"Apa?" aku bisa mendengar nada bicara Zaid kini lebih tinggi dari sebelumnya. Aku hanya bisa menundukkan kepala dan tak berani untuk melihat raut wajahnya saat ini.
Mungkin, apa yang dipikirkan oleh Zaid saat ini sedang aku pikirkan juga.
Tentang kenapa, kapan, maksudnya apa, bagaimana dan rasannya semua pertanyaan itu berada langsung di dalam pikirannya.
"Ketemu sama Balqis tadi? Seriusan? Di mana? Kenapa kamu nggak jawab aku atau kalian nggak ngobrol terus kamu datangin Balqis ke aku?"
Aku menggeleng-gelengkan kepala kecil tanpa menjawab ucapan darinya.
Aku melihat dari ujung mataku, Zaid beranjak dari tempat duduknya untuk kemudian duduk di depanku.
Dia memandang wajahku penuh selidik.
Jujur.
Kalau dalam situasi seperti ini, aku paling tak bisa jika harus menepiskannya apalagi di hadapan orang ini.
Dan ya.
Aku paling tak bisa berbohong atau menutupi seluruh keadaan yang menimpaku jika aku, berhadapan dengan Bu Anita atau Zaid.