Undangan berwarna perak dan bertuliskan tinta emas itu telah meremukkan hati Metta hari ini. seluruh kalimat yang di ucapkan oleh Inggrid sebelumnya masih terus terngiang di benak Metta. ia dipojokkan dengan tuduhan-tuduhan palsu yang sangat menyakitkan dan itu membuat Metta semakin depresi. Tak sadar, Ia mengeraskan genggamannya pada undangan itu dan terus meneteskan airmata.
Metta masih menunggu gilirannya untuk dipanggil pada pemeriksaan di rumah sakit. Selama ia menunggu itu, ia hanya duduk di sudut pojok sendirian sambil melihat dan menggenggam undangan itu. Air matanya sudah jatuh beberapa kali dan membasahi permukaan undangan tersebut.