Suara dentingan sendok yang beradu dengan piring memenuhi ruang makan di rumah Arin. Arin dan Aretha sedang makan malam bersama saat ini.
"Jangan lupa kau cuci piring-piringnya, ya, Arin," ujar Aretha di sela-sela suapan.
Arin mengangguk. "Baik, Ma. Biar Arin saja nanti yang cucikan."
"Baguslah. Aku ingin tidur lebih awal."
Arin hanya mengangguk. Ia kemudian teringat akan sesuatu. Ia meletakkan sendok dan garpunya pelan di atas piring. Matanya menatap Aretha takut-takut.
Aretha yang sedang fokus makan tiba-tiba merasa seperti ada yang tengah menatapnya. Ia mengangkat wajah dan menemukan Arin yang tengah menatapnya.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?"
Arin tersentak. "Ah, tidak. Tidak ada apa-apa."
Aretha menatap anaknya itu curiga.
Arin meremas tangannya, tanda gugup. "Eum ... Ma?"
Aretha melirik Arin. Ia letakkan sendok dan garpunya di atas piring. Matanya menatap Arin serius.
"Apa?"
"Bolehkah Arin pinjam ponsel sebentar?"
Aretha mengerutkan kening. "Ponsel? Untuk apa?"