Chereads / Akui no Me Rei / Zero / Chapter 8 - Kuchisake Onna Finale: Kitsune no Hōseki

Chapter 8 - Kuchisake Onna Finale: Kitsune no Hōseki

Panas, suhu tubuh Sasuke benar-benar panas karena demam yang tiba-tiba muncul setelah ia menggunakan kekuatan miliknya. Nafas anak itu tersengal-sengal, dan ia tak bisa berhenti memegangi dadanya yang terasa sesak. Merlin hanya bisa menatap kasihan pada tuannya, lalu dengan hati-hati mengompres kepala anak itu.

"[Ano ko wa dōdesu ka? Netsu wa mada kō idesu ka? (Bagaimana keadaan anak itu? Apa demamnya sudah turun?)]" Akane bertanya seraya melayang memasuki ruangan tempat Sasuke kecil terbaring. "Kare no jōtai wa sukoshi akka shimashita..... (Kondisinya sedikit memburuk....)" jawab Merlin pelan, tatapan matanya tidak pernah lepas dari wajah Sasuke yang pucat dan berkeringat dingin. Tangan kanan Merlin tak henti-hentinya meremas lembut tangan mungil Sasuke, berharap kalau ia bisa melakukan sesuatu untuk tuannya tersebut.

"[Apa kamu tidak bisa menggunakan sihirmu untuk menyembuhkan anak itu?]" Akane kembali bertanya sebelum mendaratkan tubuhnya disamping Sasuke. Pertanyaan itu membuat Merlin menoleh kearah Akane. Gadis itu lalu mengulurkan tangannya ke dahi Sasuke dan mengalirkan sihirnya untuk menyembuhkan Sasuke. Akan tetapi, gumpalan-gumpalan hitam keluar dari tubuh Sasuke dan menyerap energi sihir Merlin, seakan-akan tubuh Sasuke menolak untuk disembuhkan.

"Aku sudah mencobanya... Tapi aku selalu gagal. Hanya sekali saja aku bisa menyembuhkan Heika-sama, yaitu pada saat kelahiran beliau," ujar Merlin sendu seraya menarik kembali sebelah tangannya. Dilihatnya telapak tangannya yang ia gunakan untuk mengalirkan sihir tadi, dan tampaklah bahwa telapak tangannya penuh dengan luka lecet seperti bekas cakaran yang sangat halus.

"[Tubuhnya menolak sihirmu, Jaakuna Hikari no Majou,]" ucap Akane seraya melayang mengitari Sasuke. Arwah penasaran itu menyentuh dahi Sasuke pelan, seolah mencoba menurunkan panas tubuh anak itu. Setelah agak lama, nafas Sasuke menjadi lebih teratur dan ia pun terlelap karenanya. Ekspresi wajah anak itu menjadi lebih damai setelah tertidur, membuat Merlin bisa bernafas lega saat melihatnya.

"Terima kasih sudah membantu Heika-sama untuk meringankan rasa sakitnya, kami para Draco Gelida Infernum (Naga Neraka Beku) berhutang nyawa padamu," ujar Merlin seraya menundukkan kepalanya pada Akane. Akane hanya tersenyum seraya tangannya mengusap-usap rambut Sasuke yang masih tertidur, lalu berkata, "[Kōtta Jigoku no Doragon (Naga Neraka Beku)? Kukira kalian dulu bernama Kami no Sei (Kesalahan Dewa).]"

Bulu kuduk Merlin meremang saat Akane menyebutkan sebuah nama yang sudah hampir dilupakan oleh Merlin. Gadis itu menundukkan kepalanya, lalu menoleh perlahan kearah Akane yang masih sibuk dengan Sasuke. "Nama itu... Adalah nama kami ketika Yatagarasu-sama masih hidup, nyonya. Semenjak kematian Yatagarasu-sama, kami tercerai berai dan tersegel satu demi satu ke dalam kutukan rubah sialan itu," ujar Merlin mengatakan alasan dibalik diubahnya nama kelompok miliknya.

"[Tapi, kenapa Kōtta Jigoku (Neraka Beku)?]" tanya Akane penasaran seraya menatap Merlin yang balik menatapnya dengan tatapan kosong. "Karena sebenarnya..." Merlin menjelaskan beberapa hal pada Akane yang mendengarkan dengan seksama. Merlin menceritakan semuanya pada Akane tanpa menutup-nutupi fakta apapun pada arwah wanita itu. Setelah menceritakan semuanya, Merlin terdiam seribu bahasa menunggu reaksi Akane setelah mendengarkan ceritanya.

"[Jadi begitu.... Rupanya, anak ini.... Sasuke adalah alat bagi Yoshitomo untuk bisa menguasai kekuatan Akui no Me,]" gumam Akane sendu seraya menoleh kearah Sasuke yang masih terlelap. Merlin menaikkan sebelah alisnya saat mendengar perkataan Akane, lalu bertanya, "Alat? Kau bilang Heika-sama adalah alat bagi sampah itu untuk menguasai dunia?"

"[Sejujurnya... Ini adalah kisah lama yang belum pernah kuceritakan pada siapapun, tapi, karena kalian adalah orang-orang yang ditugaskan untuk menjaga Sasuke, maka aku akan menceritakannya padamu,] ucap Akane yang kedua tangannya tak bisa berhenti mengusap pipi Sasuke. "[Sebenarnya.... Mitsuki..... Ibu Sasuke, bukanlah putri dari istri pertama Yoshitomo, melainkan putriku.....]" Akane memulai ceritanya, nada bicara yang ia gunakan terdengar sangat sendu.

~Flashback~

"Akane-chan, sepertinya kita tidak bisa bersama lagi..." ujar Yoshitomo seraya mengalihkan pandangannya kearah lain. "T..tapi, kenapa? Kumohon berilah aku penjelasan, Yoshi....." Akane bertanya seraya menggenggam kimono Yoshitomo, sorot matanya tampak menahan tangis saat Yoshitomo malah mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Karena aku akan dijodohkan dengan Minami. Kau tahu kan, aku ini putra kepala klan, jadi aku tidak bisa menolak perjodohan ini," Yoshitomo mengatakan yang sejujurnya pada Akane, meski nada suaranya terdengar aneh bagi perempuan itu. Akane bisa merasakan nada kebosanan dalam kata-kata Yoshitomo, membuatnya mau tak mau menatap kearah Yoshitomo dengan tatapan tak percaya. Setetes airmata mengalir dari mata Akane, saat melihat Yoshitomo memasang raut wajah cuek padanya.

"Lalu..... Apa artinya kebersamaan kita selama ini, kalau kau mau membuangnya begitu saja setelah aku hamil?!" Akane berteriak sambil mengayunkan tangannya untuk menampar Yoshitomo. Akan tetapi, sebelum tamparan itu mengenai wajah tampan Yoshitomo, tangan Akane berhasil ditahan oleh pria itu. Akane terkejut saat Yoshitomo menahan tangannya agar tidak menampar pipi pria itu, dan jauh lebih terkejut lagi saat ia melihat mata kanan Yoshitomo telah berubah menjadi biru sepenuhnya.

"JANGAN BERANI-BERANI KAU MENAMPARKU, JALANG!" Yoshitomo berkata dengan pelan, namun, nada suaranya terdengar sangat berat, seolah ada seribu orang dirinya tengah mengatakan kata-kata yang sama. Akane sangat terkejut melihat Yoshitomo mengintimidasinya, apalagi sampai menggunakan mata terkutuk yang sangat terkenal di kalangan masyarakat klan mereka.

Akane berusaha memberontak untuk melepaskan genggaman tangan Yoshitomo pada tangannya. Namun, percuma saja karena tenaga Yoshitomo terlalu kuat, apalagi saat ia menggunakan kekuatan dari mata terkutuk itu. Pada akhirnya, Akane hanya bisa pasrah saat Yoshitomo berjalan mendekatinya dan membisikkan sebuah kalimat ke telinganya, "Jangan sekali-kali kau mencoba menamparku, gadis jalang! Kalau sekali lagi kau meminta pertanggungjawaban mengenai bayi sialan di perutmu itu, maka aku akan membunuhmu bersamaan dengan bayi itu!"

Tetes-tetes air mata tak mampu lagi dibendung oleh Akane setelah mendengar ancaman sepihak Yoshitomo padanya. Sungguh, ia tak menyangka bahwa kekasih yang ia cintai malah mencampakkannya saat ia tengah berbadan dua. Dengan segenap tenaganya, Akane mendorong Yoshitomo untuk menjauh darinya, lalu berteriak, "Kau brengsek, Yoshi! Aku tahu kalau Akui no Me hanya bisa diwariskan pada anak pertamamu, maka dari itu, aku tidak akan pernah menyerahkan bayi ini padamu, meski nyawaku adalah taruhannya!"

Akane lalu berlari dan bersiap-siap untuk kabur dari pemukiman klannya sekarang, karena ia tak mau bayinya nanti mewarisi kekuatan mengerikan milik ayah yang tak mau mengakuinya. Perempuan itu tak mau mengambil resiko kalau ia akan ditemukan oleh Yoshitomo, jadi ia melarikan diri melalui jalur bawah tanah di rumahnya yang sama sekali tak diketahui oleh Yoshitomo. Ia lalu membeli tiket kereta pertama menuju Tokyo pada pukul 5 pagi, dan meninggalkan Kyoto serta sebagian besar Klan Reira yang mencari keberadaannya.

~Flashback~

"[Sayangnya, mereka berhasil menemukanku setahun setelah putriku Mitsuki terlahir..... Yoshitomo yang mengetahui kalau ternyata bayiku adalah perempuan tampak sangat-sangat geram, lalu dia mencabut pedangnya untuk memenggal kepala Mitsuki. Beruntung, aku bisa mencegahnya, meski aku harus merelakan diriku mati karena mulutku robek oleh pedang Yoshitomo. Dia membakar mayatku bersama rumahku di Tokyo, tapi, sayangnya dia tidak mengirim jiwaku ke Yomi (Neraka) dan malah membiarkan arwahku dipenuhi dendam sebagai Kuchisake Onna...]" ujar arwah Akane mengakhiri ceritanya seraya mengusap-usap kepala Sasuke dengan lembut.

Merlin terdiam seribu bahasa setelah mendengar kata-kata wanita yang sudah meninggal puluhan tahun silam itu. Gadis itu teringat akan seekor arwah yang ia temui di Tokyo, arwah penasaran penuh dendam yang meninggal dengan robekan pada wajahnya. Sejenak kemudian, kedua kelopak mata Merlin melebar seraya menunjuk arwah Akane dan berkata, "Kau! Kau ini arwah yang memohon agar diberi kekuatan untuk membalas dendam di Tokyo beberapa tahun silam kan?!"

"[Akhirnya kau mengingatku, Jaakuna Hikari no Majou, Merlin Vi Merlion..... Penjaga pertama dan pelayan kepercayaan cucuku, Reira Sasuke Adriansyah,]" ujar Akane yang arwahnya perlahan memudar, tanda bahwa urusannya sudah hampir terselesaikan di dunia ini. "[Sudah hampir tiba waktunya bagiku untuk kembali ke Takamagahara, Nona Merlin. Kalau bisa, bolehkah aku meminta tolong suatu hal padamu?]" pinta Akane pada Merlin yang sudah berhasil mengendalikan keterkejutannya.

"Aku tidak bisa janji, tapi aku akan berusaha untuk mengabulkannya," ujar Merlin seraya menatap lekat kearah arwah Akane yang sudah separuh memudar. "[Tenang saja..... Permintaanku cuma satu...]" Akane menatap Merlin dengan lembut, lalu menoleh kearah Sasuke yang masih terlelap. "[....tolong, jaga anak ini, jangan sampai dia dijadikan alat oleh Yoshitomo,]" ucap Akane melanjutkan kata-katanya.

"Tanpa perlu kau minta pun, aku akan selalu menjaga Heika-sama," ujar Merlin seraya memutar bola matanya. "[Senang mendengarnya.... Kelihatannya..... Aku punya cucu menantu yang bisa diandalkan.....]" gumam Akane sebelum arwahnya memudar sepenuhnya, membuat kedua pipi Merlin merona merah saat mendengar perkataan arwah dari nenek Sasuke itu. "Dasar... Nenek tua mengerikan...." Merlin bergumam seraya menyentuh kedua pipinya yang terasa panas.

Sejenak kemudian, Merlin menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memeriksa kondisi situasi di sekitarnya. Setelah yakin bahwa situasinya aman, Merlin membungkukkan badannya kearah Sasuke yang masih terlelap. Nafas gadis itu terengah-engah dengan wajah yang memerah padam layaknya buah apel matang. Gadis itu mendekatkan wajahnya ke pipi Sasuke, lalu mengendus-endus aroma tubuh tuannya itu. Tubuh kecil Sasuke sedikit bergerak tak nyaman saat merasakan terpaan nafas Merlin, membuat darah mulai mengalir dari lubang hidung Merlin.

'Sial..... Aku tahu kalau Heika-sama benar-benar manis dan menggoda... Apalagi keimutannya yang tidak terbatas itu! Ugh! Aku beruntung bahwa akulah yang menjadi penjaga dari Heika-sama sampai akhirnya dia siap untuk bertemu dengan MEREKA,' batin Merlin dengan nafas yang makin berat. Godaan untuk mencium pipi tembem tuannya benar-benar tak tertahankan, membuat nafsu yang selama ini selalu Merlin tahan akhirnya membuncah ke permukaan.

Sebuah ciuman akhirnya mendarat di pipi kanan pewaris mata jahat Akui no Me, yang tak lain dan tak bukan berasal dari pelayan sekaligus pengawalnya, Merlin Vi Merlion. Beruntung bagi Merlin bahwa Sasuke sedang tertidur pulas karena tubuhnya sedang memulihkan demam akibat menggunakan kekuatan dari Akui no Me, Ikari no Me, dan Ankoku no Migite. Jika Sasuke dalam kondisi tersadar, sudah pasti Merlin akan merasa malu setengah mati akibat perbuatan yang menurutnya kurang ajar itu.

Selesai memberikan ciuman pada pipi Sasuke, Merlin lalu memainkan jemarinya diantara helai-helai rambut Sasuke. Gadis itu menjilat bibirnya dengan puas, seraya membayangkan akan jadi seperti apa Sasuke saat usianya sudah lebih dewasa. Berbagai fantasi mulai berseliweran di kepala Merlin, mulai dari fantasi mengenai prestasi yang akan dicapai oleh tuannya itu, sampai dengan fantasi kotor yang bisa membuat novel ini kena banned oleh developer jika dibeberkan.

Terlalu asik dengan fantasinya membuat Merlin lengah dan menurunkan tingkat kewaspadaannya sehingga ia tidak menyadari bahwa ada sosok lain yang tengah berdiri di sisi lain ruangan itu. Sosok itu memiliki perawakan seorang perempuan berusia belasan tahun dengan rambut pirang panjang dan mata beriris keemasan. Gadis itu mengenakan kimono berwarna emas dengan corak bunga dan haori berwarna biru. Di kepalanya, tampak sepasang telinga rubah berwarna putih dan sembilan buah ekor rubah berwarna putih menyembul dari bagian belakang tubuhnya.

Gadis rubah yang baru saja muncul itu menatap Merlin dengan tatapan jijik seraya mengangkat tangan kanannya ke depan dada. Sebuah bola api berwarna putih pucat muncul dari tangan kanan gadis itu, lalu dilemparkannya dengan santai kearah Merlin yang masih sibuk dengan fantasinya. Sayang seribu sayang, bola api itu berhasil ditangkis oleh sebuah tongkat yang tiba-tiba saja muncul melindungi tubuh Sasuke yang tertidur.

Bola api itu meledakkan atap ruangan itu sesaat setelah Merlin bergerak untuk melindungi tuannya. Reruntuhan atap bangunan yang menimpanya sama sekali tidak ia hiraukan, karena ia harus memastikan bahwa Sasuke selamat. Akan tetapi, rupanya serangan gadis rubah itu tidak sampai disitu saja, karena ia tiba-tiba saja muncul di samping Merlin dan menendang sang pelayan keluar menembus tembok ruangan itu.

Si gadis rubah yang sudah menyingkirkan Merlin lalu menoleh kearah Sasuke yang masih terlelap. Tatapan mata gadis itu menajam tatkala melihat wajah damai anak itu, membuatnya berlutut dan mengarahkan kedua tangannya untuk mencekik leher Sasuke. "Semua ini salahmu..... Kenapa kau harus terlahir kembali... Kenapa kau harus kembali saat dunia ini sudah damai... Yatagarasu!" geram si gadis rubah seraya mencekik leher Sasuke yang terbangun dan mulai meronta-ronta.

"Si...siapa.... Kamu...? K...kenapa kamu.....ingin membunuh...ku...?" tanya Sasuke dengan susah payah seraya mencengkeram tangan gadis itu dengan tangan mungilnya. Si gadis rubah tidak menjawab pertanyaan Sasuke, malah, gadis itu semakin menguatkan cekikan tangannya pada leher Sasuke, membuat anak itu semakin kesulitan untuk bernafas. Cengkeraman tangan Sasuke pada tangan gadis itu semakin melemah, sampai akhirnya cengkeraman itu terlepas dan tangan Sasuke terkulai ke samping tubuhnya yang kehilangan kesadaran.

Beruntung bagi Sasuke, karena Merlin datang untuk menyelamatkannya dari maut dengan cara memukul perut si gadis rubah. Ekspresi wajah Merlin menunjukkan kemarahan yang luar biasa saat melihat Sasuke pingsan karena dicekik oleh si gadis rubah, membuat Merlin tak mampu menahan diri untuk memukul wajah si gadis rubah. "Kurang ajar! Beraninya kau menyakiti Heika-sama, Tamamo no Mae!!" Merlin berteriak murka seraya menendang Tamamo menjauh dari Sasuke.

"Jangan ikut campur, Merlin! Aku akan membunuh Yatagarasu sekali lagi untuk menjaga kedamaian dunia ini! Jangan halangi aku!" Tamamo balas berteriak seraya memunculkan api di sekujur tangannya. Melihat bahwa lawannya tengah terbakar amarah membuat Merlin mengambil tongkat hitam yang tertancap di depannya. Semburat cahaya muncul dari ujung tongkat Merlin, seakan tengah mengumpulkan kekuatan untuk mengimbangi Tamamo.

"Kitsune Bī! (Firefox Roar!)" "Seinaru Inazuma! (Holy Thunder!)" Tamamo dan Merlin meluncurkan serangan mereka yang berupa bola api putih pucat dan kilatan tombak petir berwarna keemasan. Kedua serangan itu saling bertubrukan dan menimbulkan hempasan angin yang sangat kuat. Sebelum hempasan itu mengenai Sasuke, Merlin dengan cepat langsung membawa tubuh Sasuke pergi melalui lubang hasil dari tubuhnya yang terhempas akibat tendangan Tamamo.

Sebuah ledakan menghancurkan rumah yang tadinya berdiri di tengah hutan itu, membuat Merlin yang tengah berlari sambil menggendong tubuh tuannya nyaris terhempas. Di sisi lain, Tamamo tampak berjalan keluar dari kobaran api bekas ledakan dengan kemarahan yang tidak biasa. Kesepuluh kuku tangan miliknya berubah menjadi cakar layaknya milik seekor rubah. Langkahnya tampak tegang dan kaku, seolah-olah sedang menahan diri untuk tidak mengamuk.

"Sial..... Dia terlalu kuat..... Aku tidak bisa melawannya sambil melindungi Heika-sama," gumam Merlin sambil menyandarkan tubuh Sasuke ke sebuah pohon. "Marin-oneesan....." Sasuke bergumam memanggil Merlin saat gadis itu masih terfokus pada Tamamo yang semakin mendekat. Sebelah tangan Merlin terentang di depan Sasuke untuk melindungi anak itu.

"Menyingkir... Dari jalanku!" Tamamo berkata seraya melayangkan cakarannya pada Merlin. Merlin hanya memejamkan matanya saat cakar Tamamo terayun kearahnya, tapi, Merlin tak kunjung merasakan rasa sakit akibat cakaran itu. Malahan, Merlin merasakan hembusan lembut angin yang menerpa wajahnya. Gadis itu lalu membuka matanya perlahan-lahan, dan menemukan bahwa cakar Tamamo terhenti tepat beberapa cm dari matanya.

Tamamo yang melihat bahwa cakarnya terhenti hanya bisa memasang raut wajah terkejut, apalagi saat ia melihat Sasuke perlahan bangkit dari duduknya dan berjalan melewati Merlin. Anak itu menengadahkan wajahnya untuk menatap raut penuh amarah di wajah Tamamo, lalu menjulurkan sebelah tangannya untuk meraih wajah Tamamo.

"Naze boku wa anata o shiritai nodesuka? Demo..... Atta koto ga nai, (Kenapa aku merasa seperti mengenalmu? Padahal... Kita belum pernah bertemu,)" ucap Sasuke pelan seraya menatap polos kearah Tamamo. Ekspresi kemarahan di wajah Tamamo perlahan berubah menjadi sendu, diikuti air mata yang mulai menetes dari kedua belah mata gadis rubah itu.

"Nande naite iru no? (Kenapa kamu menangis?)" tanya Sasuke seraya menatap Tamamo. Tamamo tidak menjawab, malahan, tangisannya menjadi semakin keras. Tamamo meronta-ronta berusaha menggerakkan tubuhnya untuk menyentuh Sasuke, tapi, seperti ada sesuatu yang tak kasat mata sedang mengekang tubuhnya. Tamamo menjerit dan semakin liar meronta, hingga akhirnya kekangan pada tubuhnya terlepas dan dia bisa meraih tubuh Sasuke.

Kali ini, bukan sebuah cekikan yang Sasuke dapatkan, melainkan sebuah pelukan erat dari si gadis rubah. Tamamo terus menerus membisikkan sebuah nama ke telinga Sasuke, sebuah nama yang asing bagi anak itu. Yatagarasu, sebuah nama yang bermakna seekor gagak utusan dewa. Nama itu terus dibisikkan oleh Tamamo ke telinga Sasuke, dan tangisan gadis itu perlahan mereda seiring dengan pelukannya yang dibalas oleh Sasuke.

"Nande naite iru no, Onee-san?" Sasuke kembali bertanya pada Tamamo, membuat gadis itu akhirnya tersadar dan menatap Sasuke dengan senyumannya. "Nani mo, Watashi wa daijobu desu, (Tidak apa-apa, aku tidak apa-apa,)" jawab Tamamo seraya menyentuh pipi Sasuke. Sasuke hanya bisa memiringkan kepalanya bingung seraya menatap kearah Tamamo yang perilakunya berubah 180° dari sebelumnya.

Tiba-tiba saja, sebuah cahaya berwarna putih bersinar dari dada Tamamo. Sinar itu membentuk sebuah kristal dengan bentuk seperti simbol hati berwarna merah muda. Kristal itu melayang-layang di sekeliling Tamamo dan Sasuke, lalu bersinar lebih terang sebelum turun ke tangan Sasuke. Sinar yang terpancar oleh kristal itu akhirnya meredup saat menyentuh tangan Sasuke.

"Benda apa....ini?" tanya Sasuke bingung seraya menatap kristal itu. Tamamo menatap kearah kristal itu dan Sasuke secara bergantian, lalu berkata, "Ini..... Adalah Kitsune no Hōseki (Permata Rubah), dan yang satu ini... Milikku..."

つづく