"Arin, aku menyukaimu!" teriak Levi lantang.
Sontak saja, Arin menghentikan teriakannya dan menatap Levi, terkejut.
"Eh ...?"
Napas Levi tersengal-sengal. Namun begitu, ia merasa lega telah mengungkapkan apa yang selama ini membuatnya resah tiap memikirkan Arin. Akhirnya, ia mengetahui apa perasaan yang selama ini mendiami hatinya.
Ia ... menyukai Arin.
Levi menoleh ke arah kanan. Matanya menatap lekat Arin. Senyumnya masih terulas manis di bibirnya.
Berkebalikan dengan Levi yang tampak bahagia, Arin justru terlihat murung. Gadis itu diam, mencoba memahami apakah yang baru saja ia dengar itu benar atau tidak. Arin kemudian memberanikan diri menatap Levi.
"A—apa ... maksudmu berkata seperti itu?" Arin menanyakan hal itu susah payah. Jantungnya berdegup sangat-sangat-sangat kencang.
Levi malah tersenyum penuh arti pada Arin. "Apa teriakanku tadi masih kurang jelas? Kalau begitu aku akan berteriak lagi. Arin—"
"Aku serius, Levi!" sentak Arin.