"Raga," panggil Rasty pelan dan ragu.
Si pemilik nama pun menoleh, dia melihat Rasty dengan wajah penuh dengan rasa bersalahnya.
"Kenapa?" tanya Raga. Ia hendak naik ke atas lift.
"Aku mau makan, boleh?"
Raga menautkan kedua alisnya. "Aku laper, katanya kamu bisa masak."
"Jangan sekarang ya."
"Gara-gara aku ya?"
"Gara-gara apa?"
Raga masuk ke dalam lift kemudian disusul oleh Rasty.
"Pacar kamu marah gara-gara aku tadi?"
"Iya, dia marah sampai ngajak putus sama aku." Raga tersenyum kemudian menekan tombol menuju lantai tujuh.
Kemudian hening. Raga sudah sangat malas untuk berbicara saat ini. Sementara Rasty yang ada di samping Raga juga memilih untuk diam. Tak mengatakan apa-apa pada lelaki itu.
Jari-jarinya saling bertautan di depan pahanya. Rasty bingung harus mengatakan dan melakukan apa pada Raga saat ini.
Menghibur pun sepertinya tak akan berguna karena Rasty bukanlah penghibur yang baik. Yang ada dia malah mengatakan hal-hal yang bisa menyakiti Raga.
TING!