"Iya. Terima kasih bantuannya, Shella. Sampai jumpa."
Levi menutup panggilan teleponnya dengan Shella, teman Arin. Laki-laki itu beralih menatap Arin yang berdiri di sampingnya.
"Semuanya aman. Aku meminta tolong pada Shella agar nanti dia mengantarkan tas dan barang-barangmu ke rumah."
Arin mengulum bibir. Matanya membalas tatapan Levi. "Lalu, apa kata Shella?"
Levi mengangkat bahu. "Ya ... dia percaya kalau ... aku mengantarmu pulang karena kau sakit."
"Haruskah kau berbohong seperti itu?"
Levi menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Laki-laki itu lantas terkekeh, salah tingkah. "Ya ... mau bagaimana lagi. Kurasa itu alasan yang paling masuk akal dan aman."
Arin meluruskan bibir. "Terima kasih," ucapnya pelan kemudian.
Levi mengangguk dan tersenyum. Mereka berdua mengalihkan perhatian ke arah kanan, di mana ada sebuah bus yang akan melintas di depan mereka. Benar saja, bus besar itu berhenti di depan mereka berdua kemudian.
