Chereads / Hazard / Chapter 5 - × 4 × Punk +

Chapter 5 - × 4 × Punk +

"Min Yoongi!?" seru penuh kejut yang kentara menguar dari birai pria paruh baya itu. Maka yang terjadi selanjutnya adalah kembali menormalkan raut wajah dan berungkap serius. "Ada apa, Yoon?"

"Aku tidak ingin berbasa-basi, Ahjeossi tahu kalau aku sibuk. Maka mari ke topik utama," tutur Yoongi datar. Dengan itu dia membenarkan duduknya lalu segera berucap penuh sirat keseriusan. "Sepupuku sudah ditemukan."

"A-apa?!" gagap Limhe. Sedikit terkesiap untuk mencerna. Maka dengan pengucapan Yoongi selanjutnya mampu membuatnya bungkam penuh kejut. Pun terasa beribu keberuntungan menghujamnya kali ini.

"Anakmu, sudahku ketahui keberadaannya selama ini," ungkap Yoongi yang menerbangkan kupu-kupu setelah keluar dari kepompong dalam perut Limhe.

"Lagi pula kupikir ahjussi seharusnya tidak meninggalkan mereka."

Benar, harusnya tidak. Jika aku tidak salah langkah seperti dulu, batinnya berkecamuk.

"Appa tidak akan pergi bukan?" sahut anak kecil itu. Mata dan hidungnya sedikit memerah dikala menahan tangis.

"Appa akan pergi. Jaga diri." Maka sang ayah berucap datar dan kentara penuh murka. Tapi bagaimanapun dunia tak akan berubah. Anak ini adalah anaknya dengan campur darah wanita itu. Limhe sudah muak rasanya kendati hanya mengingat namanya.

"A-ppa..." lirih anak kecil itu menahan isak. Kendati hatinya terhenyak namun beginilah. Manusia tetaplah egois. Menghasut dengan pikiran seperti 'jangan pikirkan orang lain terlebih dahulu'. Ya. Jelas memerintah untuk memikirkan diri sendiri. Kendati pada realita sangat cocok agar mengerti kondisi diri sendiri.

Maka dengan langkah sigap dan hentak kaki kokoh kendati hati terasa begiu remuk layaknya dihancur hingga berkeping. Sedangkan sang anak agaknya tak mamu bergerak barang secuil sebab isak tangisnya yang memekak pun dirinya sudah terkulai jatuh dengan lutut sebagai tumpuan.

Sangat klise. Namun Limhe menyesal, sungguh. Dirinya telah berteguh sejak satu tahun silam untuk menemukan sang anak. Namun tak terduga pada kenyataan bahwa keponakannya lah yang menemukan sang anak.

"Mereka ada di kota ini. Di kota Seoul," ungkap Yoongi, pun dihadiahkan tatapan melotot akibat kejut dari sang pengamat. Wajahnya terlihat seolah tak percaya dan meminta penjelasan ulang. "Ya, Seoul. Aku akan mengirim alamatnya nanti. Informasi lebih lanjut Ahjeossi bisa minta ke pekerja-ku."

"Khamsahabnida Yoongi-ah," sungguh Limhe. Bahkan dirinya sudah kalang kabut untuk sekedar mencari petunjuk pencarian.

"Carilah Ahjeossi,

─kau akan bangga saat melihat nanti."

✾ H A✾Z A✾R D ✾

Hari kini telah lelah untuk merintikan air. Tanah kini sudah basah pun dedauan meneteskan air dari pangkalnya. Sangat indah pun nyaman. Terlebih hari sedang menunjuk pada pukul tiga sore. Kendati hari libur. Hana tetaplah harus bekerja. Itu seharusnya. Namun kali ini sedikit berbeda dikala dirinya harus berjalan berdamping dengan pria yang tak akrab barang sedikit dengannya itu.

"Mari kita berhenti di sini Tuan Jeon." Hana mengepal geram. Ingatannya mereka bagaimana sang managernya menariknya dan berbisik hal yang membuatnya lantas patuh dan menurut. Kendati baru kenal, Hana memang sangat akrab dengan managernya yang ramah-tamah itu.

"Restoran ini bisa dibeli olehnya. Kumohon, turuti dirinya."

Siapa yang akan menolak. Setidaknya Hana tidak sampai hati untuk menolak mentah-mentah tuturan manager itu.

Terkutuklah kau Jeon, sangat seenak hati! rutuk Hana tak terucap.

"Tujuanmu?" Hana bersarkas pun membuat sang pria kini menyeringai. Hana hanya diam sembari mengepal tangannya di bawah sana pun menukikan sebelas alisnya.

"Tidak ada tujuan Nona Kim," ujarnya santai. Sisi lain Hana sudah menggebu. Nafasnya sudah tersenggal dikarenakan kesal. Pria ini luar biasa, pikirnya.

"Kau sangat hebat dalam mengganggu keseharian orang-orang Tuan Jeon. Aku akui itu. Kalau begitu aku tak punya urusan di sini." Hana segera melebarkan tungkainya sebelum dirinya melanjutkan atau menunggu jawaban.

─buang-buang waktu.

Tangannya yang berhasil diraih. Maka kembali memelintir tangan pria itu bukanlah opsi terburuk yang Hana pikirkan. Dan nyatanya. Ia salah besar manakala pria itu malah mengapit tubuhnya. Hana kembali mencari tangan pria itu kendati sulit menggapainya.

"Aku tahu teknikmu nona. Krav Maga. Apa aku salah?" Hana terdiam. Sedikit terkesiap sebenarnya. Namun wajahnya masih memancar keseriusan. "Yang kau pelajari hanya dasar untuk melindungi diri. Dan pada kenyataannya Krav Maga dan Aikido hm? Krav Maga adalah beladiri yang harus dikuasai FBI," ungkap pria itu. "Kuakui kau sangat mengejutkanku saat berhasil menahanku saat itu. Mengincar vital lawan, huh? Apa sekarang kau masih bisa mengincar itu?"

Ck, bahkan Hana belum sempat bercerita bahwa berdirinya merupakan beladiri Aikido dengan Krav Maga. Dan pria Jeon ini dapat menjelaskan seperti orang yang kelewat pintar dan cerdas dengan wawasan luas.

Nyatanya, bagi Hana pria ini hanya pria bodoh berotak udang.

Hana mempelajari terlalu banyak? Tentu tidak. Bagi Hana, mempelajari setidaknya dapat membantu jika berada dalam saat terburuk. demgan demikian ia sudah cukup persiapan sebelum hal tak terduga terjadi─tidak ada yang tahu.

"Bedebah sialan. Lepas bodoh! Ini pelecehan! Aku yakin kau tahu persis tentang itu." Hana memberontak meski pria dihadapannya tak kunjung terselimuti jera.

"Tentu saja, Kim Hana. Bagaimana tidak? Kau sepantasnya bersyukur aku bisa berjalan bersamamu. Satu hari keberuntungan dari 360 harimu." Jungkook menguatkan kukungannya. Pun semakin membuat Hana merasa kepayahan.

Hana berdecih di kala rungunya selesai menyaring tone suara khas itu. "Keberuntungan? Aku lebih menganggap aku sedang sial saat ini. Selamat Tuan Jeon, aku tidak bekerja hari ini berkatmu. Dan aku harus meninggalkan keseharianku. Bayangkan betapa sialnya aku."

"Kim Hana," Jungkook terdengar menyeriuskan intonasi bicaranya. "Maksudmu adalah, kau harus meninggalkan kewajibanmu demi berada di sini, bukan?" tanyanya kemudian. Tak menunggu jawaban, Jungkook segera berucap.

"Aku juga tak ingin meninggalkan kewajibanku.

─tapi aku tak kuat akan keharusanku."

✾ H A✾Z A✾R D ✾