Chereads / Kichira : Hewan Peliharaan / Chapter 3 - 2 - Teror 2

Chapter 3 - 2 - Teror 2

Hah?! Tunggu, ini pasti pendengaranku yang bermasalah. Untuk apa juga dia menjadi stalkerku?

Memang bagus aku mempunyai stalker karena tandanya aku memang terkenal dikalangan para remaja zaman sekarang. Tapi setelah dipikirkan kembali, ini agak aneh.

Aku adalah siswi SMA kelas 3 berumur 17 tahun yang lebih suka melakukan aktivitas di kasur daripada di luar rumah yang tandanya aku memang seorang siswi paling pemalas sejagat RT. Jadi, sedikit aneh jika mereka tau namaku dan menjadi stalker seperti orang-orang tadi termasuk orang ini juga.

Apa mereka tau aku dari game perang online yang memasuki peringkat pertama se-nasional baru-baru ini lalu mulai balas dendam padaku?

"Tenang saja. Aku akan mengabdikan diriku padamu selamanya dan aku tidak akan melukaimu seperti apa yang mereka lakukan sebelumnya."

Aku tercengang, tentu saja aku terkejut. Untuk apa juga seorang pria keren seperti dirinya mengabdi padaku? Ini sudah seperti cerita dongeng romansa saja. Aku tidak akan mudah percaya lagi untuk kali ini.

"Apa yang membuatmu mau mengabdi padaku? Aku hanya siswi SMA biasa loh. Aku juga juaranya pemalas."

"Aku tau itu. Kau tidak perlu mempermasalahkannya."

Mataku membulat. "Berarti, kau juga tau kalau aku anak orang kaya?"

"Tentu saja aku tau. Sudah ku bilang aku ini stalker."

"Kalau di depan rumahku itu?"

"Jangan ragukan kemampuan stalkerku yang handal, Nona."

"HARUSNYA KAMU NOLONGIN AKU TADI KALAU KAMU TAU ITU AKAN TERJADI!!!"

"M-Maafkan aku."

Sial, dia tidak goyah. Padahal aku sengaja bertanya demikian karena ku pikir dia hanya stalker cupu. Jelas-jelas ekspresinya sekarang mengatakan bahwa dia tidak akan menerima tawaranku untuk menjauh.

Mulutnya tersenyum menunjukkan ekspresi yang ingin ku puji layaknya hewan peliharaan. Huh, aku tidak akan goyah untuk mempertahankan tembok besiku.

"Karena kau sudah mengabdi padaku, apa yang akan kau lakukan untuk menolongku kali ini?"

Pemuda itu terlihat berpikir dengan mengelus dagunya. Kali ini pun dia terlihat tampan dengan ekspresi serius. Rambutnya yang berwarna merah kecoklatan berayun melambai mengikuti arus angin. Dengan iris mata merah ruby-nya juga menambah kesan plus pada dirinya yang tampan.

Aku ingin menerima tawarannya untuk mengabdi padaku. Aku ingin memilikinya! Tapi aku juga tidak akan mudah percaya lagi pada orang lain!

Aku frustasi. Haruskah aku bunuh diri sekarang juga?

"Aku akan menolongmu dengan segala cara." Pemuda itu menjawab setelah sekian lama aku menikmati ketampanannya.

"Caranya?"

Pemuda itu terlihat berpikir lagi. Oh no, tolong jangan menunjukkan pesonamu yang tidak wajar itu padaku. Bisa-bisa aku gila.

"Aku bisa beladiri."

"Aku juga sedikit mahir beladiri." Aku menyahut, pemuda itu mulai terlihat panik dan segera mengambil jawaban lainnya.

"Aku tau itu. A-Aku akan membantumu untuk mencari tempat tinggal dan menghindari orang-orang itu."

"Kau tak perlu repot. Aku punya uang. Aku bisa memakai ini untuk mencari tempat tinggal baru."

Pemuda itu semakin terlihat panik. Aku mulai penasaran. Apa dia sebenarnya terlihat polos? Sebelum dia mengenalku saat terjatuh saja dia membalasku dengan kata-kata yang membuatku sakit hati.

"Ugh ... k-kalau begitu, apa kau percaya kalau aku mengatakan bahwa aku salah satu dari hewan yang bisa berubah menjadi manusia?"

"Antara percaya dan tidak perca-- tunggu, apa?!"

Wah, telingaku pasti makin bermasalah. Mana mungkin pemuda tampan dan keren sepertinya adalah salah satu hewan yang bisa menjadi manusia seperti yang diceritakan Selvi. Itu hanya dongeng, tidak akan pernah terjadi di dunia nyata.

"Itu benar. Aku adalah seekor burung yang bisa berubah wujud."

Ti-Tidak mungkin. Aku hanya bermimpi. Ini dunia nyata, tidak mungkin ada fantasi di dunia nyata dalam sekejap mata. Aku tidak akan percaya.

"K-Kalau itu benar adanya, harusnya kau sudah mempunyai nama dari majikanmu bukan? Siapa namamu? Untuk apa juga kau mengabdi padaku kalau kau sudah mempunyai majikan?"

Pemuda itu terdiam. Kali ini dia tidak gugup, tapi terdiam tanda sedih. Apa aku sudah bertanya yang seharusnya tidak ku tanyakan?

Rumi bodoh. Harusnya kau berpikir terlebih dulu sebelum bertanya.

"Maafkan aku karena tidak memperkenalkan diriku sebelumnya."

Dia membungkuk hormat, lalu menggenggam tangan kananku dengan lembut. Perasaanku mulai tidak enak setelah menerima perlakuan ini.

"Namaku Kiki, aku adalah seekor burung seperti yang kau tau. Majikanku yang sebelumnya sudah tidak ada lagi, untuk itu aku harus segera mencari majikan baru dan mulai mengabdi padamu."

Setelah mengatakannya, seorang pemuda tampan bernama Kiki itu mencium tanganku dengan lembut. Ternyata benar perasaan tidak enakku tadi. Jantungku mulai berdegup kencang dengan napas yang mulai tercekat.

Dia begitu tampan. Jantungku bisa meledak kalau aku mendapatkan perlakuan yang seperti ini terus setiap harinya.

Disisi lain, aku juga ingin memilikinya. Aku ingin memandanginya setiap hari. Sebelum bahkan sesudah tidur untuk menyambut hari esok.

"Cari dia sampai dapat! Dia adalah sumber uang kita!"

Suara itu. Aku yakin itu suara orang-orang yang ada di depan rumahku sebelumnya. Bagaimana bisa dia sudah menyusul?

Belum sempat aku merasa panik karena situasi yang tidak pernah ku duga, Kiki yang masih menggenggam tanganku itu menarik tanganku untuk menyeretku menjauh sebelum orang-orang berjas itu menemukanku.

"Maafkan aku karena sudah seenaknya menarikmu."

"Tidak apa. Karena situasinya mendesak, kau tidak perlu meminta maaf disaat ingin menolongku."

Kiki tersenyum mendengar balasanku lalu mulai menyeretku makin menjauh. Sudah ku bilang, dia benar-benar tampan. Sebuah mahakarya yang tidak boleh lecet dengan luka sedikitpun.

Aku tidak akan membiarkan wajahmu lecet. Cukup diriku saja yang lecet, jangan kau.

###

Sepertinya, Kiki berhasil membawaku keluar hutan dengan melewati jalur berbelok untuk menghindari orang-orang itu. Saat ini, kami berhasil menuju minimarket yang lumayan jauh dari hutan. Memang harus seperti itu. Kalau Kiki tidak membawaku ke tempat yang masih lumayan dekat dengan hutan, cepat atau lambat mereka pasti akan menemukanku.

"Bisa-bisanya aku diteror dengan orang yang tidak ku kenal. Kau juga sudah menjadi stalkerku sejak lama. Walau masih sulit untuk percaya padamu, tapi aku akan berusaha untuk percaya." Aku mengatakannya dengan napas yang masih terengah.

Aku tidak kuat, aku butuh istirahat. Aku butuh minum.

"Duduklah di sini dulu. Biar aku belikan minum untukmu." Kiki berujar untuk mempersilahkan aku duduk di salah satu bangku sebelum masuk minimarket untuk membelikanku minum.

Anak rumahan sepertiku kalau disuruh berlari beberapa meter saja sudah pasti akan terkapar. Aku mengutuk diriku yang tidak bisa berolahraga. Mungkin karena Kiki mengetahui hal itu, dia mengambil inisiatif untuk membelikanku minum.

Sekarang aku tidak bisa tinggal di rumah itu lagi. Untung saja hari ini tanggal merah dan masih pagi, aku jadi punya banyak waktu untuk mencari tempat tinggal.

Mungkin aku harus menerima Kiki untuk menjagaku kali ini. Aku ingin percaya kali ini padanya, tapi aku tidak ingin percaya lagi seperti aku dengan mudahnya percaya pada Selvi.

"Minumlah ini dulu," kata Kiki lalu menyodorkanku sebotol minuman air bening yang selalu muncul di iklan.

Aku menyambar minuman itu lalu meneguknya dengan rakus. Tak peduli Kiki akan memandangku seperti apa. Dia juga pasti sudah tau sisi diriku yang seperti ini.

"Apa yang ingin kau lakukan sekarang?" Kiki bertanya padaku setelah kondisiku kembali segar bugar.

"Tentu saja aku akan mencari tempat tinggal baru," jawabku lalu meneguk minuman itu lagi.

"Apa aku boleh ikut?"

Semua air bening yang memasuki mulutku menyembur keluar begitu mendengar pertanyaan Kiki selanjutnya. "K-Kau gila?! Aku belum menerimamu loh!"

"Kalau begitu, sekarang kau menerimaku atau tidak?" Terlihat ekspresi Kiki yang mulai serius, aku jadi ingin memalingkan wajahku. Aku masih tidak kuat melihat wajah tampannya.

"Kau menerimaku atau tidak?" Dia mengulangi pertanyaannya lagi dengan wajah yang semakin mendekatiku.

Hey! Jantungku masih belum siap! Jangan seenaknya mendekatiku dengan wajah sempurna hasil mahakarya Tuhan itu!

"I-Iya! Aku menerimamu! Jadi cepat jauhkan wajahmu itu dariku!"

Aku bisa mati serangan jantung kalau kau masih menunjukkan pesonamu tepat di depan wajahku.

Lihatlah wajahnya yang tersenyum cerah itu. Sepertinya, dia juga tau tentang diriku yang lemah terhadap wajah tampan. Dia iblis yang menyamar jadi orang ganteng? Kenapa terlihat jahat sekali dimataku?

.

To be continue ....