Rasanya, jarak dari rumah Balqis ke tempat panti itu seperti lima langkah saja.
Padahal wanita itu berusaha untuk bisa melambatkan perjalanannya, tapi seolah-olah jalanan mengerut dan meminta dirinya untuk bisa segera menyaksikan seluruh hal yang membuat hatinya terasa berat.
Ketika mereka berdua telah sampai di sebuah parkiran panti, Balqis terdiam dengan tatapan yang kosong, dan tidak ada gerakan sedikitpun darinya.
Arnaf juga ikut terdiam dan tidak banyak bicara.
Sesekali dia memperhatikan wanita itu dengan hati yang tidak bisa ia katakan dengan banyak.
Sebuah keluh kesah yang tiada arti, malah memberikan cerita baru bagi dirinya untuk bisa bertahan dan tidak terlalu banyak menyakiti keadaan.
"Aku pernah mengantar seorang teman yang yang akan menyaksikan orang yang dia cintai menikah dengan orang lain." ujar Arnaf selanjutnya.
"Dan teman yang kamu maksud itu adalah aku."