Ketika tiga pria bertopeng melihat seseorang tiba-tiba muncul, mereka semua terkejut. Mereka melihat ke atas dan ke bawah Dias, dengan jijik dan keraguan di mata mereka.
"Nak, pergilah, itu bukan urusanmu."
Salah satu pria bertopeng berkata kepada Dias dalam bahasa Indonesia yang sangat buruk, matanya yang terbuka penuh dengan niat membunuh.
Dua pria bertopeng lainnya langsung mengabaikan Dias, berputar dari kiri dan kanan, dan terus mengejar Nico.
"Berhenti, aku tidak membiarkanmu pergi."
Dias mencibir, mengambil dua batu di tanah lalu melemparkannya ke arah pria bertopeng. Kedua pria bertopeng yang sedang berlari merasakan sakit di lutut mereka dan tiba-tiba jatuh ke depan. Mereka berhasil mengontrol tubuh mereka tanpa jatuh ke dalam kotoran.
Mereka duduk di tanah dan melihat lutut mereka. Mereka menemukan bahwa tempurung lutut mereka retak dan darah mengalir keluar. Keduanya terkejut dan menatap Dias dengan takjub, dengan ekspresi kewaspadaan di wajah mereka.