Cerita demi cerita telah terangkao hingga membuat kami merasa tak menyangka karena sudah sampai di tempat tujuan.
Aku membuka kaca jendela mobil lalu memperhatikan ibu yang sudah menungguku di sana sambil melambaikan tangan.
Tentu aku pun ikut melambaikan tangan dan ingin segera memeluknya.
Ketika Arnaf sudah memarkirkan mobilnya, tanpa aba-aba aku segera turun lalu berlari menemui ibu dan memeluknya dengan erat.
Aku tak peduli dengan berbagai ucapan yang dikatakan oleh ayah. Aku juga tak peduli dengan rasa lemas yang aku rasakan saat ini.
Karena ketika aku sakit dan melihat senyuman ibu, setidaknya rasa sakitku berkurang karena hidup kita akan terus bersinar ketika senyuman ibu kita selalu mengiringi setiap jalan kehidupan kita.
"Ya Allah, nak. Kamu udah sembuh?" ibu memegang kedua pipiku dan menciuminya. "Tapi tangan kamu masih lemas gini. Pipi kamu juga masih hangat."
