Chereads / Hazard / Chapter 2 - × 1 × Actually +

Chapter 2 - × 1 × Actually +

Gemericik air menuruni pun menghujam bumi. Terlebih manakala buliran air itu terasa kentara untuk didengar rungu. Bebauan petrikor akibat penyatuan tanah dan partikel air menguap dan menghantam indera penciuman. Orang-orang dengan sigap menenteng payung di tangannya. Saling berbagi dengan sosok yang didamba atau kerabat dekat dalam satu naungan tersebut.

Terlihat semua memakai payung atau berteduh di sekitar. Tapi tidak untuk Kim Hana. Gadis berumur 16 tahun itu menatap langit hitam dengan tatapan sendu. Menurutnya, hujan itu berkah, tapi tak luput dari kesedihan. Ya, menggambarkan dua sederhana itu, pun mengingatkannya pada masa kecilnya.

✾ H A✾Z A✾R D ✾

Rintik hujan turun. Dengan senangnya rintikan itu membasahi permukaan bumi. Tidak sampai satu hari bahkan dunia sudah lembap berangsur basah.

"Oppa, Eomma mana?" tanya gadis kecil berumur 5 tahun itu, menanyakan sang ibu yang tak kunjung kembali dari kegiatan belanjanya.

Sang kakak mengusap surai hitam sang adik penuh sayang. "Tenanglah Hana. Eomma akan segera kembali." Bahkan sang kakak sendiri tak cukup yakin atas ucapannya. Sedikit banyak perasaannya terasa resah. Ada sesuatu yang sangat mengganggunya saat ini. Nyatanya sang ibu tak pernah berbelanja dengan kurun waktu selama ini.

Derit ponsel sang kakak yang ditetapkan di rumah keluarga Kim itu berbunyi nyaring. Mempaparkan pesan yang baru saja terkirim. Lantas sang kakak membukanya dengan perlahan. Tak tahu kenapa tapi perasaannya tak enak, jantungnya yang tak tahu kondisi pun ikut berpacu cepat.

'Taehyung, jagalah adikmu. Eomma akan bekerja di luar kota. Eomma tidak tahu kapan akan kembali.'

Benar saja, jelas ini bukan berita baik. Sangat buruk bahkan. Sang ayah yang kerap kali lembur di kantor dan sang ibu yang kini pergi ke luar kota. Luar biasa bukan?

"Hana, aku akan menjagamu. Aku janji." Taehyung berungkap serius seraya melihat sang adik yang tampak sesenggukan tatkala keduanya membaca pesan tersebut bersama-sama. Taehyung mengusap penuh kasih pucuk kepala sang adik setelah mendekapnya dalam pelukannya.

"Tumbuhlah menjadi gadis yang baik oke?" Maka Hana mengangguk seraya berdehem tanda akan melaksanakan dan tumbuh seperti apa yang kakaknya inginkan.

✾ H A✾Z A✾R D ✾

Setitik air mata keluar membasahi kulit lembap yang nyatanya sedari tadi sudah diguyur olah percikan air hujan. Apanya yang hanya keluar kota? Bahkan ibunya tidak kembali hingga umurnya menginjak 16 tahun.

Mengenaskan? Ah, sebenarnya cukup menyayat relung hatinya namun tidak cukup untuk dikatakan 'Takdir Terburuk'. Sebab dirinya tahu bahwa ia bukanlah 'Kim Hana yang terburuk'. Banyak yang bernasib lebih buruk. Jauh lebih buruk bahkan.

Pandangan semu seseorang yang dilanda seluk beluk kehidupan memang sering kali terjadi. Beruntung sang kakak ─Kim Taehyung─ kerap kali memberi arahan terbaik yang dimilikinya. Kendati terlihat baik-baik saja. Kim Taehyung sangat tahu bahwa Kim Hana adiknya itu sering kali terjebak dalam pikirannya sendiri. Merasa ada suara yang turut menyahutinya maka dirinya lantas menjawab,

"Ada apa?"

✾ H A✾Z A✾R D ✾

Tertangkap netra begitu mencolok di kala gadis asing terlihat menghujani dirinya sendiri dan tak berniat berteduh atau segera berjalan guna sampai pada tujuan.

Tidak biasanya pria itu akan pernasaran dengam sesuatu seperti ini. Hanya saja, ada sesuatu yang terasa memaksanya mendekati gadis itu.

Maka pria itu kini menatap gadis di hadapannya. Ia sudah berada di sampingnya namun kenapa gadis ini tak kunjung menyadari kehadirannya? Maka pria itu memilih bersahut cukup keras. Sebab jika dirinya berdehem maka tidak akan terdengar karena rintik hujan yang bergema keras, "Hey!"

"Ada apa?" Gadis itu menjawab singkat. Tak terdengar dingin namun terdengar cukup acuh karena singkatnya pertanyaan yang diajukan.

"Apa yang kau lakukan huh?" Gadis itu mengernyit. Di bawah tikaman hujan ini pria itu ikut memasrahkan dirinya basah hingga rambut itu terlihat mulai melayu.

"Urusanmu?" tanya gadis itu. "Dasar pria gila ini!" Kini dengan lantunan lebih rendah diudarakan untuk mengumpat singkat pria di sebelahnya.

"Tidak ada. Dan aku bukan pria gila dasar gadis gila!" Pria itu membalas dengan hanya mengubah kalimat pernyataan gender yang disahuti gadis itu sebelumnya.

Lantas gadis itu mendengus sebelum menjawab. "Apa maumu bedebah?" sahut gadis itu menimpali dengusannya.

"Jeon Jungkook." Pria bermarga Jeon itu berungkap guna memberitahukan namanya.

"Aku tidak bertanya. Dan aku sudah mengenalmu." Hana berungkap jujur. Lagipula ia yakin pertemuan seperti ini hanya akan terjadi hari ini dan tidak untuk hari lainnya.

Jawaban Hana disambut oleh kedipan mata bingung dari sang lawan bicara. Ekor mata Hana mengamati sekilas wajah pria itu. Ck, sangat sial. Hana ingin tertawa sekarang. Wajah bingungnya sangat menggemaskan meski tak terlihat jelas manakala kondisi keduanya telah terguyur air hujan dengan suasana yang tergolong remang.

Hana mengatupkan bibirnya erat. Tidak sopan mengetawakan seseorang. Ah! Terlebih orang ini termasuk asing baginya. Maka Hana tidak ingin tertawa dan terlihat terlalu akrab. Memejam mata dan menghembuskan napas guna menetralisir guncangan yang akan menimbulkan kikikan dari birainya.

"Dari mana?" tanya Jungkook. Oh! Pria itu mau menjebak, bodoh atau memang tidak tahu?

Hana merotasikan irisnya sejemang. "Sekolah! Bahkan di hari pertamaku masuk namamu sudah menghantam runguku dengan namamu yang diagung-agungkan itu!" Hana berucap sungut. Kesal sekali rasanya jika mengingat hari pertamanya.

✾ H A✾Z A✾R D ✾

"Jungkook-ah!!" Kerumunan gadis-gadis mengikuti layaknya ekor dan membuntut pada satu sosok pria kekar dan rupawan. Pria itu nampak diam, tak ada perlawanan dikala gadis-gadis itu hanya berjalan mengikutinya. Mungkin sudah terlalu jengah untuk meladeni.

"Sial!" Hana tergelincir akibat tubrukan pun dorongan dari gerombolan para gadis itu. Ia mendengarnya. Mereka semua meneriakkan satu nama dengan semangat tanpa terdengar dengki kendati mengejar layaknya mengejar maling. Terdengar memuja-muja dan layaknya bertekuk lutut dibawah pesona pria yang didamba itu.

Jungkook

Akh... pria itu sangat hebat membuat kumpulan gadis menjadi seperti kumpulan banteng yang siap menyerbu tanpa pandang bulu. Menakjubkan. Tentu Hana sadar diri untuk tidak membenci pria itu. Kendati tubuhnya tercecer air manis dari jus yang digenggamnya tadi.

Gadis-gadis itu yang mengikuti. Maka pria itu dianggapnya tidaklah bersalah. Mengesalkannya adalah ketika dirinya terjatuh dan gerombolan itu pergi begitu saja. Heck, benar-benar seperti ramuan gila. Akal mereka seperti menguap ke udara.

Suami idaman.

Jadilah pacarku!

Jungkook kenapa kau sangat tampan?

The heck!

Bahkan pria itu tak lebih baik dari kakak paripurnanya. Teriakan itu memekakkan rungunya. Terserahlah. Maka beranjak dari tempat tak tenang itu adalah hal terbaik. Tentunya setelah mengeluarkan umpatan kecil.

"Tidak ada yang waras."

✾ H A✾Z A✾R D ✾

Membayangkannya saja sudah membuat Hana bergidik ngeri. "Kenapa kau tidak hem?" tanya Jungkook. Hana mengerti. Sangat mengerti arah pembicaraan ini.

"Bedebah gila! Aku tidak ingin membuat onar di sini bodoh! Jadi tutuplah mulutmu itu!" Wow! Tahan, tahan. Sebenarnya Hana adalah sosok wanita yang sopan. Tapi rasanya berbeda. Bukankah ada pepatah, 'tidak perlu bersikap sopan pada orang yang tidak sopan'.

Jika Hana bisa, maka detik ini juga Hana sudah membabak belurkan wajah tegas pria di hadapannya.

"Buatlah onar, memangnya kau bisa apa?" tanya Jungkook menyiratkan remeh. Jangan ditanya bagaimana wajah Hana sekarang. Semrawut dan berkobar.

"Kau yang memintanya Jeon Jungkook!"

✾ H A✾Z A✾R D ✾