Levi berjalan dengan lesu, tak bersemangat seperti di awal. Ia masuk ke dalam mobilnya dan duduk dalam diam. Kepalanya tertoleh ke arah kanan, menatap rumah Arin. Helaan napasnya terdengar di dalam mobil.
Tangan Levi kemudian menyambar ponsel yang ada di atas dashboard mobil. Ia mencari kontak Arin dan segera melakukan panggilan suara. Ia termenung beberapa saat.
"Kira-kira yang membawa ponsel Arin atau mamanya, ya?"
Levi berpikir sejenak. Tak lama, ia melanjutkan niatnya untuk menelepon Arin. Masa bodohlah dengan siapa yang akan menjawabnya nanti.
Levi menempelkan ponselnya di telinga kanan. Nada sambung terdengar. Tak lama, panggilannya dijawab oleh si penerima.
"Halo?"
Levi bernapas lega karena yang menjawab teleponnya adalah Arin sendiri. Senyum tipis terulas di bibirnya.
"Halo, Arin. Maaf, ya. Sepertinya ... rencana kita hari ini batal. Maaf, ya."
