"Tante!" sapa Rasty dengan ceria ketika dia bertemu dengan Ana di kafenya malam itu.
Rasty tak pulang ke rumah, dia mampir dulu ke kafe untuk sekadar mengobrol dengan ibu Raga tersebut.
"Gimana? Lancar?" tanya Ana.
Rasty duduk di depan ibu Raga, ia tersenyum saja tak bisa menjawab pertanyaan dari Ana.
"Lancar sih acaranya."
"Terus—Raga ketemu sama Vira di sana?"
"Ketemu, tante. Sama calon tunangannya."
Kening Ana mengerut, dia masih mencerna apa ucapan Rasty saat ini. Tunangan? Bukankah Raga dan Savira belum lama ini putus?
"Maksud kamu, tunangannya Savira?" tanya Ana.
"Iya tante, Savira mau tunangan. Itu juga yang bilang Raga tadi."
"Terus Raga gimana? Sedih? Kecewa?"
Rasty menyedot smoothies strawberry yang diberikan oleh Ana padanya. Dia bingung harus menjawab apa sebab takut akan membuat Ana mencemaskan anaknya.
"Ya, kalau kecewa wajar dong tan. Tapi kayaknya Raga bisa ngelewatin, lagian gak susah buat Raga cari pacar lagi."
"Terus kamu gak mau jadi pacar Raga?"