"Aarrgghh." Meysha berteriak sekencang mungkin.
Bukan hanya Meysha saja, tetapi semua orang yang ada di sana kecuali Anggasta. Pria itu dengan sigap mendekap tubuh Meysha. Ia membawa tubuh mungil itu masuk ke dalam pelukannya. Degub jantung Meysha sudah tidak beraturan. Napasnya pun terengah-engah. Suasana berubah menjadi tegang.
Beberapa menit kemudian, Meysha tersadar. Ia langsung melepaskan pelukannya. Kedua mata mereka saling bertemu dan bertatapan. Meysha merasakan getaran hebat dalam hatinya. Ia juga tersipu malu tatkala Anggasta menatapnya seperti itu.
"Ma-maaf, aku tidak sengaja," ujar Meysha.
"Tidak masalah. Tadi ada yang bilang sama aku kalau dia berani. Tapi, kenapa dia sekarang teriak paling kencang?" Pada akhirnya, Anggasta mengejek Meysha.
