Plak!....
Tangan kasar itu melayang menyentuh pipi Anggasta. Ia meringis menahan sakit. Perlakuan seperti itu sudah biasa untuknya. Tangan yang seharusnya menggenggamnya ketika ia butuh pegangan. Yang seharusnya digunakan untuk menepuk pundaknya ketika ia butuh ketenangan.
"Sudah puas kamu membuat Ayahmu kecewa?!"
"Bagaimana kamu bisa kuliah di luar negeri, kalau mendapatkan juara pertama saja belum mampu!"
"Dasar anak tidak bisa diandalkan!"
Anggasta hanya diam membisu. Ia tidak mau berdebat dengan ayahnya.
***
"Boleh ya, Bu...." pinta Meysha.
"Tidak," Jawab ibunya.
"Sudahlah, bu, jangan terlalu memanjakan dia, suruh dia kerja apa salahnya? Daripada menganggur jadi beban orang tua," ucap Lucas kasar.
"Tidak. Ibu tidak akan mengizinkan. Kamu masih anak SMA Mey... ibu tidak bisa membiarkan kamu bekerja paruh waktu, kalau kamu mau bantu... bantu ibu saja membuat kue-kue di rumah, ya?"