"Huufft ... ternyata kau, Paman Gagak. Berdirilah! Dan lagi, aku ini Miryu bukan ayah. Sampai kapan kalian akan salah mengenali kami, eum?" ujar Miryu. Ia juga menghilangkan pedang yang sebelumnya ia ciptakan itu.
Burung gagak yang berukuran besar itu berdiri. Ia adalah penjaga pintu utama di Kastil Kerajaan Dewar ini.
"A-ada yang bi-sa sa-saya bantu, Tuanku?"
"Aku ingin menanyakan sesuatu, Paman Gagak."
"Ma-maafkan saya, Tuanku. Ta-tapi sa-ya a-akan dimarahi Tuan Ryujin ji-jika bera-ni lancang berbica-ra pa-pada, Tuanku?" ucap gagak itu terbata. Tubuhnya masih bergetar karena rasa takutnya.
Miryu terkekeh melihat tingkah gagak besar itu.
"Hahaha santai saja, Paman! Aku ini Miryu bukan ayah. Aku tidak akan sekejam ayah. Lagipula, ayah tidak tahu bahwa aku ke sini. Apa ... paman ingin aku berubah sekejam ayah, heh?"
Gagak hitam itu menggeleng cepat. Mana mungkin itu keinginannya. Satu tuan kegelapan seperti Ryujin saja sudah merepotkan, apalagi dua.