Metta masih terus menggambar wajah Arka di hari ketiganya di hutan. Selama seharian itu ia tidak berhenti menggambar. Tubuhnya sudah semakin lemah dan ia sangat pucat. Luka-luka ditubuhnya malah makin membuat kondisinya tambah buruk. Sudah tiga hari tiga malam Metta tidak makan dan minum.
Halusinasi nya makin menjadi dan dia sudah tidak bisa lagi menggerakkan kakinya. Ia hanya bosan terduduk dan menyandar di pohon. Tubuhnya tidak berhenti gemetar dan sebelah tangannya mulai kaku. Kemudian ia teringat kalimat Fabian yang mengatakan bahwa jika ia ingin selamat maka ia hanya harus memohon ampunan dan meminta maaf pada Gaara.
"A-aku g-gak sal-lah, aku g-gak mau m-minta m-maaf" gumam Metta pada dirinya sendiri terbata-bata. Daripada menyerah pada Gaara ia lebih suka mati dan sekarang ia sedang menjemput ajalnya sendiri. Perutnya sudah kram dan tidak lagi merasa lapar. Sistem tubuhnya mulai melambat sehingga ia hampir tidak bisa bergerak lagi.