkan dirinya 3 tahun lalu. Tidak heran penduduk Azura lebih mendukungnya untuk menjadi Pangeran Mahkota di bandingkan dengan Xiao Wang Wei yang sombong itu. sayangnya, ketika Kaisar meninggal, Xiao Jun baru berusia 18 tahun, para Tetua berpikir bahwa ia masih terlalu muda untuk mengambil takhta. Sekarang 3 tahun telah berlalu dan ia telah memiliki aura sebagai penguasa.

"Tapi…" Riana tidak menyelesaikan kalimatnya ketika Ye Xiu mengangkatnya dan melesat ke sisi lain dari gua dengan cepat.

Dan tidak lama kemudian sebuah stalaktit jatuh ke tanah tembat dimana Riana berada sebelumnya dengan suara yang memekakkan telinga. Ye Xiu memegangi pinggang Riana dengan erat untuk menyeimbangkan dirinya.

Namun, semua yang terjadi terlalu cepat. Ye Xiu melompat ke dataran yang lebih tinggi ketika stalaktit itu jatuh, setelah itu Xiao Jun berlari ke arah mereka dan ketika suara yang memekakkan telinga dari stalaktit yang jatuh itu telah hilang, sesuatu terjatuh dari lengan baju Riana dan jatuh ke tanah.

Itu adalah sebuah batu merah yang berukuran sebesar ibu jari dan terbuat dari Kristal. Dengan reflek Riana mengulurkan tangannya untuk mengambil baru itu, namun karena lukanya, rasa sakit menghalangi gerakannya.

Dibawah mereka bukanlah tanah namun bebatuan padat, maka ketika batu itu jatuh dan terbentur dengan batu yang berada di bawah, batu Kristal berwarna merah itu retak dan terbelah menjadi dua.

Riana menatap batu kecil itu dengan tatapan ngeri. Terlepas dari rasa sakitnya, ia mengumpulkan kekuatannya untuk melepaskan diri dari dekapan Ye Xiu dan menghampiri batu itu, dengan tangan yang bergetar ia mengambil satu pecahan batu itu sedangkan yang satu ladi terpental sedikit lebih jauh darinya.

Merasa lengah dengan gerakan tiba-tiba dari Riana, genggaman Ye Xiu di pinggang Riana melemah. "Apa yang terjadi?"

"Oh, tidak…" Riana menyuarakan teriakan yang tertahan dan terus menggelengkan kepalanya.

"Riana apa yang terjadi?" Xiao Jun juga ikut berjongkok di sebelah Riana. Ia melihat Riana yang sangat gelisah dengan batu yang hancur di tangannya.

Ia menunjuk ke pecahan batu lain di dekat Xiao Jun dengan jari yang gemetar dan dengan suara napas berat Riana berkata, "Ambilkan itu untukku…"

Xiao Jun tidak mengerti apa yang terjadi padanya dan batu apa itu. Meskipun ia merasa bingung, Xiao Jun menuruti kata-kata Riana tanpa mengucapkan apapun. Tapi, ketika ia hendak membalikkan tubuhnya, sebuah cahaya terang yang membutakan mata muncul dari pecahan batu yang ada di tangan Riana.

Xiao Jun dan Ye Xiu ketakutan dan merasa panik dengan apa yang mereka lihat. Sedangkan Riana terlihat kaku dan ketakutan saat menolehkan kepalanya untuk menatap Ye Xiu di sebelahnya, penglihatan Riana menjadi buram dan air mata mengalir di wajahnya ketika ia berbisik, "Temukan Senja untuk menemukanku."

Secara bersamaan dengan ucapan Riana, cahaya itu menjadi semakin terang dan memaksa Xiao Jun serta Ye Xiu untuk menutup mata mereka. Setelahnya, cahaya itu menyelimuti mereka bertiga dan menghilangkan kesadaran mereka.

Ketika Ye Xiu perlahan kehilangan kesadarannya, hal terakhir yang dapat ia rasakan adalah tubuh Riana yang menghilang dari dekapannya.

Itu adalah ingatan terakhirnya terhadap Riana, karena setelah ia membuka mata Riana tidak berada dimanapun sedangkan Xiao Jun telah terbaring di luar gua.

Kedua mata Ye Xiu perlahan terbuka dan ia menyadari kembali keberadaan dirinya di sebuah ruangan dimana Senja masih tertidur di atas tempat tidur. Tidak tahu kapan ia tertidur, tapi ingatan itu telah menghantuinya selama 4 tahun. Ia tidak tahu kenapa atau bagaimana Riana bisa tiba-tiba menghilang. Tapi, kalimat terakhir darinya sangat jelas bagi Ye Xiu.

Ye Xiu menggelengkan kepala untuk menjernihkan pikirannya kembali. Mimpi itu datang hampir setiap malam lagi dan lagi dan Ye Xiu telah terbiasa dengan mimpi itu.

Di luar jendela, matahari hampir terbit.

Ye Xiu berdiri dan terhuyung ke tempat tidur Senja, ia menatap gadis kecil ini dengan penuh rasa simpati saat ia masih mengingat saat pertama kali ia melihat Senja di dalam sekapan Riana di bawah pohon prem, seperti baru saja terjadi kemarin.

Senja adalah seorang gadis berusia 8 tahun dari Klan yang terkenal. Namun sebaliknya, tubuhnya terlihat sangat kurus, seperti seorang anak yang kekurangan gizi dan selain gaunnya yang bagus, tidak ada lagi yang bagus dari kondisinya saat ini. Bahkan di tangannya terlihat bekas luka dengan jelas.

Tidak tahu perlakuan seperti apa yang telah ia terima dari ibu dan kakak-kakaknya, tapi itu pasti bukan perlakuan yang baik. Di masa lalu karena hubungan yang baik dengan Nyonya Dam, Riana selalu mengunjungi Klan Pedang Hitam sekali setiap dua pecan. Terkadang Ye Xiu akan pergi bersama Riana.

Terakhir kali ia melihar Senja adalah sebelum perang di antara Xinghe dan Azura terjadi, ia baru berusia 1 tahun saat itu.

Ye Xi uterus menatap gadis kecil itu, mencoba untuk mencari tahu apa yang harus ia lakukan terhadapnya. Riana tidak mengatakan apapun selain untuk menemukan Senja, satu-satunya orang yang ia tahu bernama Senja hanyalah gadis ini. Karena 'Senja' adalah nama yang tidak biasa, tidak banyak orang yang memiliki nama itu.

Sejauh yang Ye Xiu tahu, Riana juga tidak mengetahui orang lain yang bernama 'Senja'. Kepala Ye Xiu terasa sakit lagi.

Muncul suara berisik dari pintu dan seorang anak berusia 5 tahun muncul dari pintu itu. Anak laki-laki itu berlari dan memeluk kaki Ye Xiu. "Paman." Anak itu terkekeh.

Ye Xiu mengangkat anak itu dan menempatkan jari telunjuknya ke hadapan mulut anak itu, "Sst, dia sedang tidur." Ye Xiu menunjuk Senja dengan dagunya.

Anak laki-laki itu menatap Senja dengan penasaran. "Siapa?" Ia berbisik pelan.

"Anak perempuan temanku." Ye Xiu kembali berbisik.

"Kenapa dia tertidur?"

"Karena dia sedang sakit." Ye Xiu menjelaskan dengan singkat.

"Ye Qing!" Dari belakang pintu Ye Bai berteriak. "Dimana kau?!"

Ye Xiu ingin berteriak kembali kepada adiknya untuk membuatnya diam, tapi tidak bisa. "Apa yang telah kau lakukan?" Ye Xiu bertanya kepada anak laki-laki itu.

Ye Qing terkekeh dan berbisik kepada pamannya, "Aku bermain dengan golok milik ayah."

Golok adalah sebuah pisau pendek dan lebar yang sangat jarang digunakan sebagai senjata. Untuk Ye Qing memainkan alat berbahaya itu, pasti karena adiknya meletakkan senjatanya dengan sembarangan lagi.

Kedua mata Ye Xiu terbuka lebar. Ia bergegas menuju pintu dengan marah dan Ye Qing masih berada di lengannya lalu menarik pintu untuk membukanya.