Pagi ini hujan turun sangat lebat sekali. Dinginnya menusuk sampai ke tulang. Cocok sekali cuaca seperti ini untuk kembali tidur. Tapi aku harus membuka bengkel hari ini.
Kulihat Rain masih tertidur nyenyak tanpa baju. Selimutnya pun ntah kemana-mana. Cuaca dingin begini bisa-bisanya dia tidak memakai baju. Aku berdiri dan menyelimuti adikku. Rain terbangun karena tanganku menyenggol bahunya. Tiba-tiba Rain menangkap tanganku dan menggenggamnya kuat-kuat.
"Hei, kenapa lu pegang tangan gua. Lepasin!" Seruku sambil menarik-narik tanganku yang digenggamnya kuat.
"Lu mau ninggalin gua lagi? Lu mau biarkan gua kelaparan lagi? Gak boleh lu tetap disini." Sahut Rain menarik tanganku sampai terjatuh ke tubuhnya.
Dengan gerakan yang sangat cepat Rain langsung memelukku kuat. Aku mencoba melepaskan diri dari Rain. Tapi tenaga nya sangat kuat sekali.
"Apaan sih lu Rain, lepaskan gua." Ketusku memberontak.
"Nggak mau, lu tetap di sinj bersama gua." Sahut Rain.
"Lu gila ya, nanti kita makan apa kalau gak buka bengkel." Teriakku sambil memberontak.
Rain langsung melepaskan pelukannya, tersadar kalau sekarang adalah hari senin.
"Kalau lu masih ngantuk tidur aja, biar gua sendiri yang buka bengkel." Seruku merenggangkan badan habis di peluk kuat oleh Rain.
"Gak, gua ikut sama lu ke bengkel." Sahut Rain langsung berdiri.
"Ya udah gua mandi dulu." Seruku mengambil handuk.
"Gua ikut." Sahut Rain.
"Gila lu mau ikut mandi sama gua. Gantian mandinya atau lu mandi di kamar mandi bawah."
"Gua mau mandi bareng lu, kenapa pula lu malu. Waktu kecil lu sering pun mandiin gua. Sudah lama kan kita gak mandi bareng." Jelas Rain sambil tersenyum.
Perasaanku menjadi aneh dan heran. Terlintas dalam pikiranku kalau Rain tidak normal. Memang sih, kami sering mandi bareng sewaktu kecil. Sampai SMA pun kami sesekali suka mandi bareng. Tapi sekarang kami sudah sama-sama dewasa.
"Ah..., ntah apalah yang kupikirkan." Gumamku.
"Aduuuh. malah melamun. Ayooo!" Seru Rain
"Nggak mau, biar gua aja yang mandi di bawah. Lu mandilah cepat.
"Udah gua bilang kan, gua mau mandi bareng." Ketus Rain memaksa.
Akhirnya kami mandi bareng, dari pada Rain merajuk lagi dan susah membujuknya. Saat kami mandi, aku merasa geli karena kita sama-sama bugil. Apalagi Rain yang selalu bercanda memperlihatkan kemaluannya kepadaku. Sampai dia bertanya punya siapa yang paling besar.
Ada gilanya juga anak ini. Aku tidak mempedulikan ucapan Rain. Dengan tenang aku terus mandi meskipun Rain terus saja mengoceh.
"Lu kok diam aja, coba lihat punya siapa yang paling besar?" Seru Rain dengan nada yang tinggi.
"Lu repot amat sih, ya udah punya lu yang paling besar." Ketusku kesal membelakangi Rain.
Saat aku mencuci mukaku dengan sabun, Rain malah memegang kemaluanku hingga membuatku terkejut.
"Apa-apaan sih lu Rain, lu gak normal ya? Aneh-aneh aja tingkah lu." Ketusku kesal dan marah.
"Enak aja lu ngomong. Lu gak bisa dibawa becanda sedikit aja. Malas ah....!" Seru Rain menyabuni badannya.
Aku jadi curiga, apakah adikku ini seorang gay. Tapi tidak mungkin, dia tidak pernah bergaul dengan orang lain terlalu dekat. Waktu SMA saja, dia tidak terlalu banyak teman. Yang di bawanya main ke rumah pun tak ada. Tidak mungkin, aku yakin Rain tidak seperti itu.
Dalam perjalanan menuju bengkel kami berdua hanya saling diam tanpa bicara. Aku melirik Rain, dia hanya memandangi pemandangan di luar jendela.
"Lu masih marah? Maafin gua!" Seruku sambil tetap fokus nyetir.
Rain tak menjawab sepatah kata pun dariku. Sepertinya dia benar-benar ngambek. Ya, begitulah Rain semakin dewasa makin kelewatan manjanya. Karena dari kecil aku yang merawatnya, tapi aku tidak suka dia terlalu manja yang berlebihan.
Sesampainya di bengkel aku turun dari mobil dan membuka bengkel. Rain pun ikut turun dan masuk, lalu membuka bajunya. Dia hanya mengenakan singlet jika bekerja di bengkel. Aku pun demikian, aku mengambil singlet yang tergantung di kamar yang berada di bengkel tempat untuk beristirahat dan memakainya.
Rain terlihat sibuk memperbaiki mobil salah satu pelanggan kami. Sedangkan aku, sibuk merapikan barang-barang yang ada di rak. Aku memperhatikan Rain, dia terlihat capek sambil memegang perutnya. Kelihatannya Rain lapar, karena kami belum sarapan dari pagi. Aku benar-benar lupa membelikannya sarapan lantaran kami sedang saling diam.
Aku pun segera membeli makanan buat kami berdua. Baru saja aku mau keluar, Angel pun datang.
"Haaaai...., selamat pagi!" Sapa Angel sambil memelukku.
"Pagi juga sayang, lu datang ke sini!" Sahutku membelai rambutnya yang panjang dan mencium keningnya.
Aku melihat Ray melirik ke arah kami, wajahnya sangat kesal dan marah melihat kedatangan Angel.
"Angel, lu tunggu di sini dulu ya. Gua mau beli makanan dulu, Rain sudah lapar." Seruku.
"Iya gak apa-apa. Gua nunggu di sini aja." Sahut Angel.
Aku pun pergi membeli makanan ke rumah makan padang yang tak jauh dari bengkel. Aku memesan dendeng kesukaan Rain, dan Ikan bakar kesukaan Angel. Sedangkan aku suka sekali dengan rendang, jadi aku memesan 3 bungkus nasi padang.
Setelah pesanan ku siap, aku membayar ke kasir dan cepat-cepat kembali ke bengkel. Saat aku masuk ke bengkel aku melihat Rain memegang tangan Angel.
"Ehmmm...!"
"Eh.., lu udah balik sayang!" Seru Angel.
Rain langsung melepaskan tangan pergelangan tangan Angel. Apa yang telah mereka lakukan sampai Rain memegang pergelangan tangan Angel. Mataku tajam memandang ke arah mereka.
"Ini Dit, tadi gua lagi lihat-lihat Rain kerja. Tapi Rain sudah memperingatkan gua untuk hati-hati. Tapi gua malah menginjak kunci-kunci bengkel. Aku terjatuh lalu di tolongin Rain. Ya kan Rain?" Seru Angel menjelaskan.
Rain hanya menganggukkan kepalanya dan kembali bekerja. Aku tersenyum lalu menghampiri mereka. Aku berterima kasih kepada Rain yang sudah membantu Angel. Aku merasa bersalah telah berfikiran macam-macam kepada mereka berdua. Rain hanya diam tak menjawab sedikitpun.
"Ya udah kita makan dulu, Rain tinggalin kerjaan lu dulu, ayo makan." Ajakku. Tapi Rain tetap saja diam tak menjawab.
"Kenapa dengan Rain, dari tadi gua perhatiin dia diam aja. Kalian berantem?" Tanya Angel.
"Gak kok, mungkin dia lagi ada masalah. Makanya cemberut terus." Jawabku.
Kami sudah bersiap untuk makan, tapi Rain tidak kunjung meninggalkan pekerjaannya. Benar-benar harus banyak sabar, kelakuan Rain semakin lama membuat aku pusing. Biasanya dia tidak pernah diam jika ada masalah apa pun padaku. Tapi sekarang, dia sama sekali tidak mau berbicara padaku.
"Rain, makan dulu. Tinggalin kerjaan lu nanti lu lanjutin habis makan." Teriakku sedikit kesal. Tapi teriakan ku tidak membuat Rain beranjak dari kerjaannya.
"Sudah-sudah ah, mungkin dia belum lapar. Ayo kita makan duluan. Kalau sudah lapar nanti dia juga makan." Seru Angel menenangkan ku.
Akhirnya aku dan Angel duluan makan. Padahal aku taku Rain sudah lapar dari tadi. Dia tetap bertahan dengan ego nya. Sama sekali dia tidak menuruti apa perkataan ku. Aku melirik Rain sesekali. Keringatnya bercucuran sambil memegang perutnya.
"Sayang, habis makan temanin gua keluar sebentar ya. Ada barang yang habis di bengkel." Seruku sengaja biar nanti saat aku keluar, Rain bisa makan.
"Iya sayang..." Sahut Angel.
Selesai makan aku pun mengajak Angel keluar, dan menitipkan bengkel kepada Rain. Semoga saja Rain makan saat aku keluar sebentar. Aku dan Angel naik ke mobil. Aku melihat Rain menatap ke arahku, pandangannya sangat tajam dan terlihat marah.
Aku pun pergi dengan Angel meninggalkan bengkel. Dalam perjalanan aku hanya diam memikirkan Rain dengan tatapan kemarahannya.
"Gua tau kenapa lu ajak keluar." Seru Angel. Aku langsung menatapnya. "Gua tau bukan karena mau beli barang, tapi karena lu ada masalahkan dengan Rain?"
"Hmmm, lu memang tau segala hal tentang gua ya." Sahutku tersenyum.
"Iya dong, lu yang sabar. Palingan Rain sebentar lagi akan baikan. Lu jangan keras-keras pasanya." Seru Angel seraya menyandarkan kepalanya ke bahuku.
Aku pun mencium kepala Angel, rambutnya sangat wangi sekali. Mudah-mudahan saja Rain makan setelah ku tinggalkan.