"L-lyra, k-kamu mau ngapain?" Rava gelagapan dan merinding melihat tingkah tak biasa dari bidadarinya itu.
Perlahan, Lyra berbalik. Kepalanya menunduk. Kakinya pun mulai bergerak menghampiri tuannya. Rava menelan ludah, mulai berjalan mundur, berusaha menghalau hal-hal aneh yang ada di pikirannya. Selama ini, dia memang terkadang berada dalam kondisi yang 'panas' dengan Lyra, tetapi semua itu tidak ada unsur kesengajaan. Mereka berdua tidak pernah meneruskannya ke tingkat yang lebih tinggi.
Tengkuk Rava seperti dicengkeram tangan yang dingin. Tidak mungkin Lyra tiba-tiba melakukan perbuatan macam-macam padanya, kan?
Bergerak sangat cepat, tahu-tahu Lyra sudah ada di hadapan tuannya. Rava yang tidak mengantisipasi hal tersebut cuma bisa mematung. Apalagi ketika bidadarinya itu memegangi kedua pipinya. Otak Rava makin tak bisa berpikir jernih.