Wanita itu hanya bisa terdiam di kamarnya dengan tatapan kosong sambil memerhatikan kertas hitam yang sudah menjadi abu di lantainya itu.
Semua kertas yang tadi ia bakar adalah kertas kenangan bersama Mahesa, sekaligus kertas-kertas yang pernah dia tuliskan kepada pria itu.
Entah kenapa ketika ada sesuatu hal yang berhubungan dengan Mahesa, Balqis merasa kesal dan ingin sekali melenyapkannya dari hadapan mata.
Tak tahu lagi dengan apa yang harus dia lakukan saat ini. Entah itu kebetulan atau tidak, angin sepoi yang selalu masuk melalui celah jendela kamarnya pun tidak ia rasa sama sekali.
Apakah karena kesalahan yang telah diperbuat kepada Arnaf, hingga dia harus menerima semua keadaan itu?
Kedua tangannya tiba-tiba gemetar dan berkeringat hebat.
Balqis kembali menangis dan menyesali semua kesalahan yang telah dia perbuat kepada orang lain.
Dia sekarang tak tahu bagaimana kondisi Arnaf di luar sana.