Angin malam tiba-tiba terasa, menembus jendela kamar hingga membuat tirainya kembang kempis mengikuti arah angin.
Arnaf yang semula sedang tidur, tiba-tiba membuka matanya saat dia merasa ada hawa dingin yang masuk menembus kulitnya.
Dia masih tengkurap dan tak banyak bergerak. Bantalnya basah karena sedari tadi air matanya jatuh padahal sudah berusaha dia tahan.
Sesekali Arnaf menahan rasa sakitnya itu. Walau terkadang, suara teriakan sakit tak terkendali yang keluar tiba-tiba membuat seisi rumah gegar dan menghampirinya.
Entahlah.
Luka bakar itu benar-benar membuat Arnaf tersiksa.
Tapi, seberusaha mungkin juga dia menguatkan dirinya sendiri karena tak mau terlalu banyak merepotkan orang-orang yang ada di sana, terlebih lagi Pak Nanda dan istrinya sendiri.
"Argh!" rintihan kecil itu selalu keluar saat Arnaf mengubah posisinya karena merasa tak nyaman. Luka yang belum mengering itu meregang.