Chapter 44 - Kondisi Keluarga

Dias dan Ririn keluar dari bar kemudian berjalan perlahan menyusuri jalanan di pinggir sungai. Angin dari sungai sedikit sejuk, membuat orang merasa segar. Ririn tiba-tiba berhenti lalu mengambil cek tersebut. Dia menyerahkan cek itu kepada Dias sambil berkata, "Ini uangmu, aku tidak bisa mengambilnya."

"Ririn, ini jelas merupakan kebaikan hati Manajer Luhut, bagaimana bisa kamu mengatakan bahwa ini adalah uangku? Simpan saja untuk dirimu sendiri. "Dias berkata serius dengan nadanya sedikit marah.

Ririn menggelengkan kepalanya, "Aku tahu mengapa Manajer Luhut memberikannya kepadaku. Ini semua adalah karena kamu, tetapi jumlah ini terlalu besar. Aku tidak bisa menerimanya."

"Jika kamu tidak menginginkannya, kamu bisa membuangnya. Lagipula itu bukan milikku." Dias mengangkat bahu.

Ririn melihat cek di tangannya kemudian terdiam beberapa saat. Dia akhirnya memutuskan untuk mengambil cek tersebut, lalu dengan sungguh-sungguh berkata, "Aku meminjam uang ini darimu. Aku akan membayarmu kembali ketika aku sudah punya uang lagi."

Melihat Ririn menerima uang itu, Dias tidak akan mengatakan apa-apa lagi karena Ririn bersikeras ingin membayarnya kembali, maka dia hanya membiarkan begitu saja.

Dias melihat seragam pelayan di tubuh Ririn lalu bertanya, "Ngomong-ngomong, kenapa kamu bekerja sebagai pelayan di bar saat liburan? Kamu tidak terlihat seperti orang yang suka pergi ke bar."

Berbicara tentang ini, Ririn menunjukkan ekspresi sedih lalu berkata, "Ibuku sakit. Keluargaku tidak punya uang untuk mengobati penyakitnya, jadi aku hanya bisa pergi bekerja untuk mendapatkan tambahan uang demi mengobati penyakitnya. Awalnya, aku tidak ingin pergi ke bar, tetapi ada iklan pekerjaan yang menawarkan gaji yang sangat bagus sehingga aku mau pergi bekerja. "

Dias bingung ketika mendengar ini. Kakek Ririn meminta kepada masternya agar mengatur seseorang untuk melindungi Ririn. Dalam pandangan Dias, karena kakek itu dapat menghubungi tuannya, latar belakang keluarga Ririn pasti sangat kuat. Tidak mungkin juga ada situasi dimana tidak punya uang untuk biaya pengobatan.

Tapi sekarang sepertinya hal itu tidak seperti yang dia pikirkan. Dias berkata, "Ada apa dengan ibumu? Atau biarkan aku pergi untuk melihat kondisi ibumu. Aku tahu sedikit tentang pengobatan tradisional, mungkin aku bisa membantu."

"Kamu tahu pengobatan tradisional?" Ririn memandang Dias dengan penuh tanda tanya. Dia jelas tidak percaya kata-kata Dias.

Dias tersenyum lalu berkata, "Mengapa, apakah kamu tidak percaya? Aku pernah mengikuti seorang praktisi ahli pengobatan tradisional kuno di Solo selama beberapa tahun sebelumnya, jadi keterampilan medisku tidak buruk."

Ririn berpikir sejenak. "Oke, aku akan mengantarmu ke rumahku, tapi jangan beri tahu ibuku apa yang aku kerjakan di bar."

"Oke." Kata Dias dengan isyarat tangan oke.

Setelah beberapa saat berjalan, Dias akhirnya sampai di depan rumah Ririn laluki memasuki rumah itu. Dias melihat sekeliling. Ruang di dalamnya tidak besar, sekitar 50 meter persegi. Tampaknya kondisi keuangan keluarga Ririn tidak baik. Jika tidak, dia tidak akan hidup di rumah kecil seperti ini.

Tapi rumah ini sangat rapi, semua ruangannya rapi dan bersih.

"Bu, aku kembali." Ririn berteriak ke arah kamar tidur di dalam.

Ada suara lemah di kamar tidur, "Ririn, bukankah kamu mengatakan bahwa kamu ada acara di kampus sampai jam sebelas, mengapa kamu baru kembali sepagi ini?"

Mendengar ini, Dias melihat ke arah Ririn karena dia tidak menyangka gadis yang lugu ini bisa berbohong kepada ibunya.

Tapi Ririn jelas tidak pandai berbohong, pipinya saat ini langsung merah lalu dia menjawab pertanyaan ibunya dengan tergagap, "Oh, hari ini murid itu ... dia tidak masuk karena izin untuk sesuatu, jadi aku kembali lebih terlambat. Ngomong-ngomong, bu, aku membawakan seseorang untukmu. Dia adalah seorang dokter khusus pengobatan tradisional."

" Dokter khusus pengobatan tradisional?" Suara perempuan itu sedikit terkejut. Dia hanya berkata dengan senyum kering, " Penyakit ibu tidak begitu mudah diobati. Kamu bisa menemukan dokter dari mana? "

Sambil berbicara, Ririn berkata kepada Dias untuk masuk ke kamar tidur.

Ketika Dias melihat ibu Ririn, dia sedikit terkejut. Meskipun wanita di depannya ini kurus, pipinya kempong, dan rongga matanya cekung karena penyakitnya, Dias bisa melihat bahwa wanita ini memiliki kulit yang sangat bagus dan tidak memiliki kerutan apapun di wajahnya. Selama tubuhnya sudah sehat, wanita ini pasti sangat cantik, bahkan tidak kalah cantik dari Ririn.

Tapi yang membuat Dias sedikit bingung adalah Ririn memiliki wajah oval, sedangkan ibunya memiliki wajah melon. Ciri-ciri wajah keduanya tidak mirip sama sekali. Selain itu, ibu Ririn masih terlalu muda, usianya paling sekitar 35 atau 35 tahun.

Untuk menghindari kesalahpahaman Ibunya Ririn, Dias dengan cepat mengalihkan pandangannya lalu tersenyum, "Halo, Tante Yasmin."

Dalam perjalanan ke sini, Ririn telah memperkenalkan nama ibunya yaitu Yasmin.

"Bu, namanya Dias, dia adalah dokter pengobatan tradisional yang kubawa." Ririn duduk di sebelah Yasmin sambil memeluk lengan ibunya dengan penuh kasih sayang.

Melihat Dias sangat muda, Yasmin mengerutkan kening. Dia berpikir bahwa pemuda ini tidak mungkin seorang pembohong. Tapi jika dia bukan pembohong, apa yang bisa dilakukan oleh praktisi pengobatan tradisional yang masih muda?

Mendengar kata pengobatan tradisional, umumnya semua orang merujuk pada seorang yang sudah tua dan berpengalaman dalam bidang pengobatan seperti ini. Meski ada orang yang sangat pintar tentang teorinya, tapi pengalaman ilmu pengobatan seseorang yang masih muda tidak sebaik pengalaman pengobatan tradisional kuno dari orang yang sudah berumur.

Ririn melihat ibunya meragukan identitas Dias. Dia tersenyum lalu berkata, "Bu, jangan khawatir. Selain sebagai dokter pengobatan tradisional, Dias juga teman sekelasku. Aku sudah cerita tentang teman sekelas yang mendapat nilai penuh dalam enam mata pelajaran terakhir kali, kan? Nah orang itu adalah Dias ini. "

Yasmin merasa lega ketika mendengar ini. Menurutnya, anak-anak yang memiliki nilai bagus pasti bukan orang jahat.

Namun, apa hubungannya nilai sempurna dalam ujian komputer dengan pengobatan tradisional?

Yasmin memiliki kekhawatiran lain lagi. Dia berpikir bahwa anak ini ingin mengejar putrinya, sehingga dia berbohong kepada putrinya bahwa dia adalah seorang dokter pengobatan tradisional, bukan?

Dengan pikiran seperti ini, Yasmin tidak lagi menyukai Dias. Yasmin kemudian berkata dengan acuh tak acuh, "Halo, teman sekelas Dias, silakan duduk."

Dias melihat ketidakpercayaan dari sorot mata Yasmin padanya. Dias tersenyum canggung lalu berjalan ke Yasmin. Dias duduk di samping tempat tidur lalu berkata, "Tante Yasmin, karena saya di sini untuk melihat kondisi Anda, mari kita mulai. Ulurkan tangan Anda dan saya akan memeriksa denyut nadi Anda."

"Dias, kamu ini dokter amatir, ya? Langsung memeriksa denyut nadi tanpa bertanya apa-apa dulu. Bagaimana kamu bisa tahu apa penyakitnya?" Ririn berkata dengan nada bercanda kepada DIas.

Sebenarnya, ketika Ririn membawa Dias ke rumahnya, Ririn sama sekali tidak mengharapkan dia untuk menyembuhkan penyakit ibunya.

Menghadapi ejekan Ririn, Dias berkata dengan tenang, "Alasan mengapa dokter pengobatan tradisional perlu mendiagnosis denyut nadi dulu adalah untuk menilai gejala dan penyebab pasien melalui kondisi denyut nadi. Praktisi pengobatan tradisional yang langsung mendiagnosis sebelum memeriksa denyut nadi adalah dukun yang belum mempelajari seni ilmu pengobatan. "

Ririn dengan lembut mengerutkan hidung, lalu menjulurkan lidah ke arah Dias sambil mengatakan, "Kau membual "

Melihat sikap putrinya di depan Dias seperti ini, jantung Yasmin seolah-olah turun langsung ke bawah tanah. Putrinya tidak pernah menunjukkan sikap seperti ini di depan orang lain. Oh, Yasmin harus melindungi citra baik anaknya, dia tidak akan membiarkan anaknya mudah ditipu oleh orang lain.

Setelah mengambil keputusan, Yasmin mengulurkan tangannya di samping tempat tidur lalu berkata kepada Dias, "Dias, jangan bicara terlalu banyak jika kamu tidak bisa mendapatkan diagnosis yang tepat saat ini."

"Jangan khawatir, penyakit di dunia ini masih ada obatnya. Saya bisa menyembuhkan semuanya. " Dias tersenyum bangga dengan ekspresi tak terduga di wajahnya.

Melihat kepura-puraannya ini, Yasmin semakin tidak menyukai anak ini. Yasmin harus tegas menjauhkan orang dari putrinya.

Yasmin tidak takut Ririn marah, kemudian dia berkata dengan suara yang dalam, "Dias, saya harap Anda tidak banyak membual. Jika tidak, saya akan menyuruh Anda pergi dan tidak akan mengizinkan Anda untuk datang lagi ke sini."