Chereads / The Silent : Breathe / Chapter 22 - Hand to Hand

Chapter 22 - Hand to Hand

Tae hee berdiri di tempatnya dengan menggunakan pakaian pemanah, banyak yang menyaksikan kompetisi pekan olah raga di musim panas pada hari ini yang di gelar secara nasional dan di ikuti seluruh sekolah SMU di Korea selatan. Yoon bin mendapatkan kursi yang berada di depan dan letaknya menghadap dekat dengan arena Panah, sedangkan Jae seok tengah berada di arena Taekwondo karena dirinya terpilih menjadi perwakilan sekolah dalam tiga tahun berturut-turut di bidang tersebut. Yoon bin sedikit melamun dan mengingat dimana dirinya dan Tae hee yang berada di depan pandangan nya ini bertemu, dimana saat itu ia tengah membela salah satu siswi di kantin dari pembullyan. Kenangan yang ia ingat akan kebersamaan nya dengan Tae hee yang dulu ia kenal sebelum akhirnya Mama meminta nya untuk kembali di dalam dirinya, Yoon bin seperti merasakan sesuatu yang berbeda pada dirinya saat dirinya bersama dengan Tae hee. Namun biar bagaimana pun hal itu sama sekali tidak di benarkan, mengingat Tae hee adalah Mama yang menolong dirinya dan Min suh adiknya saat tengah berlari menghindari ayah tirinya. Selama ini ia telah di besarkan oleh Mama dan bahkan Mama sampai harus kehilangan kakaknya demi menolong Min suh yang seharus menjadi target dari pembunuhan tersebut. Yoon bin pun menjadi menatap Tae hee dengan mata yang penuh harap dan rasa gelisah akan hal yang akan terjadi dalam waktu dekat, dimana Tae hee yang kini berada di depan pandangan nya akan mati dengan cara menyerahkan hidupnya pada sang musuh demi menakuti mereka semua.

Tae hee pun menoleh ke arah Yoon bin yang tengah memandangi dirinya dengan mata yang berkaca-kaca, Ia pun tersenyum pada Yoon bin dan mengisyaratkan jika dirinya akan baik-baik saja. Tae hee kembali menoleh ke depan, dan dengan cepat nya raut wajah Tae hee perlahan berubah menjadi datar dan terlihat tengah memikirkan sesuatu.

" aku tahu saat ini waktu ku sudah sangat terlambat, dan aku sudah tidak bisa lagi berlari kemana pun untuk menghindari takdirku. Aku akan tetap hidup di dalam ruangan gelap itu yang Mama ciptakan untuk kami semua, aku akan selalu mengingat kalian semua dan mengawasi kalian dari dalam sana. " gumam Tae hee di dalam hatinya.

Jauh di dalam lubuk hatinya jika dirinya sama sekali tidak menginginkan ini semua terjadi, tidak tahu apa pun tentang semua yang sudah di susun rapi oleh Mama. Ia ingin tetap hidup di dunia luar bersama yang lainnya dan menjadi seperti mereka semua sampai dirinya bisa menemukan apa artinya kebahagiaan hidupnya, namun ia juga sadar bahwa selama ini ia tidak lah nyata dan hanya melambangkan salah satu sifat dari Mama yang di hidupkan untuk menggantikannya sejenak di dunia luar.

Seseorang pun berdiri di dalam jarak yang tidak terlalu jauh dari posisi Tae hee berdiri, ia adalah Eugene saingan Tae hee saat masih berada di sekolah SMU lamanya. Eugene pun berjalan mendekati Tae hee dengan ekspresi yang sangat angkuh, ia yakin jika dirinya akan sangat mudah mengalahkan Tae hee seperti dulu berada di dalam SMU yang sama. Namun faktanya saat itu Eungene bermain curang terhadap Tae hee yang masih lugu dan tidak bisa mengatakan apapun dan tetap diam di dalam ketidak adilan yang tengah menindasnya.

" tidak aku sangka kita bertemu di dalam satu pertandingan dan sama-sama membawa nama sekolah kita, sekolah mu pasti akan sangat menyesal karena telah memilih pecundang seperti dirimu menjadi perwakilan nya dalam kompetisi memanah. "

" aku sangat merindukan kalimat itu darimu Eugene. Perlu kau tahu, kau sama sekali tidak tahu bagaimana diriku sepenuhnya, dan kau boleh memanggilku dengan sebutan pecundang karena kau mengingatkan aku kembali kepada diriku yang selalu berada di dalam diamnya ketidak adilan selama ini. hari ini aku akan membuatmu merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang pecundang. "

Mendengar hal itu pun Eugene pun menjadi kesal pada Tae hee, ia pun membalikkan badan nya dan pergi meninggalkan Tae hee. Tae hee tidak bermain-main dalam perkataannya tadi, ia sebenernya sudah melupakan akan semua hal yang berada di sekolah lamanya namun karena Eugene datang dan berdiri di hadapannya, maka akan dengan mudah Tae hee memberikannya sebuah pelajaran sebelum dirinya bertukar dengan Mama nanti.

Dilain sisi ada Soo Yeong yang sudah sangat senang karena setelah ini Tae hee akan ia lenyapkan dari pandangan nya demi menutupi semua kejahatan yang telah ia lakukan dan kasus pembullyan terhadap Min Ah yang selama ini Tae hee usut kasusnya. Sejak tadi dirinya hanya terus tersenyum ke arah Tae hee yang ada di depan pandanganya.

" tidak akan lama lagi aku akan mengantarkan mu untuk bertemu dengan Min Ah sahabatmu, bukan kah kau sangat merindukannya Moon Tae Hee ? "

Tae hee yang mengetahui akan pemikiran Soo Yeong tentang dirinya pun hanya bisa menampak kan smirknya tanpa menengok ke arah Soo Yeong, dirinya pun segera mengangat busur panah nya dan menfokus kan pandangan nya ke arah target yang berada di depannya. Ia pun melesatkan anak panah nya yang pertama yang dengan sengaja ia lesatkan meleset dari sasaran agar Eugene menjadi sangat percaya diri akan kemenangannya tersebut. Dan benar saja, Eugene yang melihat hal itu pun tertawa di tempatnya atas kegagalan Tae hee dalam anak panah pertama nya. Tae hee pun langsung menengok ke arah nya dan melesatkan kembali anak panah yang ada di tangan nya yang langsung melesat tepat sasaran. Eugene yang semula tertawa itu pun langsung terdiam dan merasa tidak percaya, sedangkan Tae hee dengan pandangan yang masih menatap Eugene dengan senyuman lebarnya masih melesatkan beberapa anak panah yang membuat nya pendapatkan point banyak dan masuk di dalam final yang akan mempertemukan nya kembali dengan Eugene.

" Bersiaplah untuk menjadi pencundang Eugene"

Eugene yang mendengar hal itu dari Tae hee pun mulai merasa ketekutan dengan perubahan Tae hee yang sangat drastis, ia tidak bisa menyangka jika Tae hee berubah menjadi sangat menakutkan dengan senyuman lebar layak nya seorang Psikopat yang akan membunuh dirinya saat mendapatkan kesempatan. Ia baru menyadari jika tindakan mengejek Tae hee tadi membuat Tae hee mengingat dirinya dan membuatnya benar-benar ingin pulang.

Tae hee pun berjalan ke pinggir arena dengan membawa busurnya, ia pun tidak sengaja bertemu dengan Jae seok yang tengah selesai memenangkan ronde pertama dalam pertandingan nya itu. Tae hee hanya terdiam dan menatap Jae seok dengan mata kecilnya,Jae seok yang juga larut di dalam diam nya itu pun langsung merubah ekspresinya menjadi sangat datar. Jae seok mengingat bagaimana Tae hee perlahan menjadi berubah dan menghindari dirinya,ia berpikir jika itu yang Tae hee inginkan maka dengan senang hati ia akan meninggalkan dirinya. Mereka pun menjadi saling terdiam dan berjalan berlawanan arah dengan ekspresi datarnya. Jae seok yang sudah berjalan melalui Tae hee itu pun langsung membalikkan badannya dan menengok ke arah Tae hee dan berharap jika Tae hee akan membalikkan badannya dan menolehnya kembali, namun Tae hee tetap berjalan meninggalkan arena.

" Maafkan aku Tae hee, Maafkan aku… "