Semenjak kejadian itu Yerin benar-benar dikurung di sebuah rumah yang sangat besar dari rumah miliknya, dia dikurung di dalam kamar besar yang tidak memiliki cela untuk melarikan diri, padahal wanita itu sudah diajarkan oleh sang ayah untuk bisa melepaskan diri jika terjadi sesuatu tapi diluar kemampuan Yerin, jika kamar ini memang sangat sulit untuk dihancurkan.
Sudah seminggu dia berada disini, tidak ada satu orang-pun yang mendekati dirinya, mereka hanya datang saat waktu makan saja, Yerin sudah berusaha melakukan semua cara untuk bisa menarik perhatian pria yang bahkan Yerin sendiri tidak tahu namanya.
"Hei !! Siapapun yang diluar, tolong lepaskan aku!!" ucap Yerin, dia mengendur-menggedor pintu kamarnya.
"lepaskan aku!!"
"kau bisa berteriak juga?"
Saat itu juga pintu terbuka memperlihatkan seseorang dengan tinggi badannya dengan raut wajah dingin dan aura penguasa di setiap langkahnya, dia berjalan dengan pakaian hitam yang selalu digunakan akhir-akhir ini.
Dan Yerin, gadis itu merasa takut dengan kedatangan pria yang membuat semua keluarganya hancur, dia berjalan hingga tidak sadar jika tubuhnya sudah ada diujung kamarnya, sampai tidak ada pilihan buat Yerin untuk menghindarinya.
"kamu punya nyali juga untuk membuat rumah ini berisik dengan suaramu" ucap Jungkook, dengan tangan besarnya pria itu mengunci Yerin dalam kuasanya.
"tolong lepaskan aku" ucap Yerin.
"daripada melepaskanmu lebih baik kamu menjadi partner-ku sebagai mata-mata untuk negara ini"
"aku tidak mau!" jawab Yerin dengan tegas, walau memang dia sangat takut untuk melihat pria dihadapannya, aura pria ini tidak bisa diremehkan sama sekali, dalam sekali tolakkan maka pria itu akan melakukan seribu cara untuk membuat Yerin berlutut di depan.
"kamu mempunyai wajah yang cantik, lalu keahlian yang bagus dalam hal senjata dan juga memikat kaum pria, aku akan memberikan semua keinginan dirimu, aku juga akan menjamin kehidupanmu, jika kamu mau menjadi partner-ku, daripada menjadi penjahat yang tidak bisa menjamin hidupmu, lebih baik menjadi seorang mata-mata untuk negara"
Yerin terdiam, penawaran yang pria itu berikan membuat pertahan Yerin menjadi goyah dan dilema, dia menatap mata pria itu mencoba mencari kebohongan disana tapi hanya ada wajah yang penuh dengan keyakinan.
"tertarik?" tanya Jungkook.
dia menarik dagu Yerin agar mau menatapnya, saat itu juga dia melihat mata coklat milik Yerin yang begitu indah.
"aku perlu waktu untuk berpikir"
"aku beri 3 hari untuk berpikir"
"tapi--"
"baiklah 2 hari" ucap Jungkook, dia melepaskan tangannya, membiarkan wanita hadapannya bisa bernafas lega, menghilangkan ketegangan di wajah manis itu.
"aku akan kembali nanti dalam dua hari, pikirkan baik-baik sebelum dirimu aku beri pada peliharan kesayangan ku" ucap Jungkook, pria itu mulai melangkah meninggalkan Yerin, dengan dua tangan yang dimasukan kedalam saku celana pria itu berjalan keluar kamar yang sekarang menjadi milik Yerin.
Tubuh Yerin merosot ke lantai diam menatap langkah kaki Jungkook yang semakin menjauh hingga akhirnya pintu kamar itu kembali tertutup meninggalkan Yerin sendirian dikamar yang sangat luas namun tidak mempunyai cela untuk melarikan diri, Yerin memeluk lututnya, menangis bukanlah solusi untuk bisa melepaskan diri dari semua masalah ini.
Kini kehidupan Yerin kembali ke titik dimana dia harus dipaksa membuat pilihan antara bertahan hidup atau mati, jika memilih mati itu sama dengan Yerin mensia-siakan kematian seluruh orang yang selama bertahun-tahun melindunginya dan terutama kematian sang ayah yang selalu menjadi penyesalan dalam hidupnya, jika memilih untuk bertahan hidup dengan menjadi seorang mata-mata sama saja Yerin membiarkan harga dirinya dikendalikan oleh orang yang sudah membunuh ayahnya angkatnya.
Kelemahan yang Yerin rasakan membuatnya gadis malang itu melewatkan makan siang dan makan malamnya, sejak Jungkook meninggalkan Yerin, saat itu juga gadis itu belum meninggalkan tempatnya satu senti pun, ketakutan dan kebencian dalam dirinya bagaikan emosi yang membuat Yerin tidak mampu untuk memilih, gadis malang itu hanya bisa menunggu sebuah keputusan yang terbaik dari Tuhan.
Hingga keesokan harinya Yerin masih belum menyentuh sarapan pagi yang sudah disiapkan oleh para pelayan yang sama seperti kemarin, gadis itu bahkan tertidur dengan posisi meletakkan kepalanya di kedua tangan sambil memeluk lututnya, wajah pucat Yerin mulai membuat para pelayan merasa jika kepala mereka akan segera dipenggal oleh sang majikan.
"nona, tolonglah sentuh sedikit sarapan anda" ucap salah satu pelayan, seperti wanita yang memanggilnya 'nona' adalah pimpinan dari semua pelayan yang ada di rumah besar ini, wajahnya yang sudah seperti usia 50 tahun itu, mulai ketakutan dengan apa yang akan terjadi jika Yerin tidak mau menyentuh makanannya.
"aku tidak ingin memakannya, tolong bawa kembali makanan kalian" ucap Yerin, dia mengalihkan pandangan ke arah lain untuk menolak satu suapan yang pelayan itu berikan.
"nona, setidaknya makanlah demi kami, Tuan Jeon akan sangat marah jika mendengar laporan jika Nona tidak mau menyentuh makanannya lagi, kita semua diancam akan dipenggal kepalanya, aku masih memiliki dua orang anak yang membutuhkanku"
Sebuah ucapan yang begitu tulus keluar dari pelayan yang berlutut di depan Yerin, gadis itu merasa iba dengan apa yang mereka lakukan, dia tidak boleh egois hanya karena dirinya sendiri ada banyak nyawa yang mungkin akan menghilang karena keegoisannya, Yerin kembali menatap pelayan itu sedikit tersenyum pada mereka dan mengambil nampan yang sudah ada berbagai jenis makanan.
"aku akan memakannya, kalian bisa kembali bekerja, aku janji saat kalian akan mengambil ini kembali, aku sudah menghabiskannya" ucapnya.
Para pelayan yang terdiri dari tiga orang itu bangkit dari posisinya, menundukan badannya pada Yerin sebelum melangkah meninggalkan ruangan.
Yerin kembali merasakan kesendirian di ruangan, sepanjang hidupnya Tuan Shin tidak pernah memperlakukan Yerin seperti tahanan seperti ini, gadis malang itu menatap tidak minat pada makanan yang ada di hadapannya, tapi tetap saja sekeras apapun Yerin menolak pada akhirnya perutnya membutuhkan nutrisi untuk diisi dan tenaga untuk bertahan hidup.
Hal yang gadis malang itu ambil adalah sandwich yang berisikan daging, sedikit demi sedikit gadis itu menyobek roti dan memakannya dengan lahap padahal tadinya dia tidak ingin memakannya tapi sekarang dia seperti menyukai sandwich itu, memang jika urusan makanan manusia bisa menghianati dirinya sendiri.
Setelah selesai memakan sarapannya rasanya Yerin perlu untuk membersihkan dirinya mengingat saat dirinya dibawa kesini kakinya belum pernah menyentuh kamar mandi, dia membuka lemari yang berisi begitu banyak pakaian baru, melihat ini membuat Yerin semakin tidak bisa menolak tawaran pria bermata bulat dengan gigi kelincinya.
"aku yakin pakaian ini bukanlah barang yang murah, aku tidak bisa memakai sesuatu barang dari pemberian orang lain"
Tangan Yerin berhenti pada gaun berwarna biru yang kelihatannya bukan pakaian baru karena pakaian itu terletak dibawah dan tidak tergantung dengan pakaian lain, gadis itu membawa gaun dengan panjang selutut dan tidak terlalu terbuka, kakinya terus melangkah kedalam kamar mandi yang ukuran sepanjang dengan satu kamar miliknya yang dulu.