Chereads / Hazard / Chapter 6 - × 5 × Get! +

Chapter 6 - × 5 × Get! +

Matahari kian mengecai munuju ujung cakrawala guna menunjukan diri pada muka bumi. Pun beberapa siswa-siswi sekolah mulai menapakkan kaki pada koridor sekolah bernuansa mewah ini. Kentara sekali khusus golongan elite.

Setelah disambut cercaan matahari yang memaksa menusuk katupan matanya dan juga senyum sambutan dari sang kakak di pagi hari. Dan kini ia kembali disambut lagi di sekolah dengan tatapan mata tak suka. Kendatipun dirinya memilih abai dan lanjut menggerakkan tungkai hingga kelas.

Kim Hana, gadis berumur 16 tahun itu tetiba berhenti dalam tapaknya demi menghindari tubrukan pada torso di hadapan. Lantas memicingkan mata galak setelah melihat sosok pelaku pun berangsur berucap. "Jeon Jungkook! Bisa jangan menghalangi?" ketus gadis itu manakala torso pria itu tetiba hadir tanpa diduga. Entah kenapa Hana merasa perlu untuk sinis pada sosok Jeon ini. Mungkin karena dia... menyebalkan.

"Bukankah masih ada jalan lain, Nyonya Kim?" ujar pria itu seraya membungkukan badannya guna mendekat pada wajah sang gadis.

"Kau menghalangi jalan tiba-tiba, Tuan Jeon! Jangan membuat seolah aku satu-satunya yang bersalah di sini!" Hana menggeram kesal. Tak luput dari ancaman yang serasa bertambah manakala wajah paripurna pria itu semakin gencar mengikis jarak yang dibuatnya.

"Hoh! Sungguh? Apa itu menjadi masalah?" Jungkook menukikkan sebelah alisnya. Mematri seringai yang sangat Hana benci. Kentara licik sekali.

Lantas Hana mendecih kilas. "Jangan membuat dirimu seolah berkuasa di sini, Jeon!" Jemari Hana di bawah sana sudah mengepal geram dengan sensasi gatal untuk sekedar memberi bogeman kecil.

Oke... tahanlah, Kim Hana.

Gadis itu tak ada niatan untuk memundurkan torso barang sedikit. Pun memilih kembali membuang muka seraya berdecak remeh.

"Ya, lagi pula aku hanya ingin memberi sambutan formal dengan baik." Hana membuang wajah kentara begitu acuh. Seringai senang yang terpatri apik di wajah pria bermarga Jeon itu. "Aku akan satu kelas denganmu mulai hari ini. Mohon kerja samanya, Nyonya Kim."

Belum sempat birai Hana terbuka demi melayangkan protes tak terima. Apa-apaan? batinnya mendumal. Sedikit banyak memilih acuh. Namun tidak dapat dipungkiri pemikirannya pada titik utama otaknya yang bekerja saat ini.

─penyogokan.

✾ H A✾Z A✾R D ✾

Belum sampai satu hari. Bahkan tak mencakup hitungan yang melebihi jumlah jari pada satu tangan. Ya, sudah dua jam lamanya Hana berkutat lepas dengan buku yang lembar halamannya berisi tulisan biologi dan latin. Sangat mengganggu manakala dirinya mengetahui bahwa pria yang duduk tak jauh dengannya itu dirasa memperhatikan dirinya.

Hana akan lebih bersyukur tak dapat merasa begitu sadar akan sekeliling jika hal kecil ini menjadi pengganggu utama konsentrasinya.

"Pergilah Tuan Jeon! Kau tak akan kenyang jika menatapku terus!"

Ya, jam istirahat yang telah hadir beberapa saat lalu membuat para murid bergegas menghalau pergi dan memilih abai pada kerumunan yang dapat menekan tubuh mereka tanpa perasaan.

"Anak beasiswa huh. Menarik, aku tidak tahu dirimu sepintar itu hingga dapat masuk ke sekolah yang berstandar tinggi seperti ini. Lagi pula kupikir di sini bukan dipenuhi manusia pintar. Namun bermaterial dalam gejolak ekonomi. Apa aku salah Nona?"

Apa Hana sudah pernah mangatakan bahwa dirinya dapat bersekolah berkat beasiswa? Hana memasuki tingkat akhir sekolah lebih cepat dari beberapa murid lain. Dan dengan alasan itu pula dirinya berumur 16 tahun kendati sudah menginjak masa sekolah akhir.

"Aku berjuang untuk ini. Jadi, dirimu yang hanya berjuang dengan segala uangmu itu tanpa mengerti susahnya lebih baik menutup mulut," cecar Hana tanpa munculnya niatan untuk menatap sosok yang kini berada dalam satu ruangan dengannya itu.

"Apa kau pikir aku tidak berjuang Hana-ya?" Sedikit banyak arah pembicaraan ini cukup menyedot perhatian Hana dari tulisan kecil pada buku. "Apa kau selalu berpikir aku sangat bahagia dengan kenyataan aku terlahir dengan tumpukan uang?" ujar Jungkook.

Merasakan tapak kaki mulai mendekat pun Hana merasa bulu romanya menegang kali ini. Ketuk sepatu hitam itu terasa sangat menggema di setiap sudut ruangan. Dan Hana sangat merasa tercekam saat ini. Lantas menghembuskan napas untuk menghilangkan gugup yang mendera.

"Aku tak pernah berkata demikian, Jungkook-ssi. Aku hanya akan berkata bagaimana dirimu yang memanfaatkan uang demi diri sendiri. Bahkan─nyaris atau bahkan sudah─menghancurkan kebijakan sekolah. Apa aku salah?" ujar Hana. Segera memalingkan wajah menuju sosok jangkung berhidung bangir itu.

Jungkook terkekeh sinting sejemang. "Kau tidak salah atas pernyataan itu, Hana-ya. Anak cerdas memang selalu berpikir cepat." Jungkook menganggukkan kepalanya membenarkan tuturannya sendiri.

"Dan orang bodoh akan selalu bertindak tanpa berpikir. Ya, mungkin salah satunya adalah dirimu, Jeon," sarkas Hana. "Kupikir menjadi kaya tidak menjamin kebahagiaan. Tenar, diagungkan, harta, pujian. Aku tak membutuhkan itu karena aku sudah bahagia dengan hidupku saat ini. Aku bisa mandiri tanpa membebani. Beginilah jalan hidupku dan kau cukup mengurus jalan hidupmu. Mudah bukan?" tutur Hana.

"Maksudmu kau benar-benar yakin bahwa kekayaan tak menjadi alasan untuk bahagia?" tanya Jungkook. Ck, klise sekali pria ini. Pertanyaan yang tak perlu ditanyakan lagi bukan? Bahkan Hana sudah mengatakannya sepersekian detik sebelumnya.

"Apa pendengaranmu kurang sehat, Jungkook-ssi? Aku akan menemanimu ke dokter jika begitu," ledek Hana terkesan acuh kendati mengucap untai frasa khawatir.

"Baiklah, temani aku pulang nanti." Singkat dan ringkas. Namun dapat membuat rahang Hana mengendur─menganga.

Sangat pintar Jungkook-ssi sangat cemerlang kau tahu? Sampai rasa-rasanya ingin kucabut telinga itu sekarang dan memeriksanya di sini. Kecamuk batinnya saling berucap.

Hana sudah cukup tahu jika dirinya beralasan bekerja maka pria Jeon ini akan kembali menyeretnya dari restoran bahkan mungkin dengan cara yang lebih tidak etis ketimbang tempo hari. Mungkin Jungkook akan memulaimya dengan membuat ricuh restoran yang seharusnya tenang.

Menjadi pusat perhatian? Huh! Hana tidak butuh itu. Tidak ingin bahkan.

Dunia ini sedikit menyebalkan.