Chereads / The Devil Husband / Chapter 4 - A Plan

Chapter 4 - A Plan

Di Dalam ruangan yang bertebaran para wanita malam dan minum beralkohol dengan beraneka ragam rasa dan juga bentuk, bar dengan kualitas kelas atas yang mampu menarik para Ceo-Ceo, di korea selatan tertarik untuk bermain di sana atau sekedar mencari kesenangan semata yang sifatnya tidak baik, di setiap ruangan VIP yang disana sebagian tempat itu sudah menjadi tempat kedua bagi para pria atau wanita yang mungkin melakukan bisnis mereka disana.

Bukankah sudah dikatakan jika di setiap negara di dunia, akan selalu tersimpan para mafia, penjahatan, bandar narkoba ataupun para pembunuh bayaran. Jadi itu adalah hal yang wajar jika di Korea Selatan atau Seoul, juga ada tempat seperti itu. bahkan para pekerjaan di pemerintahan terkadang bekerja sama dengan mereka untuk menyelesaikan misi yang tidak bisa di tangani oleh para polisi atau para prajurit negara.

Sama seperti saat ini diruangan yang hanya ada dua pria tampan dengan berbagai jenis hidangan yang begitu menggoda untuk disentuh, mereka duduk dengan saling berhadapan. 

Ya, itu adalah Kim Hyun dan Jeon Jungkook, mereka berdua bekerja sama untuk negara namun berbeda jika Kim Hyun yang melakukannya di depan publik lain bedanya dengan Jungkook yang melakukannya dibelakang layar, suatu hubungan yang saling menguntungkan dan saling bergantung, dua pria tampan itu akan melakukan pertemuan jika ada hal yang benar-benar harus dibahas, pembahasan dilakukan melalui media sosial akan membuat keduanya akan mudah dikenali dan itulah alasan kenapa Jungkook sangat berhati-hati dalam segala hal yang bersangkutan dengan pekerjaan.

"aku akan mendapatkan kenaikan pangkat dalam waktu dekat ini." ucap Kim Hyun.

Dia adalah seorang menteri keamanan yang baru saja diangkat beberapa tahun yang lalu, Ya. itu tentu saja karena bantuan dari detektif Jeon, tahun ini dia akan dipromosikan menjadi menteri keuangan yang gajinya tentu lebih besar dan juga resiko yang begitu banyak.

"kamu ingin aku melakukan apa? Menyingkirkan para korupsi itu?" tanya Jungkook, dia mulai menegakkan wine yang disediakan oleh para pelayan bar ini.

"tidak, aku mengundangmu kesini hanya meminta bantuan memanipulasi hasil suara yang akan dilakukan tiga minggu lagi, selama masa promosi aku akan sulit bertemu denganmu."

"Oh, tentu saja aku akan melakukannya Hyung, aku hampir lupa jika aku ingin memberitahumu tentang putri Tuan Shin itu, sekarang wanita itu sudah mau menuruti perintahku."

"itu hal yang hebat Jungkook, dalam satu kali serangan kamu bisa membalas dendam pada ayahnya dan mendapatkan putrinya, bagaimana jika kita bersulang untuk keberhasilanmu?"

"Baiklah."

Kim Hyun dan Jeon Jungkook sama-sama mengangkat kedua gelas yang ada di tangannya lalu detik berikutnya keduanya meneguk secara bersamaan, hal itu terjadi sampai tiga kali. Itu bisa dibilang adalah ciri Khas dari persahabatan mereka yang terjalin karena ketidak sengajaan, pertemuan pada 8 tahun yang lalu membuat keduanya menjadi seperti ini sekarang.

"bagaimana jika dirimu menikahinya?"

"Apa kau gila Hyung? Menikah? Itu bukan diriku." ucap Jungkook sambil menunjukkan seringai tajamnya, satu prinsip yang Jungkook percaya pernikahan adalah hal yang tidak bisa dia lakukan, dia adalah pria penyuka kebebasan dan pernikahan akan membuat dirinya tertekan akan masa lalu yang begitu kelam.

"Usiamu sudah 25 tahun Jung, lagipula menikah bukanlah hal yang salah di mata negara." ucap Hyun, dia sudah bagaikan kakak bagi Jungkook, dia juga pria yang membantu keluar dari masalalu yang begitu kejam dan dia juga hanya melibatkan Jungkook dalam dunianya.

"Aku tidak peduli tentang itu! Kau membuat suasanaku menjadi buruk!" ucap Jungkook, dia mengambil botol wine dan meneguknya hingga setengah, Jungkook saat membenci jika harus mengingat masa lalunya.

"Hei! Kau tidak boleh mabuk! Ingat itu Jungkook."

"Jika aku mabuk, bawalah aku pulang jangan sampai aku menebar benih di sembarang orang."

"Tidak bisa! Istriku pasti menunggu kepulanganku Jungkook, maka dari itu berhentilah melakukan itu!"

Kim Hyun terpaksa bangkit dari posisinya untuk melepaskan botol wine yang masih menempel di bibir Jungkook, hanya dengan membahas seperti ini saja pria itu sudah sangat kesal, dan membuat dirinya menjadi seperti orang yang terpukul.

"sudahlah kita pulang saja, aku akan mengirimkan surat kepadamu."

Kim Hyun membantu Jungkook untuk keluar dari ruangan VIP itu, Jungkook bukanlah seorang peminum yang baik, dia sangat mudah mabuk dan akan menjadi orang yang sulit dikendalikan, dengan kecepatan yang cukup tinggi Tuan Kim Hyun menelusuri jalanan kota Seoul dengan mobil sport-nya, dia harus segera kembali pulang karena istrinya sedang hamil besar, dan hanya menghitung beberapa hari lagi akan melahirkan penerusnya.

Sesampainya dirumah Jungkook langsung dibawa oleh para pengawal yang menunggu didepan pintu, dengan sangat hati-hati mereka membawa Tuan-nya kembali kedalam kamarnya, sudah sangat lama mereka tidak melihat Tuan-nya pulang dengan keadaan mabuk seperti itu.

Saat para pengawal sedang membawa Jungkook kembali ke kamarnya, tidak sengaja mereka berpapasan dengan Yerin yang sedang mengambil minuman untuk dirinya, entah kenapa tiba-tiba Jungkook melakukan perlawan dan berjalan mendekati Yerin dengan langkah yang tidak stabil.

"kau!"

Yerin yang sedang menggiling air kedalam gelas untuk dirinya, langsung menatap sumber suara yang sedang berjalan ke arahnya, Jungkook terlihat sangat berbeda dari cara menatap Yerin, hingga dalam satu tarikan tubuh gadis itu sudah ada di dalam genggamannya. Dan Yerin hanya diam ketika bau alkohol menyengat penciumannya, dia tahu jika pria dihadapannya sedang mabuk, jika dia melakukan perlawanan maka dia hanya akan menghantarkan dirinya ke dalam akuarium yang berisi ikan hiu milik pria dihadapannya.

"Kau harus membayar setiap luka yang dibuat oleh ayahmu itu Yerin!" ucap Jungkook, disaat dia masih mabuk pria itu masih mampu membuat gadis itu, tidak bisa bergerak dan dengan tangan besarnya dia menarik dagu wanita itu untuk menatapnya.

"Apa yang telah ayahku lakukan?"

Bukannya menjawab Jungkook malah mendorong wanita itu hingga badannya membentur meja dapur yang bisa langsung melukai dirinya, pria itu pergi meninggalkan Yerin yang tergeletak disana dengan wajah sedihnya, begitu tidak menyukai-nya pria itu terhadap dirinya.

"Tuhan, apalagi yang ingin kamu tunjukkan pada diriku? Tidaklah kamu puas melihat diriku yang terus menderita selama ini? Kau libatkan aku pada seorang ayah mafia dan sekarang seorang pria yang begitu kejam? Kau begitu biarkan aku mati saja Tuhan." ucap Yerin.

Gadis malang itu hanya bisa memeluk lutut dengan kedua tangan mungilnya, membiarkan tubuhnya kedinginan dengan suhu ruangan yang memulai menyelimuti tubuhnya, rasa sudah tidak ada tempat untuk dirinya merasakan indahnya kehidupan, hanya ada kesedihan dan kesepian yang menjadi teman setianya.

"Nona jangan menangis, Nona harus tahu jika Nona adalah wanita pertama yang dibawa rumah ini oleh Tuan Jeon." ucap pelayan tua, dia menarik Yerin kedalam pelukannya yang menganggap dirinya sudah seperti ibunya saja.

"Apa keuntungan jika aku adalah wanita pertama yang dibawa kerumah ini? Jika pada akhirnya hanya ada penyiksaan dan kesedihan yang aku rasakan."

"Nona salah mengartikan Tuan Jeon, dia sosok yang sangat baik dan ramah Nona."

"Ya, itu berlaku hanya pada kalian! Aku ini musuhnya dan tidak akan pantas diperlakukan seperti itu."

"Nona harus kembali ke dalam kamar, ini sudah sangat malam dan Nona harus istirahat, biar aku bantu."

Setelah puas menangis gadis malang itu kembali kamarnya dengan mata yang sudah bengkak, setidaknya masih ada yang peduli pada dirinya walau hanya takut akan dibunuh oleh Tuan rumahnya, sesampainya di kamar Yerin hanya bisa menatap pada rembulan malam dan terus berdoa agar kelak hidupnya bahagia suatu hari.