Ringan, itulah yang Sasuke rasakan saat Merlin membawanya pergi dari kamarnya yang menyesakkan. Rasanya seperti berjalan di taman sambil memakan sebuah es krim di musim panas, dengan ditemani oleh anak-anak lain yang sebaya dengannya, dan tanpa gangguan makhluk-makhluk yang selama ini selalu memenuhi pengelihatannya. Anak itu mengeratkan pelukannya pada Merlin, sebelum akhirnya menghirup aroma yang sedikit familier baginya, aroma bunga mawar.
"Onee-san, kenapa Onee-san berbau seperti bunga mawar?" tanya Sasuke seraya melirik malu-malu kearah Merlin. Merlin menoleh kearah Sasuke, lalu tertawa kecil saat melihat anak itu malah menyembunyikan wajahnya di bahu Merlin. "Heika-sama, apa anda baru saja bertanya mengenai bau badan saya?" goda Merlin sambil mengusap-usap punggung Sasuke. Wajah Sasuke semakin memerah padam, membuatnya kembali menyembunyikan wajahnya di bahu Merlin.
"Marin-oneesan, kamu membuatku malu," gumam Sasuke pelan karena merasakan malu yang teramat sangat. Merlin terkikik saat mendengar gumaman Sasuke, sebelum akhirnya menepuk-nepuk pelan kepala Sasuke. "Daijobu desu yo, Heika-sama, watakushi wa ki ni shimasen (Tidak apa-apa, Yang Mulia, saya tidak keberatan,)" ujar Merlin menenangkan Sasuke.
Sasuke hanya mengangguk pelan, lalu mengangkat kepalanya untuk mengamati lingkungan di sekitar mereka. Saat ini, mereka berada di sebuah daerah hutan yang tidak Sasuke kenal, tapi tetap saja terasa familier bagi anak itu. Sasuke menolehkan kepalanya kearah sebuah pohon disana. Dari pohon itu, ia bisa menemukan sebuah tulisan dari huruf hiragana dan kanji yang belum bisa dibaca olehnya.
"Marin-oneesan, bisakah kamu membacakan tulisan yang terukir di pohon itu untukku? Aku masih belum bisa membaca," pinta Sasuke sambil menunjuk pohon di belakang mereka. Merlin berbalik dan menolehkan kepalanya kearah pohon itu, lalu berjalan mendekat dan menganalisa tulisan di pohon itu. "Yatagarasu no Ōma to Tamamo no Mae, kanashī fūfu no monogatari no ketsumatsu, (Yatagarasu no Ohma dan Tamamo no Mae, akhir dari kisah pasangan yang menyedihkan,)" gumam Merlin pelan.
"Kanashī fūfu no monogatari no ketsumatsu? Marin-oneesan, sore wa dōiu imi desuka? (Akhir dari kisah pasangan yang menyedihkan? Merlin-oneesan, apa artinya itu?)" Sasuke kembali bertanya seraya mengernyitkan dahinya. Merlin hanya tersenyum menanggapi pertanyaan itu, lalu mengusap-usap kepala Sasuke yang sedang menatapnya polos. "Heika-sama, suatu saat nanti anda akan mengerti apa yang tertulis di pohon itu," ujar Merlin dengan nada lembut.
Sasuke menggembungkan pipinya saat Merlin mengatakan hal itu. Menurut Sasuke, dia juga punya hak untuk mengetahui maksud dari tulisan itu. Memang, sungguh luar biasa pemikiran anak kecil yang satu ini.
Merlin lalu membalikkan tubuhnya, dan kembali melanjutkan perjalanan mereka. Di setiap sisi, Sasuke bisa menemukan banyak makhluk jahat yang ketakutan saat melihat Merlin, jauh lebih banyak dari yang bisa dilihatnya di daerah perkotaan. Keduanya masuk jauh lebih dalam menembus hutan, seolah mencari sebuah tujuan yang pasti. Hingga akhirnya, keduanya mencapai sebuah rumah yang dipenuhi oleh energi negatif yang berbeda dari energi-energi lain di hutan tadi.
~AnM: Rei~
Mitsuki menangis keras di pelukan Reza karena dirinya tak bisa mencegah penculikan Sasuke. Wanita berusia perempat baya itu tidak peduli bahwa pegawai-pegawai milik suaminya melihatnya sedang menangis. Hatinya terasa hancur saat melihat Sasuke yang sedang tertidur pulas malah diculik oleh seekor makhluk yang dia kira adalah Kuchisake Onna. Wanita itu terus menangis sesenggukan di pelukan suaminya, seolah mencoba melepaskan seluruh perasaan sedih yang ia rasakan.
"Mitsuki-san, kumohon berhentilah menangis, aku akan membuat surat pernyataan orang hilang, dan kita bisa pergi mencari Sasuke bersama-sama," bujuk Reza sambil mengusap-usap punggung istrinya. Akan tetapi, bujukan itu sama sekali tidak diindahkan oleh Mitsuki, malahan, Mitsuki menangis semakin keras di ruang tamu itu. Sementara di seberang mereka, tampak Ichiro dan Ichika yang tengah kewalahan menghadapi Yukari yang semakin rewel.
"Yuuka-chan, kumohon berhentilah menangis ya? Nanti Ichika-oneesan akan membelikan es krim untukmu," ujar Ichiro sambil memainkan sebuah boneka di depan Yukari. "Hoshikunai! Yuuka-chan wa sore o nozomanai! (Tidak mau! Yuuka-chan tidak mau itu!)" Yukari menjerit, lalu menangis sambil memeluk Ichika. "Ichiro-kun no baka! Kanojo ga nozomanai nonara kanojo o settoku shinaide yo, (Ichiro bodoh! Kalau dia tidak mau ya jangan bujuk dia,)" tegur Ichika sambil menjitak kepala Ichiro. Anehnya, hal itu mampu membuat Yukari berhenti menangis, bahkan Yukari sampai tertawa melihat Ichiro yang kesakitan karena jitakan Ichika.
"Ichiro-kun, Ichika-chan, bisa tolong kalian bermain dengan Yukari di luar?" Reza bertanya pada kedua pegawainya yang masih berusia 22 tahun itu. "Ha'i, Reza-niisan," "Nozomu tokorode, Nii-san," ujar dua sejoli itu kompak sambil membawa Yukari keluar dari ruangan itu. Sekarang hanya tersisa Reza dan Mitsuki saja di ruangan itu, dengan suasana penuh kesedihan yang memenuhi seisi ruangan itu.
"Ne, Ichika, sebaiknya kita kemana sekarang?" tanya Ichiro yang menguap kebosanan sambil melihat Ichika bermain bersama Yukari yang tampak lebih ceria sekarang. "Apa maksudmu, Ichiro-kun? Bukannya lebih baik kita tidak pergi kemana-mana?" Ichika balik bertanya dengan ekspresi kebingungan yang tampak jelas di wajahnya. "Maksudku, sebaiknya kita berjalan-jalan saja keluar, takutnya Yuuka-chan malah mendengar sesuatu yang tidak tidak," jelas Ichiro sambil mengangkat Yukari dan membiarkan Yukari duduk di pundaknya dengan posisi kaki melingkari leher Ichiro.
"Eh...? Baiklah, aku akan memberitahu Reza-niisan," ujar Ichika sambil berjalan kesamping Ichiro. "Ichiro-ojiichan, sugoi! Yuuka-chan ga se ga takaku natte imasu! (Paman Ichiro hebat! Yuuka-chan jadi tinggi sekali!)" ujar Yukari bersemangat sambil berpegangan pada kepala Ichiro. "Yosh yosh! Apa Yuuka-chan menyukainya?" tanya Ichiro sambil menaikkan tangannya untuk menjaga Yukari agar tidak jatuh. "Daisuki desu! (Sangat suka!)" Yukari berseru ceria, membuat Ichiro dan Ichika tersenyum saat mendengarnya.
"Ne ne, Yuuka-chan, apa kamu mau es krim?" tanya Ichika saat melihat konbini (pasar swalayan) di samping mereka sedang memasang sebuah promosi mengenai es krim. "Yuuka-chan mau, Ichika-oneechan!" Yukari berkata dengan semangat, membuat Ichiro mendapatkan sebuah ide untuk menjahili Yukari. "Ne, Yuuka-chan, kenapa kamu memanggilku dengan sebutan Ojii-san, sementara Ichika dipanggil Onee-san?" tanya Ichiro dengan nada pura-pura merajuk.
"Ettooo...." Yukari menyentuh bibirnya dengan jari telunjuk, lalu menatap Ichiro di bawahnya dengan tatapan polos. "Karena Ichiro-ojiichan terlihat tua, dan Ichika-oneechan terlihat muda," jawab Yukari sambil menoleh kearah Ichika yang terkikik geli. Ichiro menaikkan sebelah alisnya saat melirik Ichika yang menahan tawa, lalu mencoba membuat hipotesa dengan cara menyambungkannya dengan kata-kata Yukari tadi. Saat otak lemot Ichiro menemukan jawaban atas keheranannya, ia hanya tertawa, lalu menurunkan Yukari ke gendongannya.
~AnM: Rei~
"Odoroita na, Marin-oneesan wa totemo tsuyoi ne, (Mengejutkan, Merlin-oneesan kuat sekali,)" puji Sasuke pada Merlin yang tampak berdiri diatas sesosok wanita yang memiliki mulut yang robek hingga ke pipi. Sasuke berjalan mendekati Merlin yang balas menatapnya dengan wajah merona, lalu mengangkat kedua tangannya kearah Merlin. Menyadari apa yang Sasuke maksud, Merlin langsung saja mengangkat tubuh kecil Sasuke ke pelukannya, lalu mengusap-usap punggung anak itu pelan.
"Aku kira Marin-oneesan akan kalah pada awalnya, ternyata Marin-oneesan bisa menang dengan mudah," ujar Sasuke memuji Merlin yang mengalahkan sosok Kuchisake Onna di bawah mereka. "Heika-sama terlalu memuji saya, saya jadi merasa malu," ucap Merlin dengan wajah merona sambil melangkahkan kakinya dari tubuh hantu jahat yang telah berhasil ia kalahkan. "Aku tidak berlebihan kok, karena Marin-oneesan memang benar-benar hebat," Sasuke kembali memuji Merlin, lalu memberikan pelukan hangat pada leher perempuan yang jauh lebih tua darinya itu.
"Kalau Heika-sama memuji saya terus, nanti anda malah akan kehilangan kesempatan anda untuk menginterogasi makhluk itu lho," ujar Merlin mengalihkan topik, membuat anak yang ia gendong itu memiringkan kepalanya dengan imut. "Menginterogasi itu apa, Marin-oneesan?" tanya Sasuke dengan nada imut, membuat setetes darah meluncur keluar dari hidung Merlin.
"Marin-oneesan?" panggil Sasuke saat melihat Merlin bengong dengan wajah yang memerah padam disertai ekspresi yang aneh. Sasuke lalu menatap kearah sosok lain yang mulai berdiri dari tanah. Sosok Kuchisake Onna itu menatap garang kearah Merlin dan Sasuke, lalu mengangkat tangannya yang memegang sebuah gunting yang sudah berkarat. Mendadak, mata kanan Sasuke berubah menjadi biru terang dengan garis lurus di bagian tengahnya, sementara mata kirinya berubah warna menjadi hitam dengan iris berwarna biru elektrik yang memancarkan api kebiruan.
"Faigh ceangailte ri peanas an diabhail! (Terikatlah pada hukuman iblis!)" ujar Sasuke sambil mengacungkan telapak tangan kanannya pada Kuchisake Onna itu. Sontak, tubuh arwah penuh dendam itu langsung terlempar mundur dan berakhir terikat pada sebuah salib berwarna hitam pekat. Merlin yang menyadari kalau Sasuke sedang dikuasai oleh sosok lain dalam dirinya pun membalikkan tubuh kecil Sasuke hingga menghadap kearah si Kuchisake Onna.
"Innis dhomh! Carson a tha thu ag amas air mo phiuthar bheag?! (Katakan padaku! Kenapa kau mengincar adikku?!)" Sasuke bertanya dengan nada marah, diikuti munculnya aura kelam yang meluap-luap di sekeliling tubuhnya. Kuchisake Inna itu hanya terdiam seraya menatap kearah mata mengerikan milik Sasuke. "Watashi..... Kirei? (Apa aku terlihat cantik?)" Kuchisake Onna itu balik bertanya kearah Sasuke, membuat aura kelam semakin membesar di sekeliling tubuhnya.
"Stad a bhith a 'cluich mun cuairt agus freagair mo cheistean! (Berhenti bermain-main dan jawab pertanyaanku!)" bentak Sasuke keras, tapi Kuchisake Onna itu tidak bergeming sama sekali. Merlin menatap Kuchisake Onna itu dengan matanya yang berwarna biru, lalu mengedipkan matanya untuk mengeluarkan mata sihir miliknya. Akhirnya tampaklah permasalahan kenapa Kuchisake Onna itu tidak bisa bicara, yaitu karena energi kelam yang menyelimuti arwahnya sudah kelewat batas hingga ia hanya bisa memikirkan dendamnya.
"Mo Thighearna, tha e a 'coimhead coltach nach urrainn dha bruidhinn oir tha an lùth dorcha taobh a-staigh a chorp air smachd a ghabhail air an eanchainn aige, (Tuanku, sepertinya dia tidak bisa bicara karena energi gelap di dalam tubuhnya sudah menguasai otaknya,)" ujar Merlin pada Sasuke, membuat anak itu menoleh kearah Merlin sambil menurunkan aura kelam di tubuhnya. Sasuke lalu mengacungkan tangan kanannya kedepan, dan seketika energi gelap di tubuh Kuchisake Onna itu tersedot kedalam tangan kanan bocah itu.
Kuchisake Onna itu meronta-ronta saat energi gelap miliknya diserap kedalam tubuh Sasuke. Perlahan, wujud seram wanita pembunuh itu memudar, menyisakan sesosok figur wanita yang teramat cantik. Wanita itu mengenakan sebuah kimono berwarna putih bersih, dengan rambut panjang yang dibiarkan menjuntai hingga ke pinggang. Salib hitam yang tadinya mengikat tubuh wanita itu menghilang, membuat wanita itu melayang bebas mendekati Sasuke yang tubuhnya berkeringat dan mulai menunjukkan gejala demam.
"[Terima kasih karena sudah membebaskan tubuhku dari kegelapan yang selama ini membuatku terpenjara di alam fana, anak muda.....]" ucap wanita yang merupakan wujud asli dari Kuchisake Onna. "Siapa kau, dan kenapa kau mengincar adikku?" Sasuke kembali mengulangi pertanyaannya, kali ini dengan menggunakan bahasa yang bisa dimengerti oleh wanita itu. Merlin menatap khawatir kearah Sasuke yang suhu tubuhnya mulai naik, tapi ia terlalu takut untuk mengganggu tuannya sehingga ia hanya bisa terdiam dengan khawatir.
"[Namaku adalah Reira Akane, anak muda. Seperti yang kamu tahu, aku adalah sosok sebenarnya dari hantu Kuchisake Onna itu,]" jawab Akane seraya melayang mengitari Sasuke dan Merlin. "Kenapa kamu bisa memiliki nama yang sama seperti milikku?!" Sasuke bertanya dengan nada keras karena terkejut. "[Karena sebenarnya, aku adalah selir dari ketua klan Reira yang sekarang. Melihat bahwa kamu adalah pewaris dari mata jahat itu, maka bisa kuketahui kalau kamu adalah calon ketua klan selanjutnya setelah kakekmu, Reira Yoshitomo,]" jawab Akane pelan seraya mengangkat kedua tangannya untuk menyentuh pipi Sasuke.
Berbeda dengan saat Merlin menyebutkan nama yang tidak bisa didengar oleh Sasuke, kekuatan Sasuke kembali memasuki tubuhnya tanpa efek samping, meski tubuhnya menunjukkan gejala demam. Akan tetapi, Akane bertindak cepat dengan meletakkan tangannya di dahi Sasuke. Rasa dingin menyejukkan dari tangan Akane membuat Sasuke bisa bernafas sedikit lebih lega, meski tak bisa dipungkiri bahwa gejala demam itu benar-benar melemahkan tubuhnya.
"Kenapa... Anda bisa mengenal kakekku? Padahal..... Aku belum pernah..... Bertemu dengannya....." tanya Sasuke dengan suara serupa gumaman kecil. "[Aku akan menjelaskannya nanti, anak muda, sekarang kamu perlu beristirahat agar demam itu cepat sembuh,]" ujar Akane dengan lembut. Arwah wanita itu lalu menoleh kearah Merlin seraya berkata, "[Bawa anak ini ke rumah itu, disana kamu akan menemukan peralatan yang bisa kamu gunakan untuk menyembuhkannya.]"
"Kamu tidak perlu memberitahuku, arwah. Keselamatan Heika-sama adalah prioritas untukku," ucap Merlin seraya berlari menuju kearah rumah yang tadinya dipenuhi oleh energi negatif itu. Akane hanya diam sambil menatap Merlin yang terlihat panik akan keselamatan Sasuke. Arwah wanita itu lalu melayang pelan mengikuti Merlin yang sudah masuk ke dalam rumah, lalu berbisik, "[Sepertinya kamu benar-benar lupa terhadapku, Jaakuna Hikari no Majou..... Padahal..... Kamulah yang dulu menolongku dengan memberikan energi gelap itu agar aku bisa membalas dendam pada Minami.]"
つづく