Chereads / Akui no Me Rei / Zero / Chapter 10 - Yuki Onna 2: Fukuzatsuna Kazoku Kankei

Chapter 10 - Yuki Onna 2: Fukuzatsuna Kazoku Kankei

"Ha'i! Fuyu wa nabe o taberu no ga saitekidesu! (Wah! Musim dingin memang enaknya makan hot pot!)" ucap Reza setelah menelan makanannya. Makan malam yang disajikan di rumah memang terasa lebih nikmat kalau dimakan bersama-sama, apalagi dengan teman lama. Ya, saat ini keluarga Reza dan keluarga Jae Sung sedang makan malam di rumah pemilik kedai ramen terkenal di Kyoto itu. Menu yang disajikan berupa hot pot atau nabe yang di dalamnya berisi sayuran, daging, kuah kaldu, dan beberapa bahan pelengkap lainnya.

Tak lupa, keluarga Jae Sung sebagai pihak tamu pun membawakan minuman sebagai bentuk balas budi karena undangan makan malam itu. Beruntung, ruang makan keluarga Reza tergolong cukup luas untuk menampung lebih dari 10 orang di dalamnya, sehingga mereka bisa menikmati makan malam tanpa khawatir akan kurangnya ruang untuk bergerak.

Selesai makan malam, anak-anak diperbolehkan untuk bermain bersama di sekitar rumah sementara para perempuan dewasa mengobrol sambil bergosip ria. Sementara itu, Reza mengajak Jae Sung untuk pergi ke teras dalam yang terletak di dekat taman untuk minum sake. "Satte, tomodachi no Jae Sung, kesa made nomimashou! (Baiklah, kawanku Jae Sung, ayo kita minum sampai pagi!)" ucap Reza seraya menuangkan sake ke gelas miliknya dan Jae Sung.

"Yoi! O sake o nomimashou! (Baiklah! Ayo kita minum!)" sahut Jae Sung seraya mengangkat gelasnya. "'Kanpai! (Bersulang!)'" ucap keduanya sebelum meminum sake di gelas mereka sampai habis, lalu mengambil sepotong cumi kering yang disediakan Reza sebagai camilan. "Ne, Jae Sung, naze omae wa omae ga kekkon shite iruto ore ni iwanakatta no? (Hei, Jae Sung, kenapa kau tidak cerita padaku kalau kau sudah menikah?)" tanya Reza membuka percakapan seraya menggigit kecil cumi kering yang tergantung di bibirnya.

Jae Sung hanya tertawa sambil menuang sake ke gelasnya, lalu meminumnya hingga tersisa setengah. "Etto, kako ni anata no tenwabangō o motte inakatta, shikamo kuni dōshi no kaiwa no hiyō wa kanari takai, (Yah, soalnya aku dulu tidak punya nomor teleponmu, apalagi biaya percakapan antar negara cukup mahal,)" jawab Jae sung yang wajahnya sudah mulai memerah karena mabuk.

"Souka na, chotto zan'nen dakedo, mā ī ka.... (Seperti itu, sedikit disayangkan, tapi sudahlah....)" ucap Reza seraya meneguk sake di gelasnya. "Ē, zan'nen dakara ne.... (Ya, sayang sekali ya....)" Jae Sung menimpali perkataan Reza, lalu ikut meneguk sake. "Kinishinaide yo, oi. Sore o tsūka sa sete, kesa made nomimashou! (Sudahlah, oi. Yang lalu biarlah berlalu, sekarang ayo minum sampai pagi!)" Reza menepuk bahu Jae Sung sebelum mengisi ulang gelas mereka dengan sake.

"Aikawarazu, yotte iru toki demo maemukina kokoro o tamochimasu.... (Seperti biasa, tetap berpikiran positif walau saat mabuk.....)" gumam Jae Sung seraya menatap Reza yang masih meneguk sake di gelasnya. Kedua pria itu saling pandang sejenak, sebelum akhirnya tertawa keras bersama-sama. Keduanya tidak menyadari bahwa diam-diam seorang anak kecil menyelinap di belakang mereka dengan cara merangkak. Si anak yang tak lain adalah Sasuke itu terus berusaha agar tidak ketahuan oleh ayahnya dan paman tampan itu, sebelum akhirnya ia bisa berlari dengan aman setelah berbelok di tikungan lorong.

"Abunakatta..... Otou-san ni tsukamattara iron'na shitsumon o sa rete itta. Marin-oneesan to Tamamo o mitakatta dakenanoni, (Hampir saja..... Kalau saja tadi ketahuan oleh Otou-san, pasti aku akan ditanyai macam-macam. Padahal aku cuma mau bertemu Marin-oneesan dan Tamamo,)" gumam Sasuke seraya berlari menuju kolam di dekat taman belakang. Anak itu berjalan kearah jembatan kecil yang melintang di tengah kolam dan berdiri di tengah-tengah jembatan itu. Setelah memastikan bahwa tidak ada orang yang mengikutinya, Sasuke pun mengeluarkan kotak bekal berisi onigiri yang sengaja ia sembunyikan di balik jaketnya.

"Marin-oneesan, Tamamo, watashi wa kimashita yo. Anata-tachi wa doko imasu ka? (Merlin-oneesan, Tamamo, aku sudah datang lho. Kalian ada dimana?)" panggil Sasuke seraya duduk di tengah jembatan itu. Sasuke menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu duduk termenung seraya memperhatikan ikan-ikan di kolam. Tak lama kemudian, Sasuke mulai menguap karena bosan, lalu menatap lesu kearah ikan-ikan itu.

"Osoraku, kanojo-tachi ga konai yō ni... To hai e, kanojo-tachi wa kon'ya kuru to yakusoku shite ita..... (Jangan-jangan, mereka tidak datang... Padahal, mereka sudah berjanji untuk datang malam ini.....)" gumam Sasuke seraya menekuk lututnya karena kedinginan. Malam hari di musim dingin memang sangat berbeda di Kyoto, terlebih lagi di desa pemukiman Klan Reira yang terletak di perbukitan sehingga suhu di malam hari terasa sangat dingin disana.

Akan tetapi, Sasuke bisa merasakan sebuah sapuan lembut di pipinya yang ternyata berasal dari sebuah ekor rubah berwarna putih bersih. Anak itu segera berdiri dan membalikkan badannya, lalu menemukan dua orang perempuan yang tengah ia tunggu-tunggu sedang duduk bersimpuh di belakangnya. Salah seorang perempuan itu memiliki sembilan buah ekor rubah di tubuhnya, yang salah satunya ia gunakan untuk mengusap pipi Sasuke tadi.

"Marin-oneesan, Tamamo, hisashiburi! (Merlin-oneesan, Tamamo, lama tidak bertemu!)" ucap Sasuke senang seraya melompat ke pelukan hangat Tamamo dan Merlin. Kedua perempuan itu tertawa melihat tingkah imut Sasuke, sebelum akhirnya saling melayangkan tatapan membunuh satu sama lain karena merasa ingin memonopoli bocah imut itu.

"Hisashiburidesu, Heika-sama, anata wa genki desuka? (Lama tidak bertemu, Heika-sama, bagaimana kabar anda?)" tanya Merlin yang mengenakan mantel bulu tebal berwarna putih di luar serafuku (seragam sekolah model sailor) yang ia gunakan. "Watashi wa genki desu, Marin-oneesan to Tamamo wa? (Aku baik-baik saja, bagaimana dengan Merlin-oneesan dan Tamamo?)" tanya Sasuke seraya merapatkan dirinya diantara Tamamo dan Merlin.

"Ara~ watakushi wa genki da yo, Danna-sama. Tazunete itadaki arigatō gozaimasu~ ufufufu.... (Ara~ saya baik-baik saja, Tuanku. Terima kasih sudah bertanya~ ufufufu.....)" Tamamo berkata seraya mengusap-usapkan pipinya pada Sasuke. Sebuah tanda tanya muncul di kepala Sasuke mengenai tingkah aneh Tamamo, lalu Sasuke melirik kearah Merlin yang tubuhnya mengeluarkan aura angker. "Marin-oneesan, dou shita no? (Merlin-oneesan, ada apa?)" Sasuke kembali bertanya, membuat Merlin mau tak mau terpaksa menyembunyikan kekesalannya.

"Iie, nandemo arimasen, zenzen (Tidak, tidak ada apa-apa sama sekali,)" jawab Merlin dengan senyuman manis, meskipun ada sebuah perempatan timbul di dahinya karena cemburu. "Souka? Mā ii ka... Marin-oneesan ni hagu o onegai shikattanoni, (Begitu ya? Ya sudah..... Padahal aku baru saja mau minta dipeluk Merlin-oneesan,)" ucap Sasuke seraya mengambil kotak bekal yang sempat dia lupakan tadi.

"Waaa?? Zurui! Watakushi wa Danna-sama mo dakishimetai! (Hah?? Curang! Aku juga mau peluk Tuanku!)" pekik Tamamo seraya memeluk Sasuke dengan posesif. Akan tetapi, Merlin ikut memeluk Sasuke dengan erat, membuat anak itu terhimpit diantara tubuh Youkai Kitsune dan penyihir itu. "Nuide, kuso unko gingitsune! Heika-sama wa kisama ni daka reru koto o nozonde imasen! (Lepaskan, rubah perak sialan! Heika-sama tidak mau dipeluk olehmu!)" bentak Merlin seraya menatap garang kearah Tamamo.

"Haa?! Imaimashī kuso unko gingitsune o dare to yonde iru no ka, kono hentai kuso unko majo baba?! (Hah?! Siapa yang kau panggil rubah perak sialan, nenek sihir peyot mesum?!)" Tamamo balas membentak Merlin dan menguatkan pelukannya pada Sasuke.

Mendengar bentakan dan ejekan Tamamo membuat telinga Merlin memanas sehingga emosinya naik sampai ke ubun-ubun. Dengan cepat, ditariknya Sasuke dari pelukan Tamamo, membuat kepala anak itu membentur dada Merlin yang lumayan berisi. "Heika-sama o tebanasu, kuso unko gingitsune! (Lepaskan Heika-sama, rubah perak sialan!)" pekik Merlin saat menarik Sasuke ke pelukannya.

Melihat bahwa Sasuke berusaha direbut dari tangannya membuat Tamamo menarik Sasuke lebih kuat, membuat wajah Sasuke membentur dada Tamamo yang sedikit menyembul dari dalam kimono emas yang ia kenakan. "Nani?! Kisama ga watakushi no Danna-sama kara te o hanasubekide, kono kono hentai kuso unko majo baba! (Apa?! Kau yang harusnya melepaskan tanganmu dari Danna-sama, nenek sihir peyot mesum!)" balas Tamamo saat menarik Sasuke kembali ke pelukannya, membuat kemarahan Merlin semakin bertambah dan meledak-ledak.

Tarik menarik itu berlangsung selama beberapa saat karena baik Merlin maupun Tamamo tak mau mengalah dan membiarkan salah satu dari mereka memeluk Sasuke dengan tenang. Sementara si korban hanya diam tanpa ada niatan untuk menghentikan Tamamo dan Merlin, karena sejujurnya Sasuke merasa senang saat Merlin dan Tamamo memperebutkan dirinya seperti ini.

Setelah agak lama, akhirnya Tamamo dan Merlin kehabisan tenaga untuk menarik Sasuke yang duduk manis seraya menatap kotak bekal yang terbungkus kain tebal berwarna hijau dengan gambar kodok. Sasuke yang melihat bahwa Tamamo dan Merlin sudah kelelahan akhirnya mengambil kotak bekal itu, lalu memasukkannya ke dalam jaketnya sebelum menggenggam tangan Tamamo dan Merlin. Menyadari bahwa tangan mereka digenggam oleh Sasuke membuat kedua perempuan itu menoleh kearah Sasuke yang tersenyum kearah mereka.

"Marin-oneesan, Tamamo, tatakai o owara semashou. Ima wa watashi ni shitagatte kudasai, (Merlin-oneesan, Tamamo, ayo kita sudahi pertengkarannya. Sekarang, tolong ikuti aku,)" bujuk Sasuke seraya menarik kedua perempuan itu menuju ke sebuah ruangan yang merupakan kamar tamu. Sasuke membuka pintu itu, dan langsung terkejut saat melihat bahwa di kamar itu ternyata ada seorang wanita dewasa yang merupakan kakak dari teman ayah Sasuke.

Shin Min Rin sendiri sangat terkejut saat Sasuke membuka pintu kamar tamu itu dengan keras. Di belakang anak itu, Rin bisa melihat dua sosok perempuan dewasa yang berpenampilan ganjil. Perempuan yang pertama mengenakan sebuah mantel bulu tebal berwarna putih dan memiliki rambut berwarna pirang keperakan. Sementara perempuan yang satunya mengenakan kimono berwarna emas dengan haori berwarna biru, serta memiliki sepasang telinga rubah berwarna putih diantara helai-helai rambut pirangnya, dan sembilan buah ekor rubah berwarna putih menyembul di bagian belakang tubuhnya.

Spontan saja, Rin berteriak ketakutan karena mengira bahwa Merlin dan Tamamo adalah roh jahat yang sedang mengejar Sasuke. Saat Rin berteriak, tiba-tiba saja lapisan es muncul dan mulai memenuhi ruangan itu. Tak hanya itu, kedua tangan Rin pun berubah menjadi sepasang cakar es besar yang ukurannya lebih besar daripada kepala Sasuke. "Shimatta! (Oh tidak!)" gumam Sasuke seraya jatuh terduduk saat sebuah gelombang es kecil mengarah padanya.

Beruntung bagi anak itu, Merlin dan Tamamo dengan sigap melindunginya dari terjangan gelombang es itu. Tamamo memeluk Sasuke dengan erat seraya melindungi Sasuke dengan ekornya yang dililitkan di sekeliling tubuh mereka. Sementara Merlin maju menerjang sosok Rin yang masih menjerit dan memukul tengkuk Rin. Rin akhirnya jatuh ke lantai yang terlapisi es, dan Merlin pun berlari pergi dari ruangan itu diikuti Tamamo yang masih memeluk Sasuke.

Sementara itu, Reza, Jae Sung, Mitsuki, dan Hye Jin berlari dengan panik kearah kamar tamu dimana Rin berteriak. Kamar tamu itu terletak di bagian pojok rumah yang berseberangan dengan gudang yang terletak di gedung yang berbeda, sehingga mereka membutuhkan sedikit waktu untuk pergi kesana. Reza sendiri sempat melihat sekelebat ekor rubah memasuki gudang, tapi diabaikannya sekelebatan itu karena dia anggap hanya halusinasi karena mabuk.

"Nante koto..... (Apa-apaan ini.....)" ucap Mitsuki saat melihat bahwa seisi kamar tamu telah menjadi ladang es. Di tengah-tengah kamar, tampak Rin yang tengah pingsan dengan kondisi tangannya yang berubah menjadi cakar es. Jae Sung dan Reza langsung membopong tubuh Rin keluar dari kamar tamu, sementara Hye Jin yang syok langsung jatuh terduduk seraya menutupi mulutnya dengan tangan. Wanita itu terus-menerus bergumam tentang sesuatu hal yang tidak dapat dimengerti oleh Mitsuki, sampai akhirnya Mitsuki membantunya untuk berdiri dan pergi dari sana.

Keempatnya lalu membawa Rin ke ruang tamu untuk dibaringkan ke kursi panjang, lalu duduk sedikit menjauh dari Rin. Reza dan Jae Sung yang bersentuhan langsung dengan Rin mulai menggosok-gosok pundak dan lengan mereka yang terasa dingin. Tubuh Rin terasa sedingin es, sesuatu yang sangat aneh karena biasanya tubuh manusia tidak mungkin memiliki suhu yang setara dengan es.

"Nante koto... Naze Rin-senpai no karada wa kōri no yō ni kanjiru no ka? (Apa-apaan ini.... Kenapa tubuh Rin-senpai terasa seperti es?)" gumam Reza yang masih mengusap-usap pundaknya. Jae Sung hanya bisa tersenyum kecut saat mendengar pertanyaan Reza. Pria itu merasa maklum mendengarnya, karena dia dan keluarganya datang ke rumah Reza tanpa mengatakan apapun tentang kondisi Rin, dan itu membuat Jae Sung merasa sedikit bingung untuk menjelaskannya.

"Koko demo hen'na koto ga okoru to wa omoimasendeshita..... (Aku tidak menyangka kalau hal aneh itu akan terjadi juga disini.....)" gumam Jae Sung seraya menatap kakaknya yang terbaring di kursi panjang. Pria itu menghela nafas dalam, lalu memeluk istrinya yang masih saja bergumam dalam bahasa Korea.

"Kimyouna koto? Sono kimyouna koto wa dōiu imi desuka, Hwang-san? (Hal aneh? Apa yang kau maksud dengan hal aneh itu, Hwang-san?)" tanya Mitsuki setelah mengambilkan dua gelas teh hangat untuk Reza dan Jae Sung. Jae Sung kembali menghela nafas, lalu menoleh kearah istrinya yang masih belum pulih dari syok.

"Jissai, watashitachi wa mou ippatsu no mokuteki no tame ni koko ni imasu. Sore wa, Rin o kimyouna noroi kara torimodosu kotodesu, (Sebenarnya, kami datang kemari untuk satu tujuan lagi. Yaitu, memulihkan Rin dari kutukan aneh,)" jawab Jae Sung dengan senyuman pahit terukir di wajahnya. Jawaban yang sangat mencengangkan itu tak pelak membuat Reza dan Mitsuki terkejut bukan main, apalagi saat mereka melihat tangan Rin yang tadinya adalah cakar es mulai berubah menjadi seperti tangan manusia kembali.

"Entah kenapa..... Kutukan ini bisa menimpa Rin saat kami semua sedang berlibur ke pulau Jeju..... Saat itu, Rin hampir merubah sebuah pantai menjadi ladang es seperti kamar tamu rumahmu," lanjut Jae Sung seraya menghela nafas. Reza menatap kawan akrabnya itu dengan tatapan iba, lalu bertanya, "Jae Sung, apa kau sudah mencoba untuk mematahkan kutukan itu sebelumnya? Juga, kenapa kutukan itu bisa menimpa Rin-senpai?"

"Berkali-kali, aku dan keluargaku mencoba untuk mematahkan kutukan itu, tapi, semuanya gagal. Hye Jin, Nayeon, dan ibuku hampir menjadi korban, bahkan, kekasih Rin sudah meninggal karena tubuhnya menjadi es dan pecah karena tim penolong mencoba mengeluarkannya dari dalam es," jawab Jae Sung seraya menoleh kearah Reza.

Mereka semua terdiam seribu bahasa setelahnya, tak terkecuali kedua anak yang tengah menguping di luar pintu ruang tamu. Nayeon dan Yukari tampak heran melihat orang tua mereka terdiam setelah berbincang-bincang, tapi mereka tidak berani menginterupsinya. Kedua anak itu paham kalau mereka hanya akan diminta untuk bermain di tempat lain bila ketahuan, maka dari itu keduanya memilih untuk menguping.

"Jae Sung, kau belum menjawab pertanyaanku mengenai kenapa kutukan itu bisa menimpa Rin-senpai," ucap Reza setelah agak lama terdiam. "Wakaranai, aibo..... Ore mo wakaranai, (Tidak tahu, kawan... Aku sendiri pun tidak mengetahuinya,)" ujar Jae Sung dengan murung, membuat Reza semakin tak nyaman untuk bertanya lebih lanjut dan menunggu Jae Sung menjelaskannya lagi.

"Rin sama sekali tidak menceritakannya pada kami, dan dia malah terkesan menutupi soal kutukan ini pada kami. Kami sudah mencoba untuk berkonsultasi dengan para dukun seantero Seoul dan Busan, tapi jawaban mereka semuanya sama..." Jae Sung menjeda kalimatnya untuk menghela nafas, lalu berkata, ".....Kutukan ini bisa dipecahkan oleh anak pemilik tangan setan yang kelak akan menjatuhkan para dewa dari tahta mereka. Anak itu berada di Jepang, lebih tepatnya, dia tinggal di lokasi dimana kuil emas dan kuil perak berdiri."

"Nayeon-oneechan, apa Onee-chan bisa mendengar apa yang ayah Onee-chan katakan?" tanya Yukari seraya menoleh kearah Nayeon yang berusaha menguping. Nayeon hanya bisa menggeleng, lalu kembali mengintip lewat celah pintu bersama Yukari. Keduanya tak sadar bahwa Sasuke sedang memperhatikan mereka sambil melahap sebuah onigiri dengan isian salmon. Setelah melahap potongan terakhir onigiri miliknya, Sasuke pun berkata pada kedua anak itu, "Kalian sedang apa? Kenapa menguping begitu?"

つづく