ROSE AND SUNSET
Setelah kelas selesai, hansung langsung berlari keluar kelas dan mencari keberadaan pamannya. Dimulai dari tempat pelatihan prajurit ternyata tidak ada. Hingga saat dia mulai lelah mencari pamannya dan berjalan melewati jembatan yang ada di atas sebuah danau dia seperti melihat seorang pria tua berpakaian tidak bagus sedang memberi makan burung dara yang ada di pelataran gazebo. Tidak ada seorang pun disana kecuali pria tua tersebut. Tanpa butuh waktu lama hansung langsung menyadari bahwa orang yang dia cari akhirnya sudah dia temukan.
"pamaan!" serunya saat ia berada di jembatan. Orang yang merasa dipanggil mendongakkan kepala dan mencari siapa yang telah memanggilnya. Dia menemukan seorang berpakaian mahasiswa sedang mengangkat tangannya dan menyapanya, "bocah itu?" menyadari bahwa yang memanggilnya adalah orang yang dia kenal ia pun membalas dengan melompat-lompat kegirangan dan mengayun-ayunkan tangannya.
Hansung berlari sekuat tenaga untuk datang menemui pamannya. Dia langsung memeluk pamannya, "aduh aduh, keponakanku ini sepertinya sangat merindukanku" ucap kim hanlong.
"paman apa kabar? Paman makan dengan baik bukan?" Tanya hansung setelah ia melepas pelukannya.
"tentu saja aku makan dengan baik, karena tidak ada engkau jadi aku tidak perlu berebut makanan denganmu" ujar paman menggoda wonbi.
Wonbi yang bisa menjadi dirinya sendiri saat di depan pamannya langsung tertawa terbahak-bahak, "eit, kau lupa ya. Kau harus memanggilku ayah bukannya paman" ujar kim hanlong memperingatkan.
"ah benar, aku lupa. Aku harap tidak ada seorang pun yang mendengarku tadi" kata wonbi.
Pamannya hanya tertawa mendengar jawaban dari keponakannya, "bagaimana proses belajarmu selama ini?"
"tentu saja baik pama… ayah…., aku belajar dengan baik. Lagipula baru dua hari ini aku belajar di kelas karena seminggu kemarin masih dalam masa orientasi dan penyisihan. Oh iya, ayah tahu? Aku mendapat peringkat pertama berkat ilmu pedang yang ayah ajarkan padaku" wonbi mulai bercerita dan mencoba membiasakan diri untuk mulai memanggil pamannya dengan sebutan ayah.
"kau berada di peringkat pertama? Mengalahkan semuanya?" meskipun sudah tahu tapi ia tetap bertanya kepadanya secara langsung, hal itu dikarenakan ia bangga bahwa wonbi berhasil membawa nama hansung untuk memiliki reputasi yang tinggi.
"kau telah menepati janjimu, terimakasih nak" ucapnya seraya merangkul hansung ke dalam pelukannya.
"ayo kembali lagi ke istana, sebentar lagi kau aka nada kelas lagi kan?" Tanya hanlong dan dibalas anggukan oleh hansung.
Kim hanlong mengingat-ingat masa lalunya dulu, ia memang pandai dalam bermain pedang dan bagaimana cara memainkannya, bahkan di kalangan prajurit jurus pedang yang ia ciptakan sudah terkenal luar biasa ampuhnya mampu melawan musuh. Meskipun begitu dibutuhkan ketelitian luar biasa dan tindakan yang cepat dan tanggap menghadapi musuh. Untuk belajar jurus pedang ciptaannya dibutuhkan konsentrasi dan waktu yang tidak sebentar.
Hanya saja, pada kasus wonbi saat ini bukan dirinyalah yang membuat wonbi menjadi sehebat itu. Melainkan putranya sendiri kim hansung. Namun, wonbi tak pernah menyadarinya.
# # #
Hansung yang berusia sebelas tahun keluar rumah dengan perasaan kesal campur marah, dirinya marah karena pedang yang harusnya ia pakai untuk belajar telah hilang. Tidak ada tersangka lain yang ia tuduh kecuali sepupunya shin wonbi. "dimana anak itu menyembunyikan pedangku. Hais, merepotkan saja".
Hansung segera mencari ke gudang, ia berpikir bahwa gadis itu sedang bersembunyi sambil memegang pedangnya di dalam gudang. Namun gudang itu kosong, tidak ada wonbi maupun pedangnya. Hansung pun segera mencari ke ruangan lain, bahkan ke dalam kamarnya wonbi tidak juga ia lewatkan.
"kemana perginya bocah itu? Tunggu, tidak mungkin anak itu?" hansung diliputi berbagai pikiran negatif langsung berlari keluar rumah menuju hutan. Ia pergi ke hutan yang menjadi tempatnya berlatih pedang bersama ayahnya setiap hari.
Setiap hari sebelum matahari terbit, dirinya sering diajak ayahnya untuk berlatih ilmu bela diri di hutan dekat rumahnya. Terkadang ketika wonbi merasa takut di rumah sendirian dirinya akan ikut melihat bagaimana hansung dilatih oleh pamannya. Namun, hari itu hansung dan wonbi ditinggal karena kim hanlong sedang mencari herba pegunungan untuk stok obat mereka selama di rumah. Karena selain menjadi seorang mantan panglima dirinya juga merupakan tabib bagi warga desa yang terpencil tersebut.
Sesampainya di tempatnya berlatih pedang hansung langsung memanggil nama wonbi. Mengetahui bahwa saudara sepupunya datang mencarinya, buru-buru wonbi menyarungkan pedangnya kembali dan bersiap untuk kabur. Hansung yang melihat tingkah wonbi malah kebingungan. "kau sedang apa?" tanyanya masih dalam keadaan napas tersengal-sengal.
"kau pasti mau menangkapku dan melarangku meminjam pedangmu ini!" jawab wonbi.
"huft, wonbi. Kemarilah" kata hansung.
"tidak, kau pasti mau mengambil pedangmu dan melarangku meminjamnya lagi. Hansung, aku tidak bermaksud mencurinya, aku hanya ingin meminjamnya sebentar saja nanti aku kembalikan" kata wonbi yang bersembunyi di balik pohon.
Mendengar kekhawatiran di dalam suara sepupunya hansung sadar, selama ini sepupunya ingin belajar ilmu bela diri sama sepertinya. Akan tetapi, karena dia seorang gadis maka pamannya hanya mengajarkannya saja. "wonbi, maafkan aku. Aku janji akan bilang ke ayah agar kau juga diajari ilmu pedang. Hanya saja, untuk sekarang ini tolong, berikan pedang itu padaku"
"tidak mau, bagaimana kalau kau ternyata sedang berbohong?" Tanya wonbi.
"wonbi, lihat aku. Aku tidak sedang berbohong sekarang. Aku harap kau mau bekerjasama denganku hari ini" mendengar ucapan hansung wonbi langsung mendongak dan menatap mata hansung, "dia benar, bahkan sekalipun hansung tidak pernah berbohong kepadanya" ucap wonbi dalam hati,
"Sebagai jaminan, aku akan mengajarimu pelajaran dasar pagi ini. Bagaimana?"
"benarkah?" Tanya wonbi dengan mata bulat yang berbinar-binar.
Sehingga, sejak hari itu wonbi belajar ilmu pedang baik dari hansung maupun si pemilik ilmu itu sendiri, kim hanlong.
# # #
Saat di kantin akademi, wonbi sudah berada di sana terlebih dahulu dibandingkan teman seasramanya. Dia asik makan sendiri meskipun yang lain bersama teman-teman sekamarnya, "hei, tuan hansung. Kenapa kau makan sendirian disini?" ucap seseorang dari belakangnya.
Mendengar ejekan seperti itu, siapa lagi kalau bukan jang jaebum. "kukira teman-teman protektifmu itu akan selalu melindungimu, sekarang kau sendirian. Oh iya, bagaimana kabar ayah tuamu itu?" pada saat menanyakan kabar kim hanlong, tatapan mereka berdua bertemu. Ada suatu hal besar yang sedang mereka sembunyikan satu sama lain. Wonbi awalnya tidak pernah membenci orang lain kecuali ayahnya sendiri, akan tetapi pria di depannya kini menepati posisi nomor dua untuk orang yang patut ia benci.
"aku tak pernah tahu alas an apa yang membuatmu selalu menggangguku" kata hansung spontan.
"oh, kau pikir aku sedang mengganggumu sekarang? Kau pikir aku sedang merundungmu? Ya ampun, kau ini picik sekali. Hei!" saat itu juga jaebum hendak menaikkan tangan kanannya memukul hansung.
Namun, seseorang muncul di balik hansung yang tidak tahu bahwa ia hendak dipukul. "aku sungguh tidak suka melihatmu berdua dengan temanku. Enyahkan ini" kata hyunsang melempar tangan jaebum sembarang tempat.
Hansung yang menyadari bahwa ia tadi hendak dipukul pun kaget. Dia terlalu sibuk dengan makanannya hingga ia tidak menyadari bahaya datang. "oh, putra mahkota sudah datang. Ya kalau begini aku bisa apa? Aku pergi dulu, hansung! Tunggu pembalasanku" ancam jaebum sebelum beranjak dari bangkunya.
Kini hyunsang bernapas dengan lega. "hei, bagaimana mungkin kau bisa bersama dia?" hansung yang mencoba mengalihkan dari makanannya mencoba berpikir sejenak. "kenapa kau bertanya padaku? Kau kan harusnya tahu, kalau dia memang suka menggangguku" bela hansung.
"apa ya alasannya? Kenapa dia selalu mengganggumu?" Tanya hyunsang, ia pun berpikir sambil menyandarkan kepalanya pada sikunya di meja.
"entahlah, menurutmu kenapa juga kau dan dohyun selalu diganggu oleh chaewon dan dawon?" Tanya hansung lagi, ia berniat untuk menjatuhkan pernyataan hyunsang, namun saying, ia termakan omongannya sendiri.
"darimana kau tahu dua nama gadis itu?"
Hansung membeku di tempat, ia bahkan tidak mengunyah makanannya karena terlalu deg degan. "jangan bilang, kau pernah dimintai tolong oleh kedua gadis itu" Tanya hyunsang.
Ia ingin berkata salah, tapi bagaimana pun juga tebakan hyunsang sangatlah tepat. Dan dia tidak terbiasa berbohong sebelumnya, "aku harus bagaimana ini? Apakah jika aku menjawab iya dia akan marah?" pikir hansung pada dirinya sendiri.