Chereads / The Devil Husband / Chapter 5 - Flashback on

Chapter 5 - Flashback on

Mari kita kembali kemasa lalu dimana semua kejadian ini belum terjadi atau kejadian dimana Jungkook harus terlihat dalam dunia gelapnya, kita kembali kepada sebuah kenangan indah di usianya yang baru menginjak 17 tahun.

Jeon Jungkook atau biasa dipanggil Jungkook ini adalah anak yang pintar, dia hidup dengan keluarga yang mapan tanpa sedikitpun kekurangan uang.

Lalu kenapa dia bisa menjadi bekerja di dunia gelap ini?

Suatu hari di tanggal 09 september 19xx , di bulan dimana akan ada kabar jika musim salju atau winter akan memenuhi setiap berita tv atau media elektronik lainnya, itu adalah hari istimewa untuk pria yang baru saja menginjak usia 17 tahun.

Dia hidup bahagia dengan kedua orang tua yang selalu mendukung hidupnya, Jeon Jungkook merupakan anak murid yang sangat aktif di berbagai jenis kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya, dia juga merupakan pria idaman dikalangan para adik kelas, kakak kelas atau teman seangkatannya. 

Siapa yang tidak kenal dia? 

Pria tampan dengan senyum manis ramahnya yang bisa membuat para wanita terpikat hanya dalam sekali menatapnya, Jungkook bukanlah pria dingin yang biasa menjadi idaman di sekolah, dia sangat ramah dengan siapapun hingga tidak ada berani untuk melukai hati baiknya.

Lalu siapa yang membuatnya menjadi pria kejam?

Ayah Jungkook, merupakan pemegang tertinggi yayasan sekolah yang Jungkook tempuh saat ini, dan ibunya yang sangat sibuk dengan acara sosialisasi yang hampir setiap hari dia laksanakan untuk panti asuhan miliknya, dan Jungkook adalah anak yang rajin membuat prestasi di sekolahnya. 

Dia sangat pintar dalam bidang IT.

Hari ini adalah hari ulang tahun Jungkook yang ke 17 tahun, rencana dia ingin merayakannya dengan kedua orang tuanya yang sudah direncanakan jauh-jauh hari dia beritahu, menurut Jungkook merayakan ulang tahun bersama kedua orang tua adalah hal yang terindah yang sayang diabaikan.

Sampai dirumah dia melihat kedua sedang menunggu kepulangan-nya dengan kue ulang tahun dimeja makan, ayah dan ibunya seperti memang menunggu kepulangannya, dengan seragam SMA-nya dia melangkah mendekati kedua orang tuanya yang begitu dia sayangi dan tidak sedikit pun tidak mau membuat mereka kecewa.

"selamat ulang tahun sayang" ucap sang ibu yang langsung memberikan pelukan pada putra satu-satu yang akan menjadi penerus perusahaan Jeon, putra yang selalu dia bangga-banggakan di depan para teman-teman sosialitanya, dan sang ibu memberikan sebuah kotak besar pada Jungkook yang tentu tidak akan ditolak olehnya.

"terimakasih ibu"

"ini dari ayah untuk putra kebanggaanku" ucap sang ayah yang tidak mau salah dengan sang istri, dia mengelus kepala Jungkook dan mengulurkan sebuah kotak yang tidak jauh besar dengan milik sang ibu.

"aku akan membuka kado nanti, aku ingin membuat permohonan dan meniup lilin" ucap Jungkook, dia meletakan kado dari ayah dan ibunya dimeja makan.

Meletakkan tas ransel-nya lalu berjalan mendekati kue yang tidak terlalu besar namun sangat bagus, dia melihat lilin yang terdapat angka 17 dan huruf JK  (Jungkook), lilin itu sudah menyala sedari tadi, dia melipat kedua tangannya di depan dadanya di bawah kue miliknya, membuat permohonan sama seperti yang orang lain lakukan saat akan meniup lilin.

'aku harap umur kedua orang tuaku panjang dan aku harap hidupku selalu bahagia' 

Detik berikutnya kedua mata lentik itu terbuka dan segeralah Jungkook meniup lilin yang sudah menunggu dirinya untuk minta ditiup, Jungkook melihat kedua orang tuanya dengan senyum manis miliknya.

Hidup yang harus selalu disyukuri?

Saat semua sedang menikmati makan malam yang khusus diberikan sang ibu untuk merayakan ulang tahun putra, di ruang makan dengan begitu banyak berbagai jenis hidangan makanan korea sudah ada dihadapan mereka, layak seperti keluarga lainnya mereka melewati waktu yang ada bersama dengan seiring menghabiskan waktu, tidak ada henti-henti rasa senang terus menyekat hati Jungkook.

"aku berjanji akan menjadi seseorang yang hebat nantinya"  ucap Jungkook pada kedua orang tuanya, yang tentu saja langsung diberikan senyum oleh Tuan Jeon dan Nyonya Jeon.

Kebahagiaan yang indah namun hanya berlangsung beberapa jam, tiba-tiba rumah mereka didatangi banyak sekali orang dengan wajah yang ditutup oleh kain hitam, segerombol orang orang itu mengeluarkan semua sengaja dari baik pakaian mereka.

Sebuah pemimpin di sana berjalan mendekati ayah Jungkook yang sudah sangat ketakutan, pria berjas hitam itu meletakkan sebuah pistol dikepala Tuan Jeon yang ada di tangannya, membuat segalanya menjadi lebih mencengkram dalam balutan ketakutan akan senjata yang mampu membunuh orang lain, dalam hitungan menit atau bahkan mungkin hitungan detik, yang jelas itu adalah senjata yang tidak pernah dilihat oleh remaja berusia 17 tahun.

Jungkook langsung menarik tubuh sang ibu yang sudah mulai ketakutan dengan tubuh yang begitu bergetar, Jungkook hanya bisa diam tanpa bisa melakukan apapun lagi, matanya terus menatap pada pria yang ada di samping sang ayah, Jungkook mempunyai ingatan yang kuat jadi dia akan terus mengingat wajah itu walaupun 10 tahun telah berlalu.

"Tuan Jeon, kamu hidup dengan sangat makmur disini? Sedangkan aku? Aku bahkan harus bersembunyi pada dunia karena dirimu!" ucap pria berjas hitam dengan wajah yang tidak tertutupi apapun, bisa dilihat dari wajahnya jika usia pria itu mungkin baru 28 tahun.

"Shin, kau boleh membunuhku tapi tolong lepaskan putraku dan istriku" ucap Tuan Jeon, dia sudah tahu jika kesalahan yang dia lakukan dimasa lalu akan menimbulkan rasa balas dendam pada dirinya suatu hari nanti, tapi tidak bisa jangan tiba di hari ini, dia juga butuh kebersamaan dengan keluarga yang sangat jarang mereka lakukan selama bertahun-tahun.

"wah, aku bahkan baru tahu jika kamu memiliki istri yang cantik dan putra yang terlihat gagah itu, dia calon bibit yang baik dalam dunia mafia sepertiku" pria berjas hitam tanpa tahu namanya itu menunjukan seringai bahaya saat melihat istri Tuan Jeon.

"Tidak, aku mohon lepaskan mereka, kamu hanya boleh balas dendam padaku saja"

"berisik!"

Dalam hitungan detik sebuah suara pistol dilepaskan mengagetkan semua orang yang ada didalam, pria yang dipanggil Shin itu telah menembak kepala Tuan Jeon didepan putra dan istrinya yang kini merintih kesedihan kelihat sang suami sudah tiada karena pria itu.

Saat disajikan peristiwa seperti itu disaat usia seorang yang baru memasuki usia rentan akan segala peristiwa, bukankah itu akan mengundang kebencian dalam diri pria berusia 17 tahun? Dan itu terjadi pada Jungkook, dia tanpa benci pada pria bernama Shin itu.

Jika di belakang tubuh ibunya tidak banyak orang mungkin Jungkook telah menggunakan ilmu bela diri yang sempat dipelajari di sekolah untuk melawan mereka semua.

Walau begitu menyakitkan melihat sang ayah yang sudah tidak tergeletak di lantai dengan darah yang mengalir dari kepalanya membuat segala pertahan dalam diri Jungkook runtuh begitu saja, kini tugas Jungkook harus membuat Ibunya dan dirinya selamat dari orang-orang yang mengitari mereka di ruang tamu.

Namun detik berikutnya pria bernama Shin itu menarik tubuh sang ibu jauh dari dirinya, Ibu Jungkook semakin terisak dalam tangisannya, pria itu menyeret ibu Jungkook untuk menjauh dari ruang tamu.

"Tidak!!! Ibu" 

Jungkook tidak mungkin bodoh membiarkan ibu di bawa begitu saja, dia juga ikut berlari mengejar sang ibu yang dibawa ke sebuah ruangan tamu atau kamar yang kosong.

"apa yang kau ingin lakukan pada ibuku!" teriak Jungkook saat melihat tubuh sang ibu dihempaskan begitu saja di ranjang itu, jungkook ingin sekali menolong ibunya namun para orang mengikuti Tuan Shin menahan dirinya hingga hanya bisa melihat dari depan pintu tanpa bisa melakukan perlawanan.

Pria itu menyobek semua pakaian ibunya lalu melemparkan ke sembarang tempat, dia begitu kasar pada ibu Jungkook. Pria itu menampar pipi sang ibu, memaksa wanita itu membuka kedua kakinya hingga mempermudah dirinya memperkosa sang ibu dihadapan sang putra yang kini sudah menangis minta untuk dilepaskan.

"Jungkook--Pergi--lah--sejauh--mungkin" ucap sang ibu yang sulit berbicara namun dia memaksa untuk berteriak pada putranya yang menyaksikan dirinya menjadi bahan pemerkosaan atas balas dendam yang tidak ada kaitannya dengan dia. 

Dalam ruangan yang redup akan cahaya itu terlihat jelas jika pria bernama Shin itu sangat bejat memperkosa sang ibu yang terus merintih kesakitan akibat perbuatannya yang begitu kasar, pria itu tidak punya pemikiran yang sehat hingga melakukan itu di depan seorang remaja berusia 17 tahun.

Setiap rintihan kesakitan yang keluar dari suara sang ibu merupakan benih-benih kebencian yang tumbuh dalam diri Jungkook, dia terus menangis melihat yang seharusnya tidak dia lihat di usianya, matanya sudah mulai memerah yang menandakan begitu banyak kemarahan yang dia tanam dihatinya.

Dengan segala kekuatan yang ada dalam tubuh Jungkook ditambah amarah yang terus membara, dia mencoba melepaskan dirinya dari para bawahan Shin sialan itu, hingga akhirnya dia berhasil melakukannya.

Jungkook segera berlari mendorong tubuh pria brengsek yang masih memperkosa ibunya dengan membabi buta seperti orang gila, menarik selimut untuk menutupi tubuh sang ibu yang sudah pingsan di ranjang.

Tidak lama kemudian ada suara yang berasal dari depan pintu rumah mereka, begitu ramai hingga membuat para bawahan Shin pada mulai membiarkan dirinya dan meninggalkan rumah Jungkook, pria berjas hitam itu juga tidak mau salah dengan bawahannya yang langsung pergi meninggalkan rumah itu melalui cela jendela kamar.

Beberapa detik kemudian Jungkook mendengar jika itu adalah polisi yang baru saja tiba mungkin karena para tetangga yang memanggilnya. Jungkook tertawa sinis pada polisi itu yang datang sangat terlambat hingga Jungkook harus kehilangan sang ayah dan sang ibu yang mungkin akan mengalami ketergantungan mental akibat kelakukan pria brengsek itu.

Dengan tubuh yang sangat bau dengan aroma pria itu Jungkook membawa sang ibu keluar dari rumah mereka berjalan ke arah bagasi mobil-nya, Jungkook tidak mau mengambil resiko jika para tetangga melihat kondisi sang ibu, lagipula dia pandai mengemudi walau belum memiliki SIM tapi persetanan dengan segalanya dia harus segera membawa sang ibu jauh dari rumah itu, setidaknya dia masih punya seorang nenek yang mungkin akan membantu Jungkook dan sang ibu bersembunyi untuk sementara.

Di malam yang begitu gelap gulita, Jungkook harus tetap fokus mengatur pencahayaan mobilnya dengan jalanan hutan yang begitu penuh lika-liku, rumah nenek Jungkook memang tinggal di sebuah hutan karena nenek Jungkook ingin sekali menikmati hidupnya jauh dari perkotaan yang setiap saat akan mengganggu kesehatannya yang rentan di usia-nya, yang sudah menginjak hampir 50 tahun itu.

Tak pantang menyerah adalah prinsip yang selalu dipegang teguh oleh Jungkook sejak dia kecil, hingga butuh waktu perjalanan sekitar 2 jam akhirnya mereka berhenti di sebuah rumah sederhana yang bahkan masih memiliki cerobong asap di rumahnya, rumah yang indah untuk menghabiskan masa tua bersama orang tercinta. 

Tapi sayang Tuhan lebih dahulu memanggil sang kakek yang membiarkan sang nenek hidup sendirian dirumah sederhana ini.

"Nenek, ini Jungkook bisakah buka pintunya." ucap Jungkook, setelah memarkirkan mobilnya di depan rumah dia segera berlari memanggil sang nenek yang mungkin sudah tidur atau sedang merajut benang demi benang hingga membuat sebuah karya yang dibuat dengan tangannya.

"Cucuku, apa yang terjadi? Kamu datang malam-malam seperti--,"

"Nek maaf memotong pembicaraan aku, ini sangat penting bisakah nenek mengurus ibu, aku harus kembali kerumah untuk menemui polisi."

"apa yang terjadi Jung?"

Jungkook tidak mau mendengarkan ucapan sang nenek dia segera berlari ke arah mobilnya untuk mengambil sang ibu yang belum sadarkan diri sedari tadi, haruskah aku juga memanggil dokter? 

Jungkook membawa sang ibu masuk kedalam rumah sang nenek dengan tergesa-gesa, meletakkan sang ibu di sofa dan segera berkata pada sang nenek yang bingung melihat apa yang terjadi.

"Nenek, Jungkook berjanji akan menjelaskan semua tapi untuk sekarang percayalah padaku ini sangat darurat, ibu baru saja dilecehkan oleh para pembunuh yang terjadi di rumah kita, aku mohon rawat ibu, aku harus pergi sekarang."

"Hati-hati Jungkook."

Jungkook kembali mengambil kunci mobil dari satu celana seragam SMA-nya, sesegaralah dia menyalakan mesin mobil dan meninggalkan rumah sang nenek, Jungkook ingin melibatkan dirinya dalam masalah ini yang itu berarti membantu para polisi menyelesaikan kasus ini agar pria bernama Shin itu segera terseret ke dalam penjara sampai pria itu mati. Dendam dalam diri Jungkook begitu kuat hingga dia bersumpah jika dia tahu identitas keluarga pria itu maka Jungkook sendirilah yang akan menghabisi mereka atau setidaknya memberikan mereka sebuah penyiksaan yang tiada akhirnya.

Sesampainya dirumah sudah banyak sekali para tetangga yang berdiri di depan rumahnya, banyak juga polisi yang terlibat dalam urusan ini, Jungkook juga melihat sang ayah yang sudah terbungkus dengan kantong jenazah, mungkin akan segera dibawa kerumah sakit untuk diotopsi untuk penyelidikan lebih lanjut lagi, mengabaikan para tetangga yang memberikan tatapan jika mereka ingin sekali mengetahui segala sesuatu yang terjadi dalam rumahnya.

Salah satu orang berpakaian polisi mendekati Jungkook saat dirinya baru saja melangkah memasuki pekarangan rumahnya yang sudah diberi garis polisi di sekeliling rumahnya, dia menghentikan langkah Jungkook memasuki rumah besar miliknya, Jungkook perlu mengambil beberapa uang untuk ibunya dan pakaian yang layak untuk sang ibu juga.

"Kau putra Tuan Jeon bukan?" tanya seseorang yang kini berdiri di hadapan Jungkook, bisa lihat dari tanda pengenal yang ada di lehernya bertuliskan 'Kim Hyun Ryu' kepala polisi di kota Seoul, dia punya jabatan tinggi di usianya baru 24 tahun.

"Ya, aku Jeon Jungkook."

"Dimana ibumu?"

"Bisakah kamu percaya padaku jika pembunuhan ini tidak melibatkan apapun pada ibuku, aku akan menjadi saksi untuk pembunuhan ini tapi sekarang nyawa ibu ku lebih penting, aku harus membawanya kerumah sakit." ucap Jungkook, dia mencoba untuk tidak mengeluarkan emosi pada pria dihadapannya yang terus menghalangi langkahnya menuju kamar kedua orang tuanya.

"Apa yang terjadi pada ibuku? Dan dimana dia? Kami butuh keterangan darimu dan juga ibumu."

"Persetanan dengan segalanya, haruskan juga aku jelaskan jika ibu juga korban dari pembunuh yang bernama Shin itu? Tolong biarkan aku lewat, ibuku butuh bantuanku sangat ini."

"Aku akan memanggil dokter untuk ibumu, jika kamu mau menjelaskan apa yang terjadi di rumahmu."

"Bukankah sudah ku bilang akan aku jelaskan semuanya jika kondisi ibu sudah kembali pulih."

Jungkook mendorong tubuh pria bernama Kim Hyun itu, dia segera berlari menuju kamar sang ayah yang berada di lantai dua dekat dengan kamarnya, dia segera mengambil apa yang dia perlukan, dia mengambil asal pakaian sang ibu. Lalu mengambil semua uang dan juga ATM sang ayah.

Jungkook keluar dengan tas besar di tangannya, dia melewati tempat para polisi sedang memeriksa tempat TKP. Bahkan ruangan itu sudah terisolasi oleh para penjaga, Jungkook yakin keesokan harinya kematian sang ayah akan menjadi berita utama di seluruh sosial media, tapi sekali lagi Jungkook tidak peduli dengan apa yang akan terjadi.

"Jungkook, jika tingkahmu seperti ini kita bisa menyeret sebagai tersangka."

Langkah Jungkook terhenti ketika diperdengarkan ucapan pria yang tadi menghalangi jalannya, dia menunjukan seringai yang belum pernah dia lakukan pada hidupnya.

"Apa kau gila? Jika aku pembunuhnya untuk apa aku repot-repot harus kembali kerumah ini? Apalagi membantu ibuku? Kau seorang polisi tapi otakmu tidak sepintar seorang pelajar SMA kelas 1." 

"Baiklah kau bilang butuh dokter? Aku sudah memanggilnya, aku akan ikut denganmu dimana keberadaan ibumu, hanya aku yang ikut tidak ada orang lain."