Gilang duduk di ruang makan rumahnya dengan mulut yang mengunyah pelan. Medora duduk di sampingnya, tengah memegang piring plastik berisi nasi dan telur dadar.
"Kenapa, Lang? Makanan Ibu nggak enak, ya?" tanya Medora yang sudah tidak sabar karena Gilang makan terlalu lama. Namun, dia tetap memaksakan senyum di bibirnya. Suaranya juga dia jaga agar tetap lembut.
"K-kenapa Ibu tadi nggak mau ngelawan monster, padahal Piv udah ngasih tahu?" tanya si bocah cilik takut-takut.
Medora mendesah pelan. "Ibu kan sudah bilang, kamu nggak usah tanya ini-itu dan nurut aja apa kata Ibu. Tapi, kalau kamu ingin tahu alasannya, lihat aja kondisi tubuh Ibu sekarang. Luka-luka ibu kan belum sembuh benar. Nanti kalau luka Ibu tambah parah bagaimana?"
"T-tapi ...." Bocah cilik itu tercekat, kemudian menunduk dalam-dalam.
"Tenang saja, bidadari lain pasti akan menghadapinya, kok." Medora benar-benar ingin memarahi Gilang yang menurutnya tidak bisa berlogika itu.