Setelah Delia selesai menangis, Hiro mengurai pelukannya. Disentuhnya kedua bahu Delia untuk bisa menatap wajahnya yang menunduk.
"Sekarang ceritakan padaku. Apa yang terjadi?"
"Pak lurah," lirih Delia.
"Kenapa sama pak lurah? Kita duduk dulu." Hiro menuntun Delia untuk duduk di tepi tempat tidur.
Delia mengusap sisa air matanya. Mengambil napas panjang untuk mengatakan hal yang sesungguhnya pada Hiro.
Dia pasrah jika harus kehilangan laki-laki itu secepat ini. Mungkin Hiro akan menyerah pada hubungan ini. Entah mengapa Delia sangat yakin akan hal itu.
"Ada apa dengan pak lurah? Apa ibumu akan menikah dengannya?" tanya Hiro.
Delia menoleh ke arah Hiro. Dia menatapnya dengan sedih.
"Bukan ibuku yang akan menikah dengannya," jawab Delia lirih. Sorot matanya benar-benar memancarkan kesedihan yang mendalam di dalamnya.
"Lalu siapa?"
