Satu bulan telah berlalu. Meysha masih dalam keadaan murung. Ia tidak tahu harus berbuat apa, dan bersikap bagaimana. Suatu pagi, Meysha tengah bersantai di rumahnya. Ia merenung di dalam kamar. Pikirannya terus tertuju pada Anggasta. Ternyata, pria itu benar-benar sudah melupakannya. Beberapa kali Meysha menarik napas, lalu menghembuskannya secara perlahan.
"Apa aku harus melupakan dia? Apa aku sanggup melupakannya?" gumam Meysha dalam hatinya.
Setelah sekian lama ia berpikir, akhirnya Meysha memiliki keputusan. Ia bertekad untuk melupakan Anggasta. Sejak ia bertemu dengan pria itu, Meysha merasakan kesedihan yang mendalam. Walau, mereka mempunyai kenangan manis dahulu kala. Meysha menghela napas panjang. Tekadnya sudah bulat, ia akan melupakan Anggasta. Melupakan semua kenangan bersamanya, dan semua yang bersangkutan dengan pria itu.