Entah sudah keberapa kalinya Rava menghela napas panjang. Pemuda itu berjongkok di halaman belakang, menyandarkan kepalanya dengan tangan. Lengannya bisa merasakan sensasi agak padat, kenyal, dan lembut.
Lyra ikut berjongkok di samping Rava, memeluk tangan tuannya. Bidadari itu terus memandangi wajah Rava dengan saksama. Saking dekatnya wajah Lyra, Rava sampai bisa merasakan hembusan napas sang bidadari.
Hari itu, Lyra seperti kucing. Dari bangun pagi sampai sekarang menjelang sore, Lyra tidak henti-hentinya menempel kepada Rava. Lyra terus memeluk tangan Rava, menyuapinya, sampai menunggu sang tuan keluar dari kamar mandi. Bahkan saat Rava ganti baju pun, Lyra nyaris ikut masuk kamar.
Rava yang frustasi akhirnya bereksperimen dengan berjongkok di pelataran belakang itu, tanpa tujuan pasti. Dan lihatlah, Lyra masih saja menempel kepadanya.
"Kamu nggak capek apa?" gumam Rava, enggan menatap bidadarinya itu.
"Untukmu, aku tidak akan lelah, Rava."