Tak tahu kenapa, semenjak kepergian wanita itu hatiku tiba-tiba tak tenang.
Setiap kali aku berusaha dan berharap kalau dia kembali datang ke pernikahanku untuk mengisi acara ini.
Aku juga melihat gelagat aneh pada diri Zaid.
Dia seperti sedang menyembunyikan sesuatu di belakangku tanpa pernah mau memberitahukannya seperti apa.
Ada rasa bimbang yang tak bisa aku miliki seutuhnya. Bahkan tak hanya itu.
Aku pun turut menyumbang untuk semua hal yang sedang aku rasakan saat ini.
Semua telah terjadi dengan cepat aku tak bisa menerjemahkannya dengan apa pun.
"Mahes?" Irfa duduk lebih dekat denganku dan menggamit tanganku. "Kamu kenapa?" tanyanya.
Sempat aku sedikit terkejut saat melihat dia berani-beraninya memegang tanganku.
Tapi di saat yang bersamaan pula, aku ingat kalau dia sudah menjadi istriku sekarang.
Ya Allah.
Sebegitu sulitnya aku harus menerima semuanya dengan lapang?
"Engga." aku menggelengkan kepala kecil. "Aku engga kenapa-kenapa kok. Biasa aja."