Chereads / Winona, Ibu Tiri Idaman, atau Janda Pujaan? / Chapter 17 - Wanita yang Cerdik

Chapter 17 - Wanita yang Cerdik

Dalam perjalanan kembali ke rumah, saat memutar untuk membeli kue untuk kakeknya, Winona mengangkat telepon. Alya yang menelepon. "Bibi, ada apa?"

"Ini tentang Monica kemarin."

"Ada apa dengannya? Bukankah polisi menanganinya?" kata Winona.

"Asal kamu tahu, dia juga tinggal di kantor polisi selama sehari. Gadis kecil itu masih muda. Jangan menakut-nakuti dia, Winona."

Suara itu membuat seluruh orang di mobil diam. Meskipun Tito tidak mendengarnya secara jelas, dia masih bisa menebak siapa dan apa yang dibicarakan si penelepon.

"Winona, apakah kamu tidak ada kegiatan sekarang? Orangtua gadis itu ingin datang ke rumah dan menemuimu." Gadis pencuri itu pasti telah meminta Alya untuk menghubungi Winona. Orangtuanya pasti akan ke sini untuk mencoba mencari peruntungan agar anaknya tidak perlu dihukum. "Winona, kamu lihat keluarga mereka cukup tulus, kan?" Alya ingin menjadi pembawa kedamaian.

"Jika itu untuk meminta maaf kepadaku, maka aku akan menerimanya. Tapi bibi, maaf, aku masih ada yang harus dilakukan, jadi aku tidak bisa menemui mereka." Winona menutup telepon.

Alya menatap tak berdaya pada pasangan suami istri yang duduk di ruang tamu. "Maaf, aku tidak bisa membantu. Kamu juga tahu hubungan kami. Aku tidak bisa berdamai dengan anak tiriku. Dia memiliki sikap yang keras kepala. Terkadang dia tidak mendengarkan apa yang ayahnya katakan, apalagi perkataanku."

"Itu masalah sepele, kenapa dia harus melakukannya seperti ini? Aku benar-benar tidak bisa mengatakan apa-apa tentang anak tirimu itu, nyonya."

"Maaf, aku tidak bisa membantu kalian."

Pasangan itu buru-buru melambaikan tangan, "Ya sudah, tidak apa-apa, jangan khawatir."

Awalnya putri mereka melakukan pencurian di kamar Winona. Itu cukup memalukan. Alya adalah wanita yang terkenal. Mereka sangat bersyukur Alya mau menerima mereka dengan begitu hangat.

"Aku berjanji untuk meminta seseorang agar mengatur ini semua. Putri kalian pasti tidak akan menderita apa pun di dalam kantor polisi," lanjut Alya.

"Terima kasih banyak, kalau begitu." Mereka bukan penduduk setempat. Faktanya, mereka tidak punya banyak kenalan untuk bisa menyelamatkan putrinya di kantor polisi. Ketika Alya berbicara seperti itu, pasangan itu secara alami berterima kasih.

"Memang Winona telah melakukan terlalu banyak, tapi kenyataannya, putrimu itu harus dimaafkan. Winona hanya tidak bisa menahan amarahnya saat itu." Alya tersenyum getir.

Kata-kata ini jatuh ke telinga pasangan itu, dan mereka merasa bahwa Winona adalah wanita yang galak dan tidak masuk akal. Alya sedang minum teh. Dia mengamati ekspresi pasangan itu. Ada senyum di sudut mulutnya. Dia berhasil menindas putri tirinya dan membuat gadis itu mendapatkan reputasi yang buruk di mata orang lain.

Jika rumor semacam ini menyebar, apalagi ke Keluarga Jusung, Alya yakin pasti tidak ada yang menginginkan Winona sebagai menantu perempuan mereka.

Tepat ketika Alya diam-diam bangga, pasangan yang duduk di tempat berlawanan itu tiba-tiba mengambil ponsel mereka dan melihat bahwa ada panggilan dari kantor polisi. Pria paruh baya yang merupakan ayah gadis pencuri itu menjadi tegang. Dia terbatuk dan mengangkat telepon. "Apa? Putriku dilepaskan?" Pria itu berdiri dengan semangat.

Sebelum menutup telepon, pria itu berkata lagi, "Anda mengatakan bahwa Nona Winona yang menelepon secara khusus?" Setelah jeda sejenak, dia berkata dengan lega "Baiklah, saya akan segera ke sana. Saya harus membayar uang jaminan dan menjalani prosedur, saya tahu."

Setelah itu, pria itu berkata pada istrinya, "Kita harus berterima kasih kepada Nona Winona." Senyum Alya membeku di bibirnya.

Usai pria itu menutup telepon, dia tidak punya waktu untuk mengatakan apa pun kepada Alya. Dia hanya mengucapkan terima kasih dengan sopan, dan membawa istrinya ke kantor polisi dengan taksi.

Alya meminta seseorang untuk mencari tahu apakah gadis yang kedapatan mencuri kemarin memang telah dibebaskan. Ternyata memang benar. Dalam hatinya, Alya mengutuk Winona. Gadis sialan ini! Bukankah ini artinya dia sengaja mempermalukan Alya?

____

Saat ini, Winona sedang duduk di dalam mobil dan sudah menerima ucapan terima kasih dari orangtua gadis pencuri itu. "Winona, maafkan aku, aku selalu ingin meminta maaf kepadamu secara langsung. Apa kamu tidak ada acara malam ini? Kami ingin mengundangmu makan malam."

"Paman, kamu terlalu berlebihan. Paman hanya perlu membawa kembali putri paman dan menjelaskan bahwa tindakannya salah. Selain itu, paman bukanlah orang yang melakukan hal yang salah."

"Aku bertanggung jawab atas kesalahan anakku, Winona. Izinkan kami meminta maaf kepadamu secara resmi. Aku benar-benar tidak tahan."

"Baiklah paman, aku akan menghubungimu lagi." Setelah beberapa kata sopan, Winona menutup telepon.

Di kantor polisi, orangtua gadis itu tak hentinya berterima kasih pada Winona. Pada saat ini, setelah mengingat apa yang dikatakan Alya, mereka merasa ada yang tidak beres. "Bukankah Winona sangat baik? Aku sudah memikirkan segalanya, dan aku merasa bahwa apa yang dikatakan Bu Alya tadi hanya omong kosong." Sang suami buka suara.

Istrinya menjawab, "Sebaik-baiknya baik ibu tiri pasti hanya bisa bicara omong kosong tentang anak tirinya."

"Ya, sekarang setelah aku mengingat kata-kata itu, jelas Bu Alya sengaja merusak reputasi Winona. Kalau benar seperti itu, ini lebih dari keterlaluan."

"Ah, kudengar ibu tiri Winona itu awalnya tidak setuju putri kandungnya menikah dengan putra Keluarga Jusung, tapi sekarang dia justru berusaha menggagalkan perjodohan Winona dan putra dari keluarga itu agar putri kandungnya bisa menggantikan posisi Winona."

____

Mobil yang ditumpangi Winona telah mencapai pintu masuk kedai teh di sudut. Winona turun untuk membeli kue. Tito menoleh untuk melihatnya memasuki kedai teh sambil menggosok jari-jarinya.

"Tuan, Nona Winona seharusnya tidak membebaskan gadis pencuri itu." Anak buah Tito yang duduk di barisan depan menoleh dan melihat ke belakang.

Sudut mulut Tito terangkat, "Dia akan menyambut orangtua gadis itu di rumah. Ada dua hal. Jika Winona pergi untuk membebaskan gadis itu, dia akan dianggap pembawa damai. Dan di mata pasangan itu, dia adalah pahlawan kelas satu, jadi mereka tidak akan bisa berhenti memujinya. Hal kedua adalah jika Winona tidak melakukan ini, orangtua gadis itu akan melihatnya sebagai wanita sombong dan angkuh."

"Oh, jadi begitu." Kedua orang di kursi depan juga mengangguk. Ternyata semua yang dilakukan Winona ada tujuannya. Jika Winona tidak melakukan ini, Alya pasti berusaha melawannya dengan merusak reputasi Winona.

"Tuan, Nona Winona terlihat sangat baik, aku tidak menyangka dia bisa berpikir seperti itu."

"Ini menarik, bukan?" kata Tito.

Keduanya mengerucutkan bibir. Winona ternyata menakutkan. Dia benar-benar orang yang kejam. Tidak peduli bagaimana mereka melihatnya, Winona tidak hanya mempermalukan wajah saudara perempuan tirinya, tapi juga ibu tirinya.

Ketika Tito memiringkan kepalanya untuk melihat ke luar, angin dan hujan sudah berhenti. Winona membawa beberapa kotak kue keluar dari pintu kedai teh. Tito menggosok jari-jarinya, dan telepon bergetar saat ini. Sebuah pesan muncul.

Kudengar kamu ingin tinggal di rumah Keluarga Talumepa? Ada apa? Kamu ingin beradaptasi?

Ketika Winona naik ke mobil membawa kue, dia melihat mulut Tito perlahan-lahan melengkung. Ketika Winona mengangguk dan tersenyum padanya, dia mendekati pria itu. Dia mengerutkan keningnya. Sebenarnya, dia merasa sedikit pintar tentang urusan pencurian itu. Tito pasti sudah melihatnya.

Di sisi lain, Alya sedang mengemudi ke rumah tua bersama Monica saat ini. Ekspresinya tidak bagus. Sebelumnya, Winona tidak pernah melawan atau memberontak. Sangat sulit untuk mengatakannya. Kini dia adalah orang yang sombong. Pasangan ibu dan anak itu bisa saja ditendang oleh Winona.